tidak ada hubungan antara pekerjaan orang tua terhadap status gizi anak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yudi 2007 menunjukkan ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak tetapi tidak adanya hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak.
Dari hasil survei penelitian, ibu yang tidak bekerja dan hanya di rumah memiliki waktu lebih banyak untuk merawat dan memperhatikan anak. Selain itu
akan lebih cepat tanggap terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anaknya. Perhatian yang penuh dan perawatan anak yang maksimal menjadikan status gizi
anak menjadi lebih baik. Sedangkan untuk orangtua atau ibu yang bekerja di luar rumah memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan anak dan kurang
tanggap terhadap kondisi status gizi anak.
5.4.2 Status Gizi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS nasional tahun 2007, prevalensi anak usia sekolah kurus laki-laki adalah 13.3 ,
sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah kurus perempuan adalah 10.9. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus
laki-laki di atas prevalensi nasional dan sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus perempuan di atas prevalensi nasional.
Sedangkan untuk prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk laki-laki adalah 9.5 dan prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk perempuan adalah 6.4.
Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas prevalensi nasional termasuk diantaranya provinsi Bengkulu. Sebanyak 17
provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk perempuan di atas prevalensi nasional termasuk juga diantaranya provinsi Bengkulu.
Tetapi dari hasil penelitian yang saya lakukan di Sekolah Dasar Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan dijumpai status gizi anak umumnya normal, jarang
dijumpai status gizi yang lebih maupun status gizi kurang. Diperoleh hasil bahwa sebagian besar anak pada kategori gizi normal yaitu sebanyak 64 anak 71.1,
anak dengan status gizi kurang sebanyak 12 anak 13.3, dan anak dengan status
Universitas Sumatera Utara
gizi lebih sebanyak 14 anak 15.6. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil RISKESDAS tahun 2007, hal tesebut kemungkinan dikarenakan telah meningkat
derajat kesehatan serta meningkatnya pendidikan tentang gizi sehingga anak umumnya berstatus gizi normal. Tetapi hal lain, RISKESDAS hanya melakukan
penelitian untuk provinsi Bengkulu secara umum tanpa melibatkan penelitian khusus untuk daerah-daerah kabupaten di provinsi Bengkulu.
5.4.3 Rutinitas Anak
Subjek penelitian ini adalah anak Sekolah Dasar Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan usia 7-12 tahun sebanyak 90 anak. Dari hasil penelitian dapat
diketahui rutinitas anak usia 7-12 tahun meliputi makan malam bersama keluarga, tidur, dan menonton televisi dilakukan setiap hari di rumah. Didapatkan bahwa
dari 90 orang yang menjadi subjek penelitian ada 87 anak 96.7 yang makan malam bersama keluarga secara rutin dan hanya 3 anak 3.3 yang tidak secara
rutin makan malam bersama keluarga. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan sebagian besar responden
orang tua pada saat makan malam bisa berkumpul bersama anggota keluarga. Saat makan malam bisa terjadi saling berbagi cerita dan pengalaman serta bisa
interaksi antar anggota keluarga. Sedangkan untuk tidur pada malam hari, umumnya anak tidur pada jam 08.30 atau jam 09.00 sampai jam 06.00 pagi
sekitar 9 sampai 9.5 jam setiap malam. Dari 90 anak yang menjadi subjek penelitian, ada 71 anak 78.9 yang tidur malamnya cukup selama 9.5-10 jam
dan ada 19 anak 21.1 yang tidur malam nya di kategorikan tidak cukup. Biasanya pada malam hari, anak-anak belajar selama 1 jam, ada beberapa anak
yang menonton televisi, setelah itu mereka tidur. Berdasarkan teori bahwa tidur malam yang cukup untuk anak usia 10
tahun adalah sekitar 9.5 sampai 10 jam tiap malamnya Rudolph, 2006. Tidur malam yang cukup dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dari
penelitian yang dilakukan, anak yang tidur malamnya tidak cukup terjadi pada anak yang suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi sampai larut malam
Universitas Sumatera Utara
sehingga waktu tidur malamnya berkurang. Sedangkan untuk aktivitas menonton TV dalam sehari, dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar anak
menghabiskan waktu 2 jamhari untuk menonton televisi. Dari 90 anak yang menjadi subjek penelitian, ada 61 anak 67.8 menonton televisi 2jamhari dan
ada 29 anak 32.2 menonton televisi 2 jamhari. Itu dikarenakan kebanyakan anak-anak setelah pulang sekolah, mereka banyak bermain di luar rumah dengan
teman sebayanya, ada yang melakukan kegiatan ekstrakulikuler sekolah, tetapi ada juga beberapa anak yang hanya di rumah menonton televisi atau bermain
game.
5.4.4 Hubungan Antara Rutinitas dengan Status Gizi Anak