4. Dokter anak sebaiknya menganjurkan tokoh televisi yang sesuai untuk
anak dan membatasi waktu menonton televisi, video serta tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak.
5. Dokter anak sebaiknya waspada dan memberikan edukasi pada orang tua,
anak, remaja, guru, tentang pengaruh negatif televisi. Namun perlu juga diberi tahu manfaat dari televisi terhadap pendidikan anak.
6. Dokter anak harus bekerja sama dengan orang tua, guru, pihak sekolah dan
masyarakat untuk mempromosikan televisi sebagai media edukasi. 7.
Dokter anak sebaiknya melibatkan anak dengan kegiatan umum di lingkungannya serta mendorong stasiun televisi untuk menambah program
pendidikan di televisi. 8.
Dokter anak sebaiknya mendorong pemerintah untuk memerintahkan dan mendanai stasiun televisi dalam membuat program pendidikan dan
mendemonstrasikan program televisi ini di sekolah. 9.
Dokter anak sebaiknya mendorong pemerintah dan yayasan lainnya untuk melakukan penelitian terhadap media edukasi dan penelitian lainnya yang
berkaitan dengan pengaruh negatif televisi.
2.4.2 Keuntungan Media Televisi
Dalam beberapa dekade, AAP telah merekomendasikan keunggulan media massa untuk anak dan remaja, salah satunya adalah televisi. Adapun keunggulan
televisi adalah televisi dapat menyediakan program pendidikan untuk anak usia sekolah, menambah kreativitas dan pengetahuan anak. Namun selain televisi
mempunyai keunggulan, televisi juga mempunyai pengaruh negatif bagi anak dan remaja. Tidak semua program televisi mengandung makna negatif bagi anak dan
remaja. Program televisi berupa media pendidikan justru dapat mengurangi efek negatif televisi lainnya. Media ini mampu menguraikan tujuan dan pesan dari
tayangan televisi sehingga anak dapat mengerti dan memahami pesan serta gambar yang dilihatnya di televisi dan memudahkan anak serta orangtua untuk
memutuskan apakah mereka perlu menonton suatu tayangan televisi Thakkar et
al, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya media edukasi orangtua dapat membuat keputusan yang tepat seperti memilih tayangan yang kreatif untuk anak, membangun pikiran yang
kritis, menambah kemampuan dan memahami masalah politik, sosial, ekonomi. Program televisi edukasi juga berhasil menambah pengetahuan anak usia
prasekolah, memperbaiki perilaku dan menambah imajinasi Thakkar et al, 2006.
2.4.3 Pengaruh Menonton Televisi Terhadap Status Gizi Anak
Televisi bisa berdampak dalam mempengaruhi status gizi anak. Televisi bisa mempengaruhi kebiasaan makan anak dan menyebabkan anak menjadi
kurang gerak kurang aktivitas. Hal ini dikarenakan sangat intensifnya anak-anak berada di depan televisi. Lamanya waktu menonton televisi diperkirakan hanya
dikalahkan oleh lamanya waktu tidur. Survey di Amerika Serikat menunjukkan anak-anak prasekolah rata-rata menonton televisi 26.3 jamminggu, 3 jam
diantaranya adalah acara iklan. Iklan-iklan makanan di televisi tidak jarang menonjolkan karakteristik fisik dari makanan seperti rasa yang renyah, rasa
manis, dan rasa coklat. Hal ini membuat anak-anak berkeinginan kuat segera mencicipinya. Pengaruh televisi terhadap kebiasaan makan dapat terjadi melalui
dua proses. Pertama, iklan televisi akan menyebabkan alokasi pembelian jenis makanan baru yang sebelumnya tidak pernah dikonsumsi. Anak-anak yang
konsumsi makannya tergantung ketersediaan pangan di rumah akhirnya terkondisi dengan jenis-jenis makanan baru yang dibeli ibunya. Akhirnya terbentuklah
kebiasaan makan dengan komoditi pilihan berdasarkan iklan televisi. Kedua, makanan dalam iklan-iklan televisi seringkali ditampilkan dalam rangka
menunjang suatu aktivitas. Jadi tidak sekedar memenuhi rasa lapar. Karena banyaknya aktivitas dalam hidup seseorang, maka jenis-jenis makanan yang
menyertai aktivitas itu pun akan semakin banyak. Dan bila makanan-makanan tersebut bersifat low density nutrients maka ada kemungkinan kasus obsesitas
akan segera muncul Khomsan, 2010. Dietz dan Gortmaker 1985 telah meneliti hubungan menonton televisi
dengan obesitas pada anak. Dikemukakan bahwa ada hubungan positif antara jumlah waktu menonton televisi dengan frekuensi makan panganan cemilan.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat seorang anak menonton televisi, dia tidak hanya menikmati program intinya tetapi juga terkondisi untuk menerima iklan makanan. Ada kenikmatan
tersendiri bila seorang anak yang sedang nonton televisi makan panganan yang sama dengan bintang film iklan. Apapun yang dikonsumsi selama menonton
televisi, selama makanan tersebut berupa panganan yang hanya padat kalori, maka dampaknya adalah kelebihan bobot badan. Survei dari kedua peneliti tersebut juga
menunjukkan semakin lama seorang anak menonton televisi, maka konsumsi makanan seperti yang diiklankan dalam televisi juga meningkat. Ini membuktikan
kebiasaan makan ini dapat berubah karena intervensi iklan di televisi. Penemuan lainnya adalah meningkatnya waktu menonton televisi akan membuat anak
mempengaruhi pola belanja makanan orang tuanya di pasar swalayan. Pada saat orang tua akan berbelanja, anak langsung menyampaikan daftar pesanan panganan
yang harus dibeli ibunya. Meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi panganan padat kalori dan banyaknya waktu yang digunakan untuk menonton televisi
membuat anak-anak rawan terhadap obesitas Khomsan, 2010. Menonton televisi tergolong ke dalam aktivitas ringan. Ini berarti tidak
banyak energi yang terpakai, sementara itu konsumsi energi panganan meningkat terus sehingga terjadilah keseimbangan energi positif. Aktivitas anak sebelum dan
sesudah era televisi tampak berbeda, dulunya anak sering bermain bersama teman-temannya di luar rumah tetapi sekarang anak lebih memilih untuk
menonton televisi seharian di rumah. Oleh karena itu, orang tua harus pandai- pandai mengatur jadwal menonton televisi bagi anak-anaknya supaya energi
tubuh dapat tersalurkan keluar melalui aktivitas fisik lainnya. Hari minggulibur sebaiknya dimanfaatkan untuk rekreasi keluarga di luar rumah. Acara televisi
pada hari Minggu biasanya penuh dengan hiburan yang menarik, seperti film kartun, oleh karena itu orang tua yang bijaksana harus mengajak putra-putrinya
untuk beraktivitas fisik sehabis menonton acara TV di pagi hari Khomsan, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penilaian Status Gizi Anak 2.5.1 Status Gizi