Latar Belakang Masalah Penelitian SEKOLAH DASAR NEGERI KURIPAN PROPOSAL

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS V SD NEGERI KURIPAN.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi paling utama bagi manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan segala isi pikiran, perasaan, gagasan, ide dan pesan, baik bentuk tertulis maupun lisan. Dalam peranannya sebagai sarana komunikasi, maka bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan sehari- hari manusia. Oleh sebab itu bahasa sangatlah menarik untuk dipelajari. Dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan aspek penting yang menjadi sasaran pembelajaran, baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Dengan demikian diperlukan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu dan alat pemersatu bangsa. Sekolah dapat secara efektif menjabarkan standar kompetensi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa bahwa belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membina kemampuan siswa yaitu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis Depdiknas, 2003: 5. Pembelajaran bahasa Indonesia memberikan pengalaman pembelajaran dalam berkomunikasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada siswa. Mengajarkan siswa berbahasa dapat dengan cara produktif yaitu dengan menyampaikan gagasan berbicara dan menulis, dan secara reseptif yaitu dengan menerima informasi mendengarkan dan membaca. Dalam pembelajaran di sekolah dasar standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia digolongkan ke dalam 4 aspek yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis Depdiknas, 2003: 9. Selain itu Tarigan 2008: 1 mengatakan “pelajaran bahasa indonesia terdiri dari empat komponen ketrampilan berbahasa, yaitu: 1 ketrampilan menyimak, 2 ketrampilan berbicara, 3 1 ketrampilan membaca, dan 4 ketrampilan menulis”. Empat aspek ini merupakan keterampilan yang berjenjang. Artinya keterampilan yang pertama merupakan dasar bagi keterampilan berikutnya sehingga keterampilan mendengarkan merupakan ketrampilan dasar yang harus dikuasai siswa sebelum menguasai ketrampilan berikutnya. Menurut Burhan dalam Ariyani, 2009: 6 menyatakan “Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami dan mengingat dengan sebaik- baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan orang lain kepadanya”. Kegiatan mendengarkan bertujuan untuk memperoleh informasi, meningkatkan keefektifan berkomunikasi, mengumpulkan data dan memberikan respon yang tepat. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar standar kompetensi kajian bahan ajar bahasa Indonesia aspek mendengarkan meliputi: mendengarkan, memahami, dan memberikan tanggapan terhadap gagasan, pendapat, kritikan, dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk wacana lisan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra. Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran diperlukan seorang guru yang profesional. Untuk menjadi guru profesional setidaknya dapat menguasai delapan ketrampilan mengajar. Mulyasa 2007: 69-92 mengatakan “ delapan ketrampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, yaitu: 1 ketrampilan bertanya, 2 memberi penguatan, 3 mengadakan variasi, 4 menjelaskan, 5 membuka dan menutup pelajaran, 6 membimbing diskusi kelompok kecil, 7 mengelola kelas, 8 mengajar kelompok kecil dan perorangan”. Namun proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh guru di kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran yang tertulis dalam buku sumber biasanya melalui metode ceramah atau tanya jawab. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah berupa pengetahuan tertulis dalam buku sumber tersebut yang berupa informasi, konsep atau teori tentang mendengarkan. Instrumen evaluasi pembelajaran yang digunakan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan tentang konsep mendengarkan, bukan menuntut siswa untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan Ariyani, 2009: 3. 2 Berdasarkan hasil observasi di sekolah dengan beberapa guru kelas V, khususnya guru SD Negeri Kuripan Watumalang Wonosobo, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru telah berusaha dengan baik untuk melakukan pengajaran kepada siswa, namun masih terdapat kekurangan yang berarti yaitu pada aktifitas pembelajaran yang terjadi. Guru terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional atau umum sehingga proses pembelajaran kurang maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu pemicu timbulnya pembelajaran konvensional adalah banyaknya materi pelajaran bahasa Indonesia yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu sehingga, pembelajaran sering menggunakan metode ceramah untuk menyelesaikan materi pembelajaran. Disisi lain perkembangan ilmu dan teknologi IPTEK juga mempengaruhi pengajaran guru yang masih konvensional. Perkembangan IPTEK mempunyai pengaruh dibidang pendidikan seperti yang diungkapkan Tirtarahardja 2005: 47 bahwa “perkembangan IPTEK memunculkan pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses belajar mengajar, konsep pengembangan tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa, munculnya berbagai tenaga kependidikan nonguru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin bervariasi, dan lain-lain”. Perkembangan IPTEK terdahulu sangat terbatas tidak secanggih perkembangan di zaman sekarang sehingga menimbulkan kesenjangan dalam proses belajar mengajar. Pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V sekolah dasar terdapat materi pembelajaran yang mengharapkan siswa dapat mendengarkan atau menyimak cerita yang disampaikan oleh guru dan memahami unsur-unsur intrinsiknya. Pengajaran bahasa Indonesia pada materi mendengarkan cerita pendek anak ini guru diharapkan mampu memperhatikan sikap siswa ketika mendengarkan cerita serta pemahaman siswa setelah kegiatan mendengarkan cerita. Pembelajaran mendengarkan dikatakan berhasil apa bila siswa mampu memahami apa yang didengarnya. Selain itu seorang guru juga hendaknya mengemas pembelajaran secara menarik dengan menghadirkan media ataupun menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Namun salah satu kendala dalam pengajaran materi ini seperti yang dialami oleh siswa SD N Kuripan adalah kurangnya kosentrasi siswa 3 dalam mendengarkan cerita pendek yang dibacakan oleh guru, sehingga siswa jadi sulit memahami cerita. Padahal dalam mendengarkan cerita diperlukan kosentrasi yang tinggi agar siswa mudah dalam memahami isi cerita. Hal tersebut diungkapkan oleh bapak Kasmono selaku wali kelas V yang berimbas pada banyaknya siswa yang belum memenuhi KKM dalam pembelajaran mendengarkan cerita pendek anak. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat digunakan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Dengan menggunakan media akan lebih menarik minat serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Media yang dapat digunakan salah satunya adalah media visual. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip film rangkai, Slides film bingkai, foto, gambar atau lukisan dan cetakan Djamarah, 2006: 124. Media visual yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah gambar seri. Media ini dirasa sesuai untuk digunakan dalam materi pembelajaran mendegarkan cerita. Dimana dalam media ini menggambarkan ilustrasi dalam cerita setiap adegan secara berseri atau berurutan yang disajikan secara menarik dengan penggunaan warna serta tampilan tokoh yang lucu. Sehingga dengan menggunakan gambar seri siswa akan lebih tertarik dalam mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru. Dengan demikian siswa akan mampu memusatkan perhatian pada cerita yang dibacakan oleh guru dalam pembelajaran. Memperhatikan akar permasalahan uraian diatas, Quantum Teaching tampaknya dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam masalah tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilaksanakan oleh Leli halimah dan Nelly Maghfiroh yang meneliti tentang penggunakan model Quantum Teaching hasilnya ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga penulis memilih model Quantum Teaching ini sebagai salah satu alternatif dalam penyelesaian permasalahan di atas. Deporter 2007: 5 mengemukakan “Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar moment belajar”. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur untuk belajar 4 efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah sisiwa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Menurut penulis Quantum Teaching ini dirasa dapat diterapkan pada pelajaran mendengarkan Cerita Pendek Anak karena dalam Quantum Teaching guru dituntut untuk memanfaatkan segala interaksi yang ada didalam moment belajar, mulai dari penataan ruangan, pengemasan materi secara menarik, penggunaan media yang sesuai, penggunaan musik sebagai latar, dan merayakan keberhasilan siswa. Dengan demikian akan tercipta sebuah pembelajaran yang mengesankan sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Berdasarkan persoalan yang ada maka akan dilakukan penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dengan judul skripsi Pengaruh Model Quantum Teaching Menggunakan Media Gambar Seri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri Kuripan.

B. Identifikasi Masalah