B. Pengertian dan Pengaturan Hukum Media Massa
Media massa merupakan tempat untuk mempublikasikan berita.
53
Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk
menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada publik atau masyarakat.
54
Kata media massa terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “massa”. Kata media dekat
dengan pengertian “medium” yang berarti penengah atau penghubung. Sedangkan kata massa berarti sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak.
55
Sehingga dapat diartikan media massa adalah suatu lembaga netral yang berhubungan
dengan orang banyak atau lembaga yang netral bagi semua kalangan atau masyarakat banyak.
56
Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan istilah pers.
57
Istilah pers, atau press berasal dari istilah latin pressus yang artinya adalah tekanan, tertekan, terhimpit, atau
padat. Pers dalam kosakata Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti sama dengan bahasa Inggris “press” sebagai sebutan untuk alat
cetak. Keberadaan pers dari terjemahan istilah ini pada umumnya adalah sebagai media penghimpit atau penekan dalam masyarakat.
58
Jadi secara harafiah, kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan
perantaraan barang cetakan.
59
1. Usaha percetakan dan penerbitan;
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pers diartikan sebagai:
53
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 26
54
Ibid., hal 27
55
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 56
56
Ibid.,
57
Paryati Sudarman, Op. Cit., hal 6
58
Samsul Wahidin, Op. Cit., hal 35
59
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Op. Cit., hal 17
Universitas Sumatera Utara
2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita;
3. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio;
4. Orang yang bergerak dalam penyiaran berita;
5. Medium penyiaran berita seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film.
60
Sedangkan dalam UU Pers Pasal 1 Angka 1 dinyatakan bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
61
Berdasarkan uraian di atas, ada dua pengertian mengenai pers yaitu pers dalam arti kata sempit dan pers dalam arti kata luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu yang
menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut
kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik, seperti radio, televisi, maupun internet.
62
Pers tidak dapat dihindarkan dengan jurnalistik. Jurnalistik atau journalisme berasal dari kata journal, yang artinya catatan harian, atau catatan
mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari bahasa Latin diurnalis, yang artinya harian atau setiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalist, yaitu
60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hal 675
61
Paryati Sudarman, Loc. Cit.,
62
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Loc. Cit.,
Universitas Sumatera Utara
orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
63
Dengan kata lain, pers sangat erat hubungannya dengan jurnalistik. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan
berguna apabila semua sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik.
64
Secara sempit pers merupakan suatu wadah atau baki penyajian karya jurnalistik yang
berupa informasi, hiburan, ataupun keterangan dan penerangan. Sedangkan jurnalistiknya adalah merupakan kejuruan atau keahlian dalam mewujudkan
informasi, hiburan, keterangan, atau penerangan itu dalam bentuk berita, tajuk, kritik, ulasan, ataupun artikel lainnya.
65
Perbedaan antara jurnalistik dengan pers dapat dibedakan berdasarkan substansi aktivitasnya, yaitu jurnalistik lebih mengacu pada bentuk komunikasi
yang mengarah pada aktivitas pencarian dan penulisan berita, sedangkan pers adalah media atau tempat berita dipublikasikan.
66
Dengan demikian, jurnalistik pers berarti proses kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah,
memuat, dan menyebarkan berita melalui media berskala pers yakni surat kabar, tabloid, atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
67
Mengenai media massa maka dirasakan sangat perlu untuk dibuat peraturan hukum ataupun perangkat undang-undang agar media massa dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya. Hukum media adalah hukum yang mengatur tentang ketentuan- ketentuan media massa, sebagai alat komunikasi massa.
68
63
Ibid., hal 15
64
Kustadi Suhandang, Op. Cit., hal 40
65
Ibid.,
66
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 17
67
Haris AS Sumadiria, Op. Cit., hal 1
68
Hari Wiryawan, hal 132
Hukum media harus memberi jaminan bahwa hak pribadi harus mendapatkan perlindungan, sebab
Universitas Sumatera Utara
manakala hak pribadi seseorang dirugikan maka terdapat mekanisme yang mengatur secara hukum untuk memulihkannya.
69
Adapun peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai media massa adalah hukum penyiaran, hukum
internet, dan hukum pers.
70
Hukum penyiaran adalah hukum yang membahas aspek hukum yang berkaitan dengan media penyiaran yang meliputi radio, televisi, dan film.
71
Kemudian mengenai internet sebagai salah satu bentuk media massa maka peraturannya dapat dilihat dalam hukum internet. Hukum internet adalah hukum
yang berkaitan dengan ketentuan media internet, dan di beberapa negara hukum cyber telah masuk ke dalam bagian hukum penyiaran.
Hukum penyiaran diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
yang untuk selanjutnya akan disebut dengan UU Penyiaran dimana UU ini mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan penyiaran, baik fungsi dan tujuan
penyiaran, lembaga penyiaran, peran masyarakat, serta sanksi-sanksi bagi pihak yang melanggar ketentuan yang diatur dalam UU tersebut.
72
Sedangkan mengenai hukum pers maka diasumsikan sebagai hukum pers cetak.
73
Sumber-sumber hukum media agak berbeda jika dibandingkan dengan beberapa lapangan hukum lainnya yang keseluruhan pengaturannya terangkum
dalam satu peraturan perundang-undangan tertentu. Dalam peraturan hukum bidang media tidak semuanya terkumpul dalam suatu undang-undang tertentu.
74
69
Ibid., hal 152
70
Ibid., hal 131
71
Ibid.,
72
Ibid., hal 133
73
Ibid., hal 132
74
Ibid., hal 153
Universitas Sumatera Utara
Karena lingkup hukum media yang luas maka dipandang perlu diklasifikasikan sumber hukum media dalam beberapa kelompok berdasarkan isi atau substansi
permasalahan yang diatur yaitu sebagai berikut: a.
Sumber hukum media fundamental Yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang memuat suatu materi
tentang aspek-aspek mendasar dari suatu media yang bermuatan ideologis-politis. Dalam hal ini sumber hukum fundamental adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan
2. TAP MPR RI No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi
Manusia 3.
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
4. Undang-Undang No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum 5.
Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia General Declaration on Human Rights
b. Hukum media fungsional
Yaitu sumber-sumber hukum media yang berisi peraturan perundang-undangan yang mengatur atau menjabarkan penggunaan
atau fungsi dari hukum media fundamental. Sumber hukum fungsional di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
2. Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
Universitas Sumatera Utara
3. Undang-Undang No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman
4. Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2000 tentang
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit 5.
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik
6. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 7.
Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia
8. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 15 tahun 2003
tentang Rencana Induk Master Plan Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan
Radio Siaran FM Frekuensi Modulation jo Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 15 tahun 2004
9. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 27 tahun 2004
tentang Penetapan dan Tata Cara Pengalihan Kanal Frekuensi Radio bagi Penyelenggara Radio Siaran FM
Frekuensi Modulation 10.
Keputusan Menteri No. KM. 76 tahun 2003 tentang Master Plan Televisi Siaran Analog pada Pita Ultra High Frekuensi
11. Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No.
15.A.Dirjen2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
Pengalihan Kanal Frekuensi Radio bagi Penyelenggara Radio Siaran FM Frekuensi Modulation.
12. Surat Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia KPI No.
009SKKPI82004 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3SPS
c. Hukum media struktural
Yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang suatu sektor tertentu yang tidak secara langsung mengatur tentang media,
namun peraturan hukum itu secara materiil berdampak bagi kehidupan media massa, secara langsung atau tidak langsung. Yang
termasuk dalam kelompok hukum media struktural yaitu: 1.
Undang-Undang No. 1 tahun 1940 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP
2. Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi
3. Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas 4.
Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
5. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen 6.
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Telekomunikasi 7.
Undang-Undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan 8.
Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
9. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
75
Dalam penerapannya, hukum media struktural bila dianggap perlu bisa dibuat ketentuan khusus berkaitan dengan bidang media. Ketentuan tersebut akan menjadi
peraturan lex specialis dari ketentuan dalam hukum media struktural. Maka selanjutnya bila muncul peraturan lex specialis baru mengenai media, maka
ketentuan tersebut akan masuk dalam penggolongan hukum media fungsional.
76
Media massa kini tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan sehari-hari sebab media massa sudah menjadi kebutuhan hidup, baik media cetak maupun
elektronik. Media massa yang kini digunakan oleh masyarakat bentuknya semakin beragam. Dalam dunia jurnalistik, media dikategorikan kedalam tiga jenis
C. Bentuk-Bentuk Media Massa