Prosedur Penelitian Hasil Uji Hipotesis

hubungan antara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua variabel, maka penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson PE, dengan perhitungannya menggunakan program SPSS versi 16.00 untuk menghitung korelasi antara masing-masing dimensi kepribadian big five dan variabel usia, sedangkan untuk menghitung korelasi antara variabel tingkat pendidikan dan jenis kelamin, peneliti menggunakan korelasi Polyserial PS dan perhitungannya akan menggunakan program Lisrel versi 8.7.

3.6 Prosedur Penelitian

1. Tahap penelitian Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kepribadian big five dan skala perilaku merokok. 2. Tahap uji coba Peneliti menyebarkan angket ke respoden uji coba. Uji coba dilaksanakan di daerah Jakarta Selatan. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data yang sudah terkumpul sehingga diperoleh item-item yang reliabel dan valid untuk digunakan pada penelitian. 3. Pengambilan data Menentukan sampel penelitian, memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi kuesioner penelitian serta melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah disediakan. 4. Pengolahan data Melakukan skoring untuk setiap hasil skala yang telah di isi oleh responden penelitian. BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum responden penelitian, deskripsi data, uji persyaratan, pengujian hipotesis, dan uji regresi.

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Gambaran umum responden penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Responden penelitian dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Presentase Laki-laki 79 79 Perempuan 21 21 Jumlah 100 100 Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang, 79 orang berjenis kelamin laki-laki 79 dan 21 orang berjenis kelamin perempuan 21.

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi Presentase SD 1 1 SMP 20 20 SMA 79 79 Jumlah 100 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 79 orang atau sebesar 79. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 20 orang atau sebesar 20 dan hanya satu orang atau sebesar 1 yang memiliki pendidikan terakhir SD. 4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Presentase 17 13 13 18 20 20 19 26 26 20 14 14 21 27 27 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa responden dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berada pada rentang 17-21 tahun. Responden yang paling banyak dalam penelitian ini berada pada usia 21 tahun yaitu sebanyak 27 orang atau dengan persentasi 27, urutan kedua berada pada usia 19 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 26. Selanjutnya responden yang berada pada usia 18 tahun sebanyak 20 orang, dan yang berusia 20 tahun sebanyak 14 orang, serta jumlah responden yang paling sedikit berada pada usia 17 tahun sebanyak 13 orang atau 13.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Selanjutnya akan dijelaskan statististik deskriptif dari variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai mean, standar deviasi SD, nilai maksimal dan minimal dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Neuroticism Extraversion 100 100 32 23 74 72 50.0000 50.0000 9.722 8.846 Agreeableness Openness 100 100 25 26 73 69 50.0000 50.0000 8.474 9.116 Conscientiousness 100 26 72 50.0000 9.468 Perilaku Merokok 100 28 80 50.0000 9.680 Valid N listwise 100 Berdasarkan tabel 4.4 skor terendah dimensi neuroticism adalah 32 dan skor tertingginya 74 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9,72. Setelah itu skor dimensi extraversion terendah 23 dan tertinggi 72 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8,84. Kemudian skor terendah dimensi agreeableness yaitu 25 dan skor tertinggi 73 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8,47. selanjutnya dimensi openness skor terendahnya yaitu 26 dan skor tertinggi sebesar 69 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9,11. sedangkan skor terendah yang diperoleh dimensi conscientiousness sebesar 26 dan skor tertingginya 72 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9,46. Serta perilaku merokok nilai terendahnya adalah 28 dan nilai tertinggi 80 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9,68. Nilai rentangan terbesar nilai maksimal-minimal terdapat pada perilaku merokok sebesar 53. Hal ini berarti variabel yang paling heterogen hasilnya adalah perilaku merokok.

4.2.1 Kategorisasi Perilaku Merokok

Pada skala ini skor dari setiap item telah dihitung faktor skornya untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T skor. Nilai baku inilah yang kemudian dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Hal tersebut juga berlaku pada variabel Dimensi Kepribadian Big Five. Peneliti membagi klasifikasi skor perilaku merokok menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rumus untuk mengkategorisasikannya adalah: Dengan begitu, kategorisasi yang diperoleh untuk skala perilaku merokok adalah: Tabel 4.5 Penyebaran Skor Perilaku Merokok Kategori Rumus Nilai Jumlah Subjek Persen Tinggi 3X + nilai minimum 63 – 80 7 7 Sedang 2X + nilai minimum 46 – 62 59 59 Rendah X+ nilai minimum 28- 45 34 34 ∑ 100 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki perilaku merokok yang tinggi hanya sebanyak 7 orang dari jumlah responden 100 orang dan lebih dari setengah responden memiliki perilaku merokok yang sedang dengan jumlah 59 orang, dan ada 34 responden yang memiliki perilaku merokok yang rendah.

4.2.2 Kategorisasi Dimensi Kepribadian Big Five

Masing-masing dimensi kepribadian big five memiliki jumlah item yang berbeda- beda. Neuroticism terdiri dari 18 item, extraversion 11 item, kemudian agreeableness dengan 12 item, openess memiliki 11 item dan conscientiousness 13 item. Dari tabel 4.4 telah diketahui mean dan standar deviasi masing-masing dimensi tersebut. Karena tiap dimensi memiliki jumlah item yang berbeda Nilai maximum - nilai minimum = 80 – 28 = 17,33 = 17 Kategori 3 sehingga untuk mengkategorikannya perlu dilakukan perhitungan standar baku z- score. Setelah semua item telah distandar baku-kan kemudian item-item tiap dimensi itu dibandingkan skornya satu sama lain, skor z-skor yang paling tinggi dari kelima item tersebut lah yang termasuk dalam pengkategorian. Berikut ini adalah hasil kategorisasi masing-masing dimensi kepribadian big five. Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Big Five Trait Kepribadian Big Five Jumlah Subjek Persentase Perilaku Merokok Tinggi Sedang Rendah Neuroticism 29 29 17 12 Extraversion 13 13 1 9 3 Agreeableness 19 19 2 13 4 Openess 18 18 1 8 9 Conscientiousness 21 21 3 12 6 Total 100 100 7 59 34 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat ada 29 responden yang masuk kategori dimensi neuroticsm dengan 17 orang yang memiliki perilaku merokok pada taraf sedang, dan 12 orang pada taraf rendah. Kemudian ada 13 responden atau 13 yang termasuk dalam dimensi extraversion dengan 1 orang memiliki perilaku merokok tinggi, 9 orang dengan perilaku merokok sedang, dan 3 orang dengan perilaku merokok rendah. Selanjutnya, ada 19 orang yang memiliki dimensi agreeableness dominan dalam dirinya atau sebesar 19 responden dengan 2 orang yang perilaku merokok tinggi, 13 orang pada taraf sedang, dan 4 orang pada taraf rendah. Selain itu, ada 18 orang atau 18 yang masuk dalam dimensi openess dengan 1 orang yang memiliki perilaku merokok tinggi, 8 orang dengan perilaku merokok sedang dan 9 orang dengan perilaku merokok yang rendah. Terakhir dimensi conscientiousness, ada 21 responden yang tergolong dalam dimensi conscientiousness ini atau 21, ada orang yang memiliki perilaku merokok tinggi, 12 orang yang memiliki perilaku merokok dalam taraf sedang serta 6 orang dengan taraf perilaku merook yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini dominan termasuk dalam dimensi neuroticism sebanyak 29 orang, sedangkan responden yang paling banyak memiliki perilaku merokok tinggi juga terdapat pada dimensi Constiousness, yaitu sebanyak 3 orang. 4.3 Hasil Uji Statistik 4.3.1. Analisis Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan pada dua kelompok antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam uji t ini peneliti menggunakan uji Independent Sample Test dan perhitungannya menggunakan sistem komputerisasi SPSS versi 16.00. Hasil uji t ini, didapatkan hasil : Tabel 4.7 Group Statistics Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Perilaku Merokok 1 79 50.5874 9.45344 1.06360 21 47.7904 10.43275 2.27661 Tabel 4.8 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Df Sig. 2-tailed Mean Differ- ence Std. Error Differ- ence 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Perilaku Merokok Equal variances assumed .635 .427 1.179 98 .241 2.79700 2.37200 -1.91016 7.50417 Equal variances not assumed 1.113 29.325 .275 2.79700 2.51281 -2.33979 7.93380 Dari hasil perhitungan diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada mean skor variabel perilaku merokok antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan taraf signifikansi 0,275 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan perilaku merokok yang signifikan antara responden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden yang berjenis kelamin perempuan. Artinya baik responden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki perilaku merokok yang sama.

4.3.2 Analisis Uji Beda Berdasarkan Usia

Uji anova yang digunakan yaitu menggunakan One Way Anova dan perhitungannya menggunakan sistem komputerisasi SPSS versi 16.00. Hasil uji t ini, didapatkan hasil : Tabel 4.9 ANOVA Perilaku Merokok Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 546.678 4 136.669 1.487 .212 Within Groups 8730.628 95 91.901 Total 9277.306 99 Dari hasil perhitungan pada tabel diatas diketahui F hitung sebesar 1,487 dengan taraf signifikansi 0.212 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada mean skor variabel perilaku merokok antara usia. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang perilaku merokok yang signifikan antara responden yang berusia 17 tahun, 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun dan 21 tahun. Artinya baik responden yang berusia 17 tahun, 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun dan 21 tahun memiliki perilaku merokok yang sama.

4.3.3 Analisis Uji Beda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.10

ANOVA Perilaku Merokok Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 647.738 2 323.869 3.640 .030 Within Groups 8629.568 97 88.965 Total 9277.306 99 Dari hasil perhitungan pada tabel diatas diketahui F hitung sebesar 3,640 dengan taraf signifikansi 0.030 0.05, maka terdapat perbedaan yang signifikan pada mean skor variabel perilaku merokok antara tingkat pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat perbedaan yang perilaku merokok yang signifikan antara responden dengan tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA. Artinya baik responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD, SMP dan SMA memiliki perilaku merokok yang berbeda.

4.4 Hasil Uji Hipotesis

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment PE dan korelasi Polyserial PS. Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 16.00. untuk menghitung korelasi Pearson Product Moment PE, berikut ini adalah hasil penelitiannya : Tabel 4.11 Uji Korelasi Dimensi Neuroticism Dengan Perilaku Merokok Perilaku merokok Neuroticism Perilaku merokok Pearson Correlation 1 .063 Sig. 2-tailed .536 N 100 100 neuroticism Pearson Correlation .063 1 Sig. 2-tailed .536 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara dimensi neuroticism dengan perilaku merokok sebesar 0,063 dengan taraf signifikansi 0.536 berarti hubungan tersebut tidak signifikan sehingga Ho1 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi neuroticism dengan perilaku merokok pada remaja akhir. Tabel 4.12 Uji Korelasi Dimensi Extraversion Dengan Perilaku Merokok Perilaku merokok Extraversion Perilaku merokok Pearson Correlation 1 -.234 Sig. 2-tailed .019 N 100 100 extraversion Pearson Correlation -.234 1 Sig. 2-tailed .019 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi extraversion dengan perilaku merokok sebesar -0,234 dengan nilai signifikansi 0.019 berarti hubungan tersebut signifikan pada probabilitas 5 sehingga Ho2 ditolak. Tanda negatif menyatakan bahwa semakin tinggi skor dimensi extraversion maka semakin rendah perilaku merokoknya. Sebaliknya, semakin rendah skor dimensi extraversion maka semakin tinggi perilaku merokoknya. Tabel 4.13 Uji Korelasi Dimensi Agreebleness Dengan Perilaku Merokok Perilaku Merokok Agreeableness Perilaku merokok Pearson Correlation 1 -.170 Sig. 2-tailed .090 N 100 100 agreeableness Pearson Correlation -.170 1 Sig. 2-tailed .090 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara dimensi agreebleness dengan perilaku merokok sebesar -0.170 dengan taraf signifikansi 0,090 berarti hubungan tersebut tidak signifikan sehingga Ho3 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi agreeableness dengan perilaku merokok pada remaja akhir. Tabel 4.14 Uji Korelasi Dimensi Openess Dengan Perilaku Merokok Perilaku merokok Openness Perilaku merokok Pearson Correlation 1 .201 Sig. 2-tailed .045 N 100 100 openness Pearson Correlation .201 1 Sig. 2-tailed .045 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi openess dengan perilaku merokok dengan nilai 0,201 dengan taraf signifikansi 0,045 berarti hubungan tersebut signifikan pada probabilitas 5 sehingga Ho4 ditolak. Tanda positif menyatakan bahwa semakin tinggi skor dimensi openess maka semakin tinggi perilaku merokok. Tabel 4.15 Uji Korelasi Dimensi Conscientiousness Dengan Perilaku Merokok Perilaku merokok Conscientiousness Perilaku merokok Pearson Correlation 1 -.122 Sig. 2-tailed .227 N 100 100 conscientiousness Pearson Correlation -.122 1 Sig. 2-tailed .227 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara dimensi conscientiousness dengan perilaku merokok sebesar -0.122 dengan taraf signifikansi 0.227 berarti hubungan tersebut tidak signifikan sehingga Ho5 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi conscientiousness dengan perilaku merokok pada remaja akhir. Tabel 4.16 Uji Korelasi Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Merokok Correlations and Test Statistics PS=Polyserial Variabel Correlation Test of Model Chi-Square df P-Value Tingkat Pendidikan VS Perilaku Merokok -0.163 PS 12.742 1 0.000 Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok sebesar -0.163 dengan nilai P-Value 0.000 berarti hubungan tersebut signifikan sehingga Ho6 ditolak. Tanda negatif menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah perilaku merokoknya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi perilaku merokoknya. Tabel 4.17 Uji Korelasi Usia Dengan Perilaku Merokok Perilaku Merokok usia Perilaku Merokok Pearson Correlation 1 -.088 Sig. 2-tailed .381 N 100 100 usia Pearson Correlation -.088 1 Sig. 2-tailed .381 N 100 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara usia dengan perilaku merokok sebesar -0.088 dengan taraf signifikansi 0.381 berarti hubungan tersebut tidak signifikan sehingga Ho7 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku merokok pada remaja akhir. Tabel 4.18 Uji Korelasi Jenis Kelamin Dengan Perilaku Merokok Correlations and Test Statistics PS=Polyserial Variabel Correlation Test of Model Chi-Squer df P-Value Jenis Kelamin VS Perilaku Merokok 0.164 PS 0.250 1 0.617 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara jenis kelamin dengan perilaku merokok sebesar 0.164 dengan P-Value 0.617 berarti hubungan tersebut tidak signifikan sehingga Ho8 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok pada remaja akhir.

4.5 Hasil Uji Regresi Variabel Penelitian