dan  cenderung  telah  mempengaruhi  perilaku  setiap  karyawan  sehingga  budaya organisasi meningkatkan cara dimana karyawan harus berperilaku.
Berhubungan dengan definisi tersebut, Edgar Schein dalam Rollinson, 2005 menggambarkan budaya organisasi sebagai suatu pola asumsi dasar yang diciptakan,
ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok seperti belajar untuk mengatasi masalah-masalah pada adaptasi eksternal misalnya strategi, tujuan, struktur organisasi,
sistem  informasi  dan  intergrasi  internal  misalnya  hubungan,  komunikasi  para karyawan, reward, hukuman serta  agama,  yang telah bekerja cukup  baik, karena itu
hal ini diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara terbaik untuk menerima, berpikir dan merasakan  hubungannya dengan masalah-masalah tersebut.  Definisi ini
menunjukkan  bahwa  budaya  organisasi  membentuk  asumsi  yang  diterima  untuk melakukan sesuatu dan disalurkan kepada anggota baru dalam organisasi tersebut.
Dari  penjelasan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  budaya  organisasi  adalah suatu  pola  asumsi  dasar  tentang  nilai-nilai,  kepercayaan,  dan  prinsip  dalam  suatu
organisasi  dimana  dapat  mengarahkan  pemikiran  dan  tindakan  karyawan  dalam menghadapi  suatu  masalah  dan  mengetahui  cara  berperilaku  yang  benar  dalam
organisasi.
2.  Level Budaya Organisasi
Edgar  Schein  dalam  Rollinson,  2005  membagikan  budaya  organisasi  ke dalam  tiga  level  yang  berbeda  dimana  setiap  level  memiliki  elemen-elemen  pada
budaya organisasi tersebut, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
a. Surface Level
Merupakan  struktur  dan  proses  organisasi  yang  tampak  dan  dapat  di  observasi. Terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari rancangan fisik suatu bangunan, cara
berpakaian,  cara  berbicara  dengan  orang  lain  sampai  dengan  hal  yang dibicarakan. Surface level dibedakan dalam beberapa elemen, diantaranya:
i. Norma
Ini  merupakan  tanda  perilaku  yang  dijadikan  asumsi  dan  nilai-nilai  dan diabadikan ketika orang mengamati norma tersebut.
ii. Bahasa
Bahasa  yang  digunakan  seseorang  dapat  menjadi  indikasi  bernilai  pada budaya.  Bagaimana  atasan  berbicara  dengan  bawahan  dapat  menunjukkan
nilai status pada pekerjaan. iii.
Simbol Status  simbol  menunjukkan  posisi  sosial  dan  tingkat  dalam  hirarki,  dan
kebesaran  mereka  memberikan  indikasi  yang  baik  tentang  seberapa pentingnya
hal tersebut
melekat pada
hirarki sebagai
prinsip pengorganisasian.
iv. Ritual dan ceremony
Ritual  merupakan  program  rutin  yang  dijalankan  oleh  organisasi.  Ritual yang  diperkenalkan  kepada  karyawan  baru  dapat  mempercepat  proses
integrasi.  Sedangkan  ceremonies  merupakan  aktivitas  yang  direncanakan secara  khusus.  Baik  ceremonies  yang  formal  maupun  informal  sering
Universitas Sumatera Utara
memberikan  arti  yang  penting  bagi  organisasi.  Pesta  perpisahan  atau pensiun dapat digunakan sebagai tanda sebuah keluarga bahagia atau sebuah
organisasi yang penuh kehangatan. v.
Sejarah Sejarah sering sebagai cara untuk menunjukkan nilai-nilai utama dan asumsi
kepada orang lain dan menjadi hal yang menarik untuk didengar. b.
Espoused Values Merupakan nilai untuk mendirikan gambaran publik yang ingin ditunjukkan oleh
pemimpin organisasi. Nilai tersebut secara sadar dibangun dan secara moral atau etis  mengarahkan  perilaku  dengan  mengembangkan  asumsi  ke  dalam  perilaku.
Oleh  karena  itu,  nilai  mengarahkan  perilaku  dalam  organisasi.  Elemen-elemen pada level tersebut antara lain: Strategi, tujuan ataupun filosofi organisasi.
c. Basic Assumptions
Merupakan  level  terdalam  pada  budaya.  Hal  ini  merupakan  dasar  beliefs  yang dianut  oleh  banyak  orang  tanpa  disadari.  Setiap  organisasi  juga  cenderung
berbeda  dalam  basic  assumptions  yang  ada  dalam  budaya  mereka.  Elemen- elemen pada basic assumptions terdiri dari: beliefs, nilai-nilai, perasaan, persepsi,
pemikiran dan asumsi.
3.  Fungsi Budaya Organisasi