Penerapan Model Quantum learning

26 pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui, 3 Namai Berikan materi tepat saat minat memuncak dengan mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran, 4 Demonstrasikan Berikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan materi baru, sehingga siswa menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi, 5 Ulangi Rekatkan gambaran keseluruhannya, ini dapat dilakukan melalui pertanyaan postest, ataupun penugasan, atau membuat ringkasan hasil belajar,dan 6 Rayakan Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, perayaan menambahkan belajar dengan sikap positif. Berdasarkan uraian diatas beberapa kelebihan model pembelajaran quantum learning , yaitu dengan model pembelajaran quantum learning tercipta proses pembelajaran yang kondusif, dinamis, interaktif, partisipasif. Setiap siswa sangat dihargai. Siswa terbiasa melakukan aktivitas yang kreatif sehingga menghasilkan produk kreatif yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan. Motivasi belajar siswa tinggi. Siswa lebih percaya diri sehingga tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi yang dimiliki.hasil belajar siswa meningkat karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakana. Namun quantum learning juga memiliki kekurangan yaitu tidak semua guru dapat langsung membuat kondisi belajar yang kondusif, dinamis, interaktif dan partisipasif, serta quantum learning membutuhkan waktu yang relatif lama agar tercapai tujuan pembelajarannya .

5. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. 27 Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah: siswa menampilkan perbedaan- perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Karakteristik lainya dari anak SD adalah: senang bermain, senang bergerak, senang bekerja kelompok, senang merasakan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu: kedewasaan maturation, pengalaman fisik physical experience, pengalaman logika matematika logical mathematical experience, transmisi sosial social transmission, dan proses keseimbangan equilibriun atau proses pengaturan sendiri self-regulation. Selanjutnya Piaget Asrori, 2009:69 menempatkansiswa kelas IVSD berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta- fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, mapu memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkannya bervariasi. Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, siswa belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana siswa tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena siswa sudah diharapkan pada dunia pengetahuan. Pada usia ini siswa masuk sekolah umum, proses belajar 28 siswa tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena siswa sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat Asrori, 2009:70. Berdasarkan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok. Menurut Dwi 2011:17 karakteristik siswa Kelas IV SD adalah sebagai berikut: ada kecenderungan memuji diri, senang bermain, senang bergerak, senang bekerja kelompok, senang merasakan atau memperagakan sesuatu secara langsung, suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain apabila hal tersebut dirasa menguntungkan untuk meremahkan orang lain, apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting, dan siswa SD itu amat realistik, sifat ingin tahu, dan ingin belajar.

6. Kajian Materi

Dalam Silabus kelas IV SD mata pelajaran IPA, terdapat 2 Standar Kompetensi, yang salah satunya adalah memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Standar Kompetensi tersebut telah dijabarkan kedalam beberapa Kompetensi Dasar, yakni: a mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia 29 dengan fungsinya, b menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh, c mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya, dan d menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera KTSP, 2007:207 Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, maka materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini sruktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.

B. Kerangka Berpikir

Penerapan quantum learning merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPA, yang melibatkan siswa secara holistik baik secara fisik, emosional, dan intelektual. Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model quantum learning adalah paradigma pendidikan kecakapan hidup untuk membantu tumbuh kembang pribadi siswa,yakni: Belajar untuk mengetahui learning to know, belajar untuk bekerja learning to do, belajar untuk hidup bersama learning to live together, dan belajar untuk menjadi diri sendiri learning to be menurut Sumiati dan Asra 2009:183. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada jiwa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan cara–cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan. Guna menghadapi masalah tersebut, beberapa ahli telah melakukan beberapa eksperimen pendidikan dalam rangka menemukan model pembelajaran yang

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PINANG JAYA BANDAR LAMPUNG

0 14 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

0 10 34

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

0 4 22

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN KIT IPA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN

0 9 9

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 1 MARGOSARI PRINGSEWU

1 5 71

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 164517 TEBING TINGGI T.A 2011/2012.

0 0 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL QUANTUM Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Simo Boyolali Tahun 2011/2012.

0 0 16

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Simo Boyolali Tahun 2011/2012.

0 3 5

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

0 0 212

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI MALANGAN.

0 1 197