3. Tambak, menunjukkan bahwa pertimbangan aspek ekonomi masih
merupakan prioritas pertama dengan bobot sebesar 0,528 sedangkan faktor yang sangat mempengaruhi aspek tersebut secara berurutan Prioritas Ke-1
adalah Pendapatan dengan bobot sebesar 0.243, hal ini diikarenakan dengan adanya tambak maka dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat. Tradisi dan kebiasaan yang turun temurun merupakan Prioritas Ke-2 dengan bobot 0.220, hal ini dimungkinkan karena sebagian besar
wilayah budidaya tambak merupakan harta warisan dari leluhurnya. Sedangkan Prioritas Ke-3 adalah Eksplotasi Sumberdaya dengan bobot
sebesar 0,163.
b. Analisa Pendapat Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan
Hasil analisis pendapat stakeholder pada penentuan prioritas penggunaan lahan,
disajikan pada Tabel 5.8 sebagai berikut: Tabel 5.8. Hasil Pendapat Stakeholder Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan
dalam Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir
Penggunaan Lahan
Aspek Bobot Prioritas
E1 E2
E3 L1
L2 S1
S2 T1
Industri 0.290 0.250 0.130 0.105 0.086 0.060 0.045 0.034
0.097 1
Permukiman 0.126 0.044 0.315 0.122
0.25 0.071 0.042 0.030
0.091 2
Tambak 0.220 0.124 0.060 0.112 0.035 0.165 0.243 0.041
0.101 1
Sumber: Hasil Analisis , 2011
Berdasarkan hasil analisis hirarki, konflik penggunaan lahan untuk industri, permukiman dan tambak di Kelurahan Sicanang dan Kelurahan Bahagia
diprioritaskan untuk tambak dengan nilai bobot sebesar 0.101. Namun melihat perbedaan nilai bobot yang relatif kecil yaitu 0.097 untuk industri, maka dapat
dilakukan berdampingan pada ruang yang sama dengan pertimbangan aspek ekonomi, yaitu: meningkatkan pendapatan asli daerah dan masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar hasil analisis Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan dalam pemanfaatan
ruang dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut:
Gambar 5.6. Hasil Analisis Konflik Kegiatan Industri, Permukiman, dan Tambak
5.3. Analisis Kebijakan
Analisis Kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan landasan bagi
para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan. Dalam analisis kebijakan, kata analisis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk penggunaan intuisi
dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen-komponen tetapi juga
perancangan dan sintesis alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat
Universitas Sumatera Utara
direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan- pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai
mengevaluasi suatu programtindakan kebijakan. Analisis kebijakan menghasilkan informasi mengenai nilai-nilai dan serangkaian tindakan yang dipilih. Oleh karena itu
analisis kebijakan dapat dilakukan dengan melalui evaluasi dan rekomendasi kebijakan.
Rekomendasi merupakan proses rasional di mana para analis memproduksi informasi dan argumen-argumen yang beralasan tentang solusi-solusi yang potensial
dari permasalahan. Rekomendasi Recommendation adalah salah satu prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai
konsekuensi yang mungkin dan serangkaian arah tindakan di masa depan dan nilai- nilai atau manfaat dari tindakan tersebut. Konsekuensi dari suatu tindakan untuk
mencapai penyelesaian terhadap masalah kebijakan, perlu informasi mengenai kondisi yang menimbulkan masalah. Namun informasi semacam ini biasanya tidak
memadai, karena masa lalu tidak dapat terulang kembali dan nilai itu sendiri setiap saat berubah, oleh karena itu untuk memperoleh informasi tersebut analis perlu suatu
“Intuisi”, yaitu: kreativitas, wawasan atau “pandangan” terhadap permasalahan. Rekomendasi dalam analisis kebijakan memerlukan pendekatan normatif,
baik secara empiris maupun evaluatif. Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik tertentu, bersifat
factual dan informasi yang dihasilkan bersifat deskrptif, pendekatan evaluatif membuahkan suatu hasil yang relevan dengan kebijakan tentang ketidakpastian
antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Jadi
Universitas Sumatera Utara
evaluasi ini sangat membantu pengambilan keputusan kebijakan pada tahap pembuatan kebijakan. Sedangkan pendekatan normatif ditekankan pada rekomendasi
serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik.
Sehubungan dengan hasil analisis terhadap konflik penggunaan lahan dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang terjadi di kecamatan Medan Belawan maka
rekomendasi kebijakan yang dilakukan adalah: 1.
Kelurahan Belawan I dan Belawan II yaitu konflik antara penggunaan lahan
industri dan permukiman. Menurut Rencana Tata ruang diperuntukkan untuk permukiman, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan kedua
kelurahan tersebut memang sesuai untuk kedua kegiatan tersebut yaitu industri dan permukiman. Dan dilanjutkan dengan analisis hirarki lokasi tersebut lebih
diutamakan untuk kegiatan industri. Oleh karenanya berdasarkan hasil analisis hirarki dan evaluasi kesesuaian lahan maka penentuan penggunaan lahan di
Kelurahan Belawan I dan Belawan II dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1
Kelurahan Belawan I di rekomendasikan agar pemerintah melakukan intervensi untuk penyiapan lahan perluasan kawasan pelabuhan Belawan
mengingat seluruh produk industri akan diangkut melalui pelabuhan. Dalam skala perdagangan internasional kondisi pelabuhan Belawan memerlukan
lahan tambahan untuk pengembangannya. Dipastikan dalam waktu dekat pemerintah akan mengalami kesulitan dalam pengadaan lahan untuk
perluasan fasilitasi pelabuhan kalau seandainya tidak secara dini mempersiapkan cadangan lahan perluasan perlabuhan. Untuk ini diperlukan
Universitas Sumatera Utara
intervensi dan regulasi khusus dalam pemanfaatan ruang.Dalam Bentuk Bank Tanah.
2 Untuk jangka panjang perlu kebijakan untuk membatasi pengembangan
industri di kawasan ini, yang selanjutnya diarahkan ke wilayah Kawasan Industri Medan KIM sehingga pengaturan limbah lebih mudah di
koordinasi. 3
Sedangkan untuk permukiman masyarakat lebih dikonsentrasikan di Kelurahan Belawan II dengan kebijakan memperlonggar KDB Koefesien
Dasar Bangunan dan pengaturan ketinggian bangunan sehingga pemanfaatan lahan yang ada menjadi lebih efektif.
2. Kelurahan Sicanang dan Kelurahan Bagan Deli, yaitu: konflik antara industri,
permukiman dan tambak. Menurut Rencana Tata ruang diperuntukkan untuk industri dan permukiman, sedangkan berdasarkan hasil analisis evaluasi
kesesuaian lahan maka Kelurahan Sicanang dan Kelurahan Bagan Deli sesuai untuk Industri, Tambak dan Permukiman. Sedangkan dari hasil analisis hirarki
kedua lokasi tersebut diprioritaskan untuk kegiatan tambak dan industri, karena kedua kegiatan tersebut memiliki tingkat kepentingan yang relatif sama baik bagi
pemerintah, swasta maupun masyarakat, yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Oleh karenanya berdasarkan hasil analisis hirarki dan
evaluasi kesesuaian lahan maka penentuan penggunaan lahan di kelurahan Sicanang dan Bagan Deli dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1 Melihat sosial ekonomi masyarakat khususnya di Kelurahan sicanang dan
Bagan deli yang mayoritas bekerja di sektor primer pertanian dan perikanan
Universitas Sumatera Utara
maka kebijakan yang tepat saat ini adalah tetap mempertahankan kelurahan tersebut sebagai lokasi kegiatan pertambakanperikanan. Hal ini bersesuaian
juga dengan hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan dan analisis AHP. Namun demikian dibutuhkan beberapa kebijakan sektoral untuk dapat
mengoptimumkan pemanfaatan lahan agar sesuai dengan kebijakan arahan tata ruang.
2 Khusus untuk lokasi tertentu yang merupakan eksisting enclave kawasan
permukiman diperlukan kebijakan penataan khusus berupa Rencana Tata Bangunan RTB dan Rencana Tata Lingkungan RTL agar perkembangan
dapat dibatasi dan selanjutnya harus mempertimbangkan rencana tata ruang yang yang ada secara konsekuen.
3 Kebijakan lain untuk kegiatan industri di kelurahan Sicanang dan Bagan Deli
harus ditiadakan. Eksisting lokasi industri yang sudah ada harus dipindahkan ke kawasan industri yang sudah ditentukan dalam arahan rencana tata ruang
secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan evaluasi Kesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Medan
Belawan, untuk penggunaan lahan tambak maka dapat ditetapkan di kelurahan Sicanang dan Bahari dalam kategori sangat sesuai, dan kelurahan Bahagia dan
Bagan Deli dalam kategori sesuai. Sedangkan untuk industri dan permukiman di Kelurahan Belawan I dan Belawan II termasuk dalam kategori sangat sesuai, dan
Kelurahan Bagan Deli dan Bahagia dalam kategori sesuai. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik pemanfaatan ruang dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir adalah terjadinya penyimpangan
pemanfaatan ruang dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. 3.
Persepsi masyarakat pemerintah dan swasta terhadap pemanfaatan ruang wilayah pesisir di Kecamatan Medan Belawan lebih diutamakan bagi kegiatan industri
dengan pertimbangan aspek ekonomi. 4.
Penentuan prioritas penggunaan lahan di Kecamatan Medan Belawan lebih mengutamakan kegiatan industri, kemudian prioritasnya berikutnya untuk
tambak.
74
Universitas Sumatera Utara