BAB III
PEMUATAN BERITA DALAM MEDIA CETAK
A. Kebebasan Pers di Indonesia Menurut Undang-Undang Pers
Hukum pers di Indonesia dalam arti, atau dalam kaitannya dengan perundang-undangan mengenai pers, maka akan dimulai dengan Undang-Undang
No. 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers yang selanjutnya disebut UU KKPP. Kemudian UU ini ditambah dan menjadi Undang-Undang No.
4 tahun 1967 tentang Penambahan UU KKPP yang selanjutnya disebut UU Penambahan KKPP. Perkembangan selanjutnya ialah UU Penambahan KKPP
diubah menjadi Undang-Undang No. 21 tahun 1982 tentang Perubahan atas UU KKPP sebagaimana telah diubah dengan UU Penambahan KKPP. Terakhir, UU
Perubahan KKPP diganti dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1999 tentang Pers yang selanjutnya disebut sebagai UU Pers.
110
Kebebasan pers adalah kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi seluas-luasnya, kebebasan untuk dapat memilih media sesuai dengan minat dan
aspirasi mereka, serta kebebasan untuk dapat menyalurkan pendapat, kritik, dan keluhan mereka melalui media pers.
111
110
Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Op. Cit., hal 1
111
Atmakusumah, Op. Cit., hal 13
Kebebasan atau kemerdekaan pers sesungguhnya merupakan bagian dari kebebasan berpendapat dan berekspresi serta
kebebasan memperoleh dan menyampaikan informasi bagi kepentingan khalayak itu sendiri, sebagaimana yang dijamin dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat MPR No. 17 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia HAM yaitu pada
Universitas Sumatera Utara
Pasal 19, 20, dan 21.
112
Kebebasan pers, seperti juga kebebasan berekspresi, merupakan upaya manusia atau wartawan dan pengelola media dalam hal
menyangkut profesi pers untuk menghimpun dan menyiarkan informasi serta pendapat seluas dan sedalam mungkin.
113
Upaya pers dalam pencarian dan penyebaran informasi serta pendapat dijamin oleh UU Pers, antara lain dalam Pasal
4 ayat 3 dinyatakan bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan
informasi.
114
Indonesia dalam Undang-Undang Dasar UUD 1945 Pasal 28 menetapkan kebebasan berbicara dan berserikat diatur dengan UU, dan UU itu
adalah UU KKPP sebagaimana telah diubah menjadi UU Pers dan UU No. 21 tahun 1982 tentang Perubahan UU KKPP, yang berarti kebebasan menyatakan
pendapat berupa kontrol, kritik, dan koreksi dibolehkan di negara ini.
115
Situasi kebebasan pers di Indonesia saat ini, bedanya seperti langit dan bumi jika dibandingkan dengan kebebasan pers era Orde Baru.
116
Pada suatu masa tertentu media massa amat bebas melaksanakan peran dan fungsinya, namun pada
masa lainnya media massa dibatasi perannya, bahkan seolah-olah “ditentukan” oleh penguasa.
117
112
Ibid., hal 359
113
Ibid., hal 385
114
Ibid.,
115
Andi Baso Mappatoto, Op. Cit., hal 82
116
Tjipta Lesmana, Pencemaran Nama Baik dan Kebebasan Pers antara Indonesia dan Amerika, Erwin Rika Press, Jakarta, 2005, hal 189
117
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Op. Cit., hal 154
Tidak dapat dipungkiri, sejak era reformasi bergulir, jurnalistik mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade terakhir. Pasca reformasi
yang melanda Indonesia pada tahun 1998, jurnalistik telah mencapai puncak
Universitas Sumatera Utara
kebebasan.
118
Tanpa mengurangi kehebatan dan kualitas media massa pada era orde baru, momentum berkembangnya jurnalistik dan media massa di Indonesia
dapat dikatakan terjadi para era reformasi, setelah tahun 1998.
119
Berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang
disampaikan oleh wartawan di media massa.
B. Pengaturan dan Standar Pemuatan Berita di Media Cetak