3. Pengkoordinasian 4. Evaluasi
5. Pengawasan 6. Pemilihan staf
7. Perwakilan Tingkat kinerja manajerial tersebut merupakan faktor-faktor terpenting untuk
mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja keuangan suatu instansi atau perusahaan berdasarkan tolak ukur kinerja manajerial. Tingkat manajerial tersebut
merupakan perhitungan partisipasi keuangan yang berbasis kinerja dan memiliki suatu bentuk yang efektif,efisien dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.Berdasarkan
pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja manajerial merupakan faktor penting dalam pengukuran kinerja keuangan.
2.1.4 Komitmen Organisasi
Menurut Robbins 2001:140, komitmen pimpinan pada suatu organisasi adalah suatu keadaan dimana pimpinan memihak kepada organisasi tertentu dan
tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara kepemimpinannya dalam organisasi itu. Tanpa komitmen, sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari
sumber daya manusia. Tapi komitmen bukanlah sesuatu yang dapat hadir begitu saja. Komitmen harus dilahirkan. Oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap
tumbuh dan eksis disanubari sumber daya manusia. Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan yang baik bias menciptakan dan menumbuhkan komitmen.
Komitmen dalam organisasi dapat diartikan sebagai dimensi perilaku yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan para pimpinan untuk bertahan pada
Universitas Sumatera Utara
suatu perusahaan. Membuat pemimpin agar memiliki komitmen yang tinggi adalah sangat penting, terutama pada perusahaan-perusahaan non-profit yang skala gajinya
tidak kompetitif, seperti pada perusahaan industri Munandar,2001:453. Pemimpin yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi tidak sekedar bergabung
dengan perusahaan secara fisik atau hanya mengerjakan sesuatu yang menjadi tugasnya, melainkan juga bersedia melakukan pekerjaan diluar tugasnya.Sedangkan
Karyawan yang memperlihatkan komitmen yang tinggi, bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan lebih termotivasi dan lebih puas terhadap
pekerjaannya. Pada umumnya mereka menjadi kurang tertarik untuk meninggalkan perusahaan mereka Temaluru,2001:453.
Komitmen organisasi yang tinggi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi, karena terciptanya komitmen yang tinggi akan mempengaruhi situasi kerja yang
profesional. Berbicara mengenai komitmen organisasi tidak bisa dilepaskan dari sebuah istilah loyalitas yang sering mengikuti kata komitmen. Pemahaman demikian
membuat istilah loyalitas dan komitmen makna yang membingungkan. Komitmen organisasi, menurut Alwi, 2001 adalah sikap pimpinan untuk
tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya–upaya mencapai misi, nilai– nilai dan tujuan organisasi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa komitmen merupakan
suatu bentuk loyalitas yang lebih konkret yang dapat dilihat dari sejauh mana pimpinan mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung jawab dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Menurut Luthans 2002:236 bahwa sebagai suatu sikap, komitmen organisasi
merupakan suatu hasrat atau motif yang kuat tetap menjadi anggota organisasi, suatu
Universitas Sumatera Utara
keinginan untuk menunjukkan usaha tingkat tinggi atas nama organisasi, dan keyakinan yang kuat dalam menerima nilai–nilai dan tujuan- tujuan organisasi.
Komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Hal ini
dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu: 1. penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
2. Kesiapan dan kesediaan ungtuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.
3. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi menjadi bagian dari organisasi.
komitmen organisasi dibagi atas tiga komponen, yaitu: afektif,normative,dan continuance.
1. Komponen afektif berkaitan dengan emosiaonal, identifikasi dan keterlibatan pimpinan didalam suatu organisasi.
2. Komponen normative merupakan perusahaan-perusahaan pimpinan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
3. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pimpinan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
Setiap pemimpin memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Pemimpin yang memiliki komitmen
organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan pemimpin yang berdasarkan continuance. Pemimpin yang ingin menjadi anggota akan memiliki
keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindarkan kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak
maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimilki
pemimpin. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban pada pemimpin untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
Dalam beberapa kasus, tingkat komitmen organisasi yang rendah diantara pemimpin sangat berhubungan dengan tingginya tingkat absen dan turn over. Namun
demikian bukan berarti rendahnya tingkat turn over menunjukkan bahwa tingkat komitmen organisasinya tinggi.
Upaya untuk mencapai dan meningkatkan tingkat keterlibatan kerja dan komitmen diantara para pemimpin dan karyawan bukan merupakan pekerjaan yang
mudah bagi institusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan manusiawi yaitu menganggap karyawan bukan sebagai faktor produksi
semata, akan tetapi juga berusaha memelihara aspek individualitas yang akan menanamkan harga diri dan diharapkan selanjutnya karyawan akan memiliki rasa
tanggungjawab, keamanan dan kenyamanan dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Pendekatan manusiawi ini disamping memberikan imbalan yang sepadan dan
memperhatikan kesejahteraan karyawan, juga memberikan kesempatan pada karyawan untuk berinisiatif, berkreasi mengemukakan gagasan-gagasannya serta
turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Keadaan ini diharapkan dapat menimbulkan rasa ikut memiliki atau rasa terlibat pada diri setiap karyawan sehingga
karyawan tidak akan tertarik untuk meninggalkan atau keluar dari perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dalam hal ini, karyawan diajak untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atas suatu masalah mulai dari perencanaan,pelaksanaan dan pengembangan
serta mampu mempertanggung jawabkan keputusan itu. Dengan demikian, karyawan diharapkan akan merasa puas dengan pekerjaannya.
2.2 Review Peneliti Terdahulu