Penyelesaian Sengketa Gugatan Atas Berita yang Salah

bidang hukum. 191 Dalam halnya wartawan Indonesia, kode etik yang saat ini dikenal adalah Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia PWI. 192 Pemahaman yang mendalam dari para penegak hukum tentang mekanisme hubungan yang lazim antara khalayak dan media pers sangatlah penting dalam upaya mengembangkan kebebasan dan tanggungjawab pers di negara demokrasi.

E. Penyelesaian Sengketa Gugatan Atas Berita yang Salah

193 Hak publik untuk mendapat informasi merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa. 194 Setidaknya, terdapat empat jalur tempuh yang dapat dilalui oleh khalayak ketika bersengketa dengan media pers, seperti yang disepakati oleh Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat DPR dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Dewan Pers pada 6 Juni 2002, yaitu: 195 1. Penyelesaian melalui penggunaan hak jawab UU Pers menyebutkan hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. 196 191 Ibid., hal 117 192 Ibid., 193 Atmakusumah, Op. Cit., hal 262 194 Ibid., hal 378 195 Ibid., hal 263 196 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 165 Pada saat redaksi menurunkan suatu berita yang merugikan atau mencederai nama baik seseorang tentulah harus dibukakan Universitas Sumatera Utara pintu untuk melakukan kontrol terhadap redaksi oleh orang yang nama baiknya dirugikan tersebut. Kontrol yang demikian itulah yang disebut dengan yang hak jawab. 197 Hak jawab tersebut disediakan dan dijamin oleh UU Pers dan karenanya sebaiknya harus digunakan dan dilakukan bila kesempatan untuk itu dibukakan. 198 Hak jawab dapat diajukan untuk keseluruhan atau bagian berita, dan wajib dimuat pada tempat, rubrik, atau program yang sama dengan berita yang dipermasalahkan. 199 Pelayanan hak jawab tidak dikenakan biaya dan harus dilakukan dalam waktu yang secepatnya sesuai dengan sifat pers yang bersangkutan. Media massa cetak wajib memuat hak jawab pada edisi berikutnya atau selambat-lambatnya pada dua edisi sejak hak jawab dimaksud diterima redaksi. 200 197 Hinca IP Pandjaitan, Op. Cit., hal 42 198 Ibid., hal 44 199 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 109 200 Ibid., Untuk lebih jelasnya penulis akan melampirkan Pedoman Hak Jawab: PEDOMAN HAK JAWAB Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud dari kedaulatan rakyat berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia. Kemerdekaan pers perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Pelaksanaan kemerdekaan pers dapat diwujudkan oleh pers yang merdeka, profesional, patuh pada asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai UU Pers, serta Kode Etik Jurnalistik. Universitas Sumatera Utara Dalam menjalankan peran dan fungsinya, pers wajib memberi akses yang proporsional kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi memelihara kemerdekaan pers dan menghormati Hak Jawab yang dimiliki masyarakat. Untuk itu, Pedoman Hak Jawab ini disusun: 1. Hak jawab adalah hak seseorang, sekelompok orang, organisasi, atau badan hukum untuk menanggapi dan menyanggah pemberitaan atau karya jurnalistik yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, terutama kekeliruan dan ketidakakuratan fakta, yang merugikan nama baiknya kepada pers yang memublikasikan. 2. Hak jawab berasaskan keadilan, kepentingan umum, proporsionalitas, dan profesionalitas. 3. Pers wajib melayani setiap hak jawab. 4. Fungsi hak jawab adalah: a. Memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat; b. Menghargai martabat dan kehormatan orang yang merasa dirugikan akibat pemberitaan pers; c. Mencegah atau mengurangi munculnya kerugian yang lebih besar bagi masyarakat dan pers; d. Bentuk pengawasan masyarakat terhadap pers. 5. Tujuan hak jawab untuk: a. Memenuhi pemberitaan atau karya jurnalistik yang adil dan berimbang; Universitas Sumatera Utara b. Melaksanakan tanggungjawab pers kepada masyarakat; c. Menyelesaikan sengketa pemberitaan pers; d. Mewujudkan itikad baik pers. 6. Hak jawab berisi sanggahan dan tanggapan dari pihak yang dirugikan. 7. Hak jawab diajukan langsung kepada pers yang bersangkutan, dengan tembusan ke Dewan Pers. 8. Dalam hal kelompok orang, organisasi atau badan hukum, hak jawab diajukan oleh pihak yang berwenang dan atau sesuai statuta organisasi, atau badan hukum bersangkutan. 9. Pengajuan hak jawab dilakukan secara tertulis termasuk digital dan ditujukan kepada penanggungjawab pers bersangkutan atau menyampaikan langsung kepada redaksi dengan menunjukkan identitas diri. 10. Pihak yang mengajukan hak jawab wajib memberitahukan informasi yang dianggap merugikan dirinya baik bagian per bagian atau secara keseluruhan dengan data pendukung. 11. Pelayanan hak jawab tidak dikenakan biaya. 12. Pers dapat menolak isi hak jawab jika: a. Panjangdurasijumlah karakter materi hak jawab melebihi pemberitaan atau karya jurnalistik yang dipersoalkan; b. Memuat fakta yang tidak terkait dengan pemberitaan atau karya jurnalistik yang dipersoalkan; Universitas Sumatera Utara c. Pemuatannya dapat menimbulkan pelanggaran hukum; d. Bertentangan dengan kepentingan pihak ketiga yang harus dilindungi secara hukum. 13. Hak jawab dilakukan secara proporsional: a. Hak jawab atas pemberitaan atau karya jurnalistik yang keliru dan tidak akurat dilakukan baik pada bagian per bagian atau secara keseluruhan dari informasi yang dipermasalahkan; b. Hak jawab dilayani pada tempat atau program yang sama dengan pemberitaan atau karya jurnalistik yang dipermasalahkan, kecuali disepakati lain oleh para pihak; c. Hak jawab dengan persetujuan para pihak dapat dilayani dalam format ralat, wawancara, profil, features, liputan, talkshow, pesan berjalan, komentar media siber, atau format lain tetapi bukan dalam format iklan; d. Pelaksanaan hak jawab harus dilakukan dalam waktu yang secepatnya, atau pada kesempatan pertama sesuai dengan sifat pers yang bersangkutan; 1. Untuk pers cetak wajib memuat hak jawab pada edisi berikutnya atau selambat-lambatnya pada dua edisi sejak hak jawab dimaksud diterima redaksi. 2. Untuk pers televisi dan radio wajib memuat hak jawab pada program berikutnya. Universitas Sumatera Utara e. Pemuatan hak jawab dilakukan satu kali untuk setiap pemberitaan; f. Dalam hal terdapat kekeliuran dan ketidakakuratan fakta yang bersifat menghakimi, fitnah dan atau bohong, pers wajib meminta maaf. 14. Pers berhak menyunting hak jawab sesuai dengan prinsip-prinsip pemberitaan atau karya jurnalistik, namun tidak boleh mengubah substansi atau makna hak jawab yang diajukan. 15. Tanggungjawab terhadap isi hak jawab ada pada penanggungjawab pers yang memublikasikannya. 16. Hak jawab tidak berlaku lagi jika setelah 2 dua bulan sejak berita atau karya jurnalistik dipublikasikan pihak yang dirugikan tidak mengajukan hak jawab, kecuali atas kesepakatan para pihak. 17. Sengketa mengenai pelaksanaan hak jawab diselesaikan oleh Dewan Pers. Sesuai dengan UU Pers, pers yang tidak melayani hak jawab selain melanggar KEJ juga dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah. 201 a. Hak jawab dapat diajukan oleh seseorang; Untuk memenuhi pelayanan Hak Jawab, maka sang pengadu harus memenuhi kriteria yang dirumuskan oleh defenisi Hak Jawab itu sendiri, yaitu: b. Hak jawab dapat pula diajukan oleh sekelompok orang; c. Hak jawab dapat diajukan dalam bentuk tanggapan; 201 Ibid., hal 200 Universitas Sumatera Utara d. Hak jawab dapat pula diajukan dalam bentuk sanggahan; e. Tanggapan dan atau sanggahan tersebut diajukan terhadap pemberitaan; f. Tanggapan dan atau sanggahan terhadap pemberitaan tersebut harus berupa fakta; g. Tanggapan dan atau sanggahan terhadap pemberitaan yang harus berupa fakta itu harus pula merugikan nama baiknya. 202 Perlu kiranya dipahami bahwa perihal hak jawab yang disediakan oleh suatu terbitan haruslah dipandang sebagai suatu hak yang universal di mana pihak yang dirugikan oleh pemberitaan media diberi ruang yang cukup untuk mengekspersikan keluhannya. 203 Masyarakat tidak bisa mengajukan gugatan hukum terhadap pers, sebelum mereka menggunakan hak jawab yang dijamin UU Pers untuk menyanggah atau memprotes substansi berita yang dipermasalahkan. 204 Contoh putusan Mahkamah Agung RI No. 3173KPdt1991 antara PT Anugerah Langkat Makmur versus Harian Garuda Medan tanggal 28 April 1993 secara cermat dan tepat mewujudkan makna filosofis penggunaan hak jawab dalam mekanisme penyelesaian permasalahan akibat pemberitaan pers. Putusan ini dapat dipakai sebagai contoh untuk memberikan penghargaan para jurnalis kepada hakim. Putusan Mahkamah Agung No. 3173KPdt1991 yang diucapkan tanggal 28 April 1993 itu, membatalkan dua putusan pengadilan sebelumnya, yaitu putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 11 Februari 1991 No. 14PdtG1990PN.Mdn, dan putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 10 Juni 1991 No. 150Pdt1991PT 202 Hinca IP Pandjaitan, Op. Cit., hal 80 203 Atmakusumah, Op. Cit., hal 378 204 Tjipta Lesmana, Op. Cit., hal 204 Universitas Sumatera Utara Mdn, yang memenangkan pihak PT. Anugerah Langkat Makmur sebagai penggugat dan mewajibkan Harian Garuda Medan untuk membayar ganti rugi. Salah satu pertimbangan hukum yang diberikan oleh para Hakim Agung menolak gugatan itu adalah karena para Hakim Agung itu mengutip suatu kelaziman penggunaan hak jawab bagi seseorang atau sekelompok orang anggota masyarakat yang merasa dirugikan nama baiknya oleh sebuah pemberitaan. 205 2. Penyelesaian melalui Dewan Pers sebagai mediator Dewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan UU Pers untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Selain melindungi kemerdekaan pers, Dewan Pers juga menetapkan dan mengawasi pelaksanaan KEJ dan menyelesaikan sengketa pers. 206 Dalam menangani pengaduan pelanggaran KEJ, Dewan Pers secara prinsip bertindak sebagai mediator antara masyarakat dengan pers. 207 Jika proses hukum sebagai alternatif penyelesaian sengketa pers dirasakan sebagai jalur yang terlampau panjang karena memerlukan waktu yang lama dan konsentrasi yang tinggi, maka Dewan Pers dapat menjadi lembaga mediator untuk menjembatani upaya penyelesaian kasus yang diakibatkan oleh pemberitaan pers. 208 205 Hinca IP Pandjaitan, Op. Cit., hal 45 206 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 122 207 Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Op. Cit., hal 175 208 Atmakusumah, Op. Cit., hal 355 Salah satu fungsi Dewan Pers ialah menerima pengaduan masyarakat menyangkut materi karya jurnalistik dan membantu mengupayakan penyelesaian sengketa antara masyarakat Universitas Sumatera Utara dan pers. 209 Pengaduan ke Dewan Pers ditempuh jika pengaduan langsung ke media tidak menghasilkan solusi yang memuaskan. 210 Sebelum mengadu ke Dewan Pers, masyarakat disarankan untuk menggunakan hak jawab terlebih dahulu. Hak jawab anggota masyarakat yang ingin disampaikan langsung ke pers ditembuskan ke Dewan Pers sebagai pemberitahuan. 211 Disebut pengaduan tembusan karena berarti ada pihak-pihak yang mengajukan surat berisi keluhan atau hak jawab kepada media dan menembuskannya kepada Dewan Pers. Namun, Dewan Pers tidak secara langsung menangani substansi surat tembusan ini, melainkan mengingatkan media agar segera melayani surat tersebut. Jika media tidak dengan segera melayani surat tersebut, maka pihak pengirim surat akan direkomendasikan untuk mengajukan pengaduan secara langsung kepada Dewan Pers. 212 Karya jurnalistik yang bisa diadukan adalah karya yang diterbitkan atau disiarkan selama-lamanya 2 dua bulan sebelumnya, kecuali untuk kasus khusus yang Mengenai prosedur pengaduan secara langsung kepada Dewan Pers maka hal yang dapat diadukan adalah: a. Karya jurnalistik, perilaku, dan atau tindakan wartawan yang terkait dengan kegiatan jurnalistik; b. Kekerasan terhadap wartawan dan atau perusahaan pers; c. Iklan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU Pers dan peraturan perundangan yang berlaku. 209 Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Op. Cit., hal 173 210 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 50 211 Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Op. Cit., hal 174 212 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 123 Universitas Sumatera Utara menyangkut kepentingan umum. Sedangkan hal yang tidak bisa diadukan adalah pengaduan yang sudah diajukan ke kepolisian atau pengadilan kecuali pihak pengadu bersedia mencabut pengaduannya ke kepolisian atau pengadilan untuk diselesaikan oleh Dewan Pers dan atau kepolisian menyerahkan penyelesaian kasus tersebut ke Dewan Pers. Mengenai para pihak jika yang terkait adalah karya jurnalistik maka teradu adalah penanggungjawab media. Pengadu mengadukan karya jurnalistik yang diduga melanggar UU Pers dan atau KEJ. Sedangkan jika terkait dengan kegiatan jurnalistik maka teradu adalah wartawan beserta penanggungjawab media yang bersangkutan. Pengadu mengajukan bukti kegiatan jurnalistik yang diduga melanggar UU Pers dan atau KEJ. Pengadu sedapat mungkin harus berhubungan langsung dengan Dewan Pers, namun jika dalam proses penanganan pengaduan dibutuhkan kehadiran pihak media yang diadukan, maka yang hadir adalah penanggungjawab atau yang mewakili dengan dilengkapi surat tugas. Pengaduan dapat diajukan secara tertulis atau dengan mengisi formulir pengaduan yang disediakan oleh Dewan Pers. Pengaduan ditujukan kepada Dewan Pers, alamat Gedung Dewan Pers Lantai 7-8, Jalan Kebon Sirih No. 32-34, Jakarta 10110. Telepon: 021-3504875, 77, faksimili: 021-3452030, surel: pengaduandewanpers.or.id . Berkas pengaduan yang diberikan kepada Dewan Pers pada prinsipnya bersifat terbuka, kecuali Dewan Pers menentukan lain. Pengaduan terhadap media cetak, lembaga penyiaran, dan media siber menyebutkan nama media, tanggal edisi penerbitanpublikasi, judul tulisanprogram siaran, alamat laman detail artikel untuk media siber, atau Universitas Sumatera Utara deskripsi foto dan ilustrasi yang dipersoalkan dengan melampirkan dokumen atau data pendukung serta, jika ada, bukti komunikasi menyangkut berita yang dipersoalkan dengan media bersangkutan. Penanganan pengaduan dilakukan di Sekretariat Dewan Pers atau di tempat lain yang ditetapkan Dewan Pers dengan proses penanganan pengaduan mulai dilakukan paling lambat 14 empat belas hari kerja sejak pengaduan diterima. Perkembangan penanganan pengaduan diumumkan di website Dewan Pers. Pengaduan gugur apabila pengadu tidak menanggapi 2 dua kali surat atau panggilan Dewan Pers dan pengadu mencabut pengaduannya. Pengadu yang pengaduannya gugur, tidak bisa mengadu lagi untuk kasus yang sama. Dewan Pers tetap memproses pemeriksaan meskipun pihak teradu sudah 2 dua kali dikirimi surat, tidak membalas atau dipanggil, tidak datang. Dewan Pers dalam menangani pengaduan dapat mengundang dan meminta keterangan dari pengadu dan penanggung jawab media yang diadukan. Dewan Pers kemudian melakukan pemeriksaan atas bukti dan keterangan dari pengadu dan teradu untuk mengeluarkan keputusan. Dewan Pers dapat menyelesaikan pengaduan melalui mekanisme surat-menyurat, mediasi, dan atau ajudikasi. Hasil mediasi para pihak lalu dituangkan dalam Hasil Penyelesaian Pengaduan dan ditandatangani oleh para pihak. Hasil mediasi prinsipnya bersifat tertutup, kecuali para pihak sepakat untuk terbuka. Namum jika mediasi tidak mencapai sepakat, Dewan Pers akan mengeluarkan Pernyataan Penilaian dan Universitas Sumatera Utara Rekomendasi yang ditetapkan melalui Rapat Pleno dan disampaikan kepada pengadu dan teradu serta diumumkan secara terbuka. 213 Seperti dijelaskan pada sidang Komisi I DPR pada 6 Juni 2000, dalam melaksanakan fungsi Dewan Pers sebagaimana ditetapkan oleh UU Pers maka perlu diketahui bahwa pendapat, kesimpulan, beserta putusan Dewan Pers dalam penyelesaian konflik publik dengan media pers bersifat nonlegalistik atau tidak bersifat menghukum. 214 Pendapat, kesimpulan, dan putusan Dewan Pers lebih bermuatan imbauan, anjuran, dan seruan, dengan tujuan untuk memberikan bantuan dan bimbingan yang bersifat pendidikan kepada semua pihak, baik kalangan pers maupun masyarakat pada umumnya dalam upaya melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain. 215 Selain itu, Dewan Pers perlu mengingatkan kembali bahwa jika ada pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan pers maka menurut KEJ dan ketentuan hukum, ada mekanisme yang lazim ditempuh dalam penyelesaian sengketa pemberitaan yaitu melalui penggunaan hak jawab. 216 Akan tetapi, apabila penyelesaian melalui Dewan Pers juga dinilai tidak memuaskan, maka berita yang dianggap merugikan tersebut dapat diproses secara hukum sampai ke pengadilan. 217 Kasus-kasus kesalahan pemberitaan yang menimbulkan dampak besar dan luas bagi pihak yang dirugikan, seperti pencemaran nama baik atau tuduhan 3. Penyelesaian melalui jalur hukum 213 www.dewanpers.or.idpagepengaduanprosedur diakses tanggal 27 Mei 2014 214 Atmakusumah, Op. Cit., hal 359 215 Ibid., 216 Ibid., hal 375 217 Ibid., hal 376 Universitas Sumatera Utara pembunuhan karakter character assassination seorang tokoh publik, untuk meluruskan pemberitaaan, memang tidak cukup apabila dengan sekedar pemuatan berita hak jawabnya. 218 Meskipun sudah terdapat prosedur penyelesaian sengketa jurnalistik secara tegas namun masih banyak pihak yang mengadukan perusahaan pers terkait dengan masalah pemberitaan ke kepolisian. Tentu saja itu tindakan yang tidak pada tempatnya. Urusan jurnalistik semestinya diselesaikan secara jurnalistik pula. Urusan pers harus diselesaikan berdasarkan UU Pers. Caranya adalah dengan mengajukan keluhan ke media yang bersangkutan atau ke Dewan Pers. 219 Nota Kesepahaman antara Polri dengan Dewan Pers salah satunya menyepakati bahwa polisi akan melimpahkan pengaduan-pengaduan yang diterimanya terkait dengan perkara jurnalistik kepada Dewan Pers. 220 Nota Kesepahaman antara Polri dengan Dewan Pers menegaskan bahwa sengketa jurnalistik semestinya diselesaikan secara jurnalistik. 221 Namun jika hak jawab tidak dipenuhi oleh media maka Dewan Pers kemudian tidak akan menghalangi upaya para pihak untuk menempuh jalur hukum dengan menggunakan delik pers. Namun, untuk menangani kasus seperti ini, polisi harus berpedoman pada UU Pers bukan UU yang lain. Polisi juga akan memastikan sebelum menempuh jalur hukum, pengadu telah terlebih dahulu 218 Prija Djatmika, Op. Cit., hal 80 219 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 107 220 Ibid., hal 108 221 Ibid., hal 134 Universitas Sumatera Utara menempuh prosedur penyelesaian secara jurnalistik. Polisi juga berkomitmen untuk mengarahkan pengadu menempuh jalur hukum perdata. 222 Nota Kesepahaman selanjutnya juga menegaskan Dewan Pers dan Kejaksaan Agung apabila ada dugaan pelanggaran hukum yang berkaitan dengan pemberitaan pers maka penyelesiannya mendahulukan UU Pers sebelum menerapkan peraturan perundang-undangan yang lain. 223 Sekalipun demikian, bukan berarti langkah hukum adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. 224 Bahkan, banyak kasus dalam pemberitaan pers yang dinilai salah dan sangat merugikan seseorang, selain diselesaikan melalui prosedur KEJ dan UU Pers, juga diselesaikan melalui proses peradilan pidana maupun perdata. 225 1. Pasal 1365 KUHPerdata Perbuatan Melanggar Hukum, dan; Adapun ketentuan perdata berkaitan dengan pers berdasarkan KUHPerdata yaitu yang tergolongkan kedalam: 2. Pasal 1372 KUHPerdata Tuntutan Perdata Mendapat Penggantian Kerugian dan Kehormatan serta Nama Baik. 226 Apabila kasus tersebut ingin diselesaikan secara hukum perdata maka harus mengajukan gugatan ke pengadilan negeri di mana pers yang memberitakan itu terbit atau di wilayah hukum di mana kerugian itu dirasakan oleh korban. 227 222 Ibid., hal 135 223 Ibid., hal 138 224 Prija Djatmika, Op. Cit., hal 82 225 Ibid., 226 Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Op. Cit., hal 218 227 Prija Djatmika, Op. Cit., hal 85 Berdasarkan hukum perdata, ketentuan tentang tuntutan ganti rugi biasanya Universitas Sumatera Utara didasarkan atas pasal-pasal 1373, 1374, 1375, 1376, 1377, 1378, 1379, dan 1380 KUHPerdata yang mengatur tentang ganti rugi. 228 Penyelesaian melalui peradilan perdata masalahnya akan terbentur pada proses yang membutuhkan waktu panjang dan biaya yang tidak sedikit sementara hasilnya masih belum pasti. 229 Esensi penyelesaian perselisihan antara pers dengan masyarakat melalui peradilan perdata biasanya dengan kompensasi berupa pembayaran sejumlah ganti rugi oleh pers dan pemulihan nama baik pada pihak yang merasa dirugikan. Ketentuan dalam KUHPerdata yang mengatur tentang besarnya ganti rugi sifatnya kasuistik yaitu diukur berdasarkan “tingkat kehormatan” pihak yang merasa dirugikan, berdasarkan penilaian hakim. 230 Boikot produk pers merupakan bagian dari gerakan perlindungan konsumen, namun yang diboikot disini bukan keberadaan perusahan pers melainkan produk perusahaan pers itu yang dianggap merugikan kepentingan publik, misalnya dalam hubungannya dengan isu lingkungan, perlindungan anak, atau perlindungan hak-hak perempuan. 4. Memboikot media pers 231 Berdasarkan hasil wawancara PT. Harian Waspada, bahwa pihak PT. Harian Waspada menyatakan belum pernah terjadi kasus yang berkaitan dengan pemberitaan hingga sampai ke pengadilan. Sejauh ini segala kasus yang berkaitan 228 Samsul Wahidin, Op. Cit., hal 142 229 Wina Armada, Menggugat Kebebasan Pers, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hal 37 230 Samsul Wahidin, Op. Cit., hal 189 231 Agus Sudibyo, Op. Cit., hal 51 Universitas Sumatera Utara dengan pemberitaan seperti pencemaran nama baik dapat diselesaikan melalui penggunaan hak jawab. Namun Harian Waspada pernah menerima keberatan dari pihak yang merasa dicemarkan nama baiknya. Kasus ini terjadi antara Chairuddin Lubis dengan Iskandar Zulkarnain dalam kaitan pengelolaan kebun di Langkat. Kasusnya bermula saat Iskandar Zulkarnain menulis berita di kolom opini Harian Waspada dan kemudian tulisan tersebut dianggap pihak Chairuddin Lubis telah mencemarkan nama baiknya. Tetapi disini pihak Harian Waspada dipanggil sebagai saksi sebab bukan Harian Waspada yang menulisnya. Agar lebih jelasnya berikut ini penulis memberikan contoh kasus yang pernah terjadi berkaitan dengan Pasal 1365 dan Pasal 1372 KUHPerdata yaitu sebagai berikut: Harian Koran Tempo dan majalah Tempo pada tahun 2003 pernah berhadapan dengan serangkaian gugatan masyarakat. Marimutu Sinivasan berikut 18 perusahaannya yang tergabung dalam Grup Texmaco pada 3 Juni 2003 mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Melalui kuasa hukumnya, O.C. Kaligis, Sinivasan menggugat Bambang Harymurti dan PT. Tempo Inti Media Harian, masing-masing Pemimpin Redaksi Koran Tempo dan perusahaan yang menerbitkan Koran Tempo, karena 9 sembilan berita yang dipublikasikan media itu dari tanggal 23 Januari 2003 hingga 25 April 2003 dinilai tendensius, insinuatif, dan provokatif dengan tujuan character assassination pembunuhan karakter. Perbuatan kedua tergugat dinilai dapat dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 dan Pasal 1372 KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi: Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Pasal 1372 KUHPerdata: Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah bertujuan mendapat pengganti kerugian serta memulihkan kehormatan dan nama baik. Melalui beberapa kali persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam sidangnya tanggal 20 Desember 2003 akhirnya memutuskan Bambang Harymurti dan PT. Tempo Inti Media Harian bersalah melakukan pencemaran nama terhadap Sinivasan dan Grup Texmaco serta memerintahkan para tergugat untuk memulihkan nama baik para penggugat melalui pemasangan iklan di Universitas Sumatera Utara sejumlah media cetak dan elektronik nasional maupun internasional selama tiga hari berturut-turut. Namun, Majelis Hakim yang diketuai I DG Putrajadnya menolak tuntutan Texmaco lainnya, yaitu ganti rugi materiil sebesar 50 juta dollar AS dan ganti rugi immaterial senilai 1 juta dollar AS. Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim, antara lain menyatakan bahwa pemberitaan Koran Tempo tidak sejalan dengan ketentuan Pasal 5 UU Pers. Pemberitaan yang dimuat dinilai tidak berdasarkan fakta yang ada serta tidak menggunakan asas praduga tidak bersalah. Baik pihak Tempo maupun Sinivasan sama-sama menyatakan banding atas putusan Majelis Hakim. Atmajaya Salim, Kuasa Hukum Koran Tempo berpendapat putusan ini sepihak dan merugikan kehidupan pers nasional. Sebaliknya, Sinivasan melalui kuasa hukumnya menyatakan kekecewaannya terhadap putusan hakim, karena ganti rugi yang dituntunnya ditolak hakim. Menurut Andika Yudistira dari kantor pengacara O.C. Kaligis, kerugian materiil merupakan suatu kesatuan dengan pemberitaan Koran Tempo, sehingga “ganti rugi yang dituntut merupakan inti dari tuntutan yang dilakukan.” 232 Pemberitaan para tergugat yang tendensius, insinuatif, dan provokatif itu telah menimbulkan reaksi masyarakat, khususnya masyarakat perbankan, yang sifatnya sangat negatif bagi penggugat. Hal ini jelas merupakan perbuatan melanggar hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 dan Pasal 1372 KUHPerdata. Majelis menolak eksepsi para tergugat bahwa gugatan penggugat kabur dan tidak jelas obscuur libel, serta error in persona. Menurut Majelis, karena pokok permasalahan terkait dengan pemberitaan atau tulisan dalam media massa in cassu Koran Tempo, maka yang harus diberlakukan adalah ketentuan hukum yang berlaku bagi pers sendiri, antara lain Pasal 5 ayat 1 UU Pers. 233 Khusus mengenai berita yang dimuat Koran Tempo edisi 25 April 2003 dengan judul “Kalau Anda Marimutu Sinivasan” yang antara lain, mengandung kata “pura- pura tuli dan Tokoh Super Jahat”, Majelis berpendapat tulisan itu bersifat tendensius dan “bisa jadi telah mendiskreditkan seseorang in cassu penggugat”. Sebagai wartawan berpengalaman yang sudah dibekali oleh pengetahuan tentang pers, baik mengenai bahasa yang dipakai dalam pemberitaan, maupun KEWI dan hukum mengenai pers, para tergugat menurut Majelis dinilai tidak sepatutnya menurunkan tulisan atau berita yang isinya menghakimi penggugat dengan pemberitaan yang menjatuhkan penggugat pada titik yang sangat rendah. 234 Kesimpulan Majelis Hakim menyatakan perbuatan tergugat I dan tergugat II dengan membuat dan menurunkan berita atau tulisan-tulisan tersebut merupakan “perbuatan melawan hukum yang nyata-nyata menyerang nama baik dan kehormatan penggugat, maka sepatutnya tergugat-tergugat dihukum untuk memulihkan kehormatan dan nama baik penggugat”. 235 232 Tjipta Lesmana, Op. Cit., hal 5 233 Ibid., hal 75 234 Ibid., hal 76 235 Ibid., Universitas Sumatera Utara Demikianlah contoh kasus yang pernah terjadi berkaitan dengan pasal 1365 dan 1372 KUHPerdata mengenai ketentuan perbuatan melawan hukum dan tuntutan ganti rugi kepada pihak-pihak yang telah terbukti melakukan perbuatan bersalah oleh pengadilan. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP Kesimpulan 1. Konsep pertanggungjawaban dalam hukum perdata dapat dibedakan atas: a. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan kesengajaan dan kelalaian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatur tentang setiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya itu mengganti kerugian tersebut. b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUHPerdata yang mengatur mengenai setiap orang yang harus bertanggungjawab tidak hanya mengenai kerugian yang disebabkan karena perbuatannya saja melainkan juga yang disebabkan oleh kelalaiannya. c. Tanggung jawab mutlak tanpa kesalahan sebagaimana terdapat dalam Pasal 1367 KUHPerdata yang mengatur mengenai seseorang yang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri melainkan juga untuk kerugian yang disebabkan oleh perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya. 2. Suatu berita yang dapat di kualifikasikan sebagai berita yang salah adalah berita yang tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam KEJ serta PWI. KEJ telah mengatur bagaimana isi dan kemasan berita yang Universitas Sumatera Utara dipublikasikan media serta syarat-syarat berita yang tidak boleh dimuat oleh wartawan, yaitu sebagai berikut: a. Wartawan Indonesia harus memuat berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. b. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugasnya harus menempuh cara-cara yang profesional. c. Wartawan Indonesia harus menguji informasi terlebih dahulu tentang kebenaran informasi tersebut, tidak mencampurkan antara fakta dan opini, serta menerapkan asas praduga tidak bersalah. d. Wartawan Indonesia tidak boleh memuat berita yang isinya bohong, fitnah, bersifat sadis, serta mengandung unsur cabul. e. Wartawan Indonesia tidak boleh menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila serta tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. f. Wartawan Indonesia tidak boleh menyalahgunakan profesinya dan menerima imbalan berupa suap. g. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak ingin diketahui identitasnya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. h. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi terhadap suatu ras atau golongan tertentu. Universitas Sumatera Utara i. Wartawan Indonesia harus menghormati hak narasumber mengenai kehidupan pribadinya j. Wartawan Indonesia harus segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat dan selanjutnya harus disertai dengan permintaan maaf kepada masyarakat. k. Wartawan Indonesia wajib melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. 3. Pihak-pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum perdata akibat adanya pemuatan berita yang salah adalah penanggungjawab redaksi yang mewakili perusahaan pers, bukanlah wartawan. Jadi tidak relevan lagi mengejar-ngejar wartawan yang menulis berita. UU Pers menganut prinsip gerant responsible yang menyatakan bahwa pemimpin redaksi harus bertanggungjawab terhadap sajian di dalam pers. Mengenai penerbit dan pencetak maka ia tidak dapat dituntut secara hukum apabila telah memenuhi beberapa persyaratan. 4. Bentuk tanggung jawab hukum perdata media cetak Meskipun kebebasan pers dijamin dengan undang-undang namun tidak satupun media massa baik surat kabar, televisi, dan lainnya yang boleh melakukan kesalahan dan pencemaran nama terhadap orang lain baik karena kesengajaan ataupun kelalaian. Jurnalisme diwajibkan untuk menghadirkan fakta apa adanya, baik sebagai kebaikan maupun keburukan. Universitas Sumatera Utara 5. Penyelesaian sengketa gugatan atas berita yang salah memiliki empat jalur tempuh yang dapat dilalui khalayak ketika bersengketa dengan media pers, yaitu: a. Penyelesaian melalui penggunaan hak jawab Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. Hak jawan tersebut dimuat pada tempat yang sama dengan berita yang dipermasalahkan. Pelayanan hak jawab tidak dikenakan biaya dan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya. b. Penyelesaian melalui Dewan Pers sebagai mediator. Dewan Pers adalah sebuah lembaga untuk mengawasi pelaksanaan KEJ dan menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan pemberitaan pers. Dewan Pers dapat menjadi mediator untuk menjembatani upaya penyelesaian kasus antara pihak-pihak yang bersengketa. c. Penyelesaian melalui jalur hukum Penyelesaian melalui jalur hukum perdata diselesaikan melalui ganti rugi dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan negeri di mana pers yang memberitakan itu terbit. d. Memboikot perusahaan pers Universitas Sumatera Utara Memboikot perusahaan pers dilakukan dengan cara memboikot produk perusahaan pers yang dianggap merugikan kepentingan publik. Saran 1. Bagi masyarakat agar lebih memahami bagaimana konsep pertanggungjawaban dalam hukum perdata sehingga masyarkat tahu jika ada orang yang menimbulkan kerugian terhadapnya maka orang tersebut harus bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan dalam hukum perdata. 2. Bagi masyarakat agar lebih memperhatikan berita-berita yang telah dimuat di dalam media cetak agar tidak ada berita-berita yang salah dan menyimpang dari ketentuan KEJ, apalagi yang menyangkut pemberitaan yang merugikan nama seseorang. Masyarakat dapat mengontrol kinerja pers, yaitu dengan: a. Mengidentifikasi ruang lingkup jurnalistik b. Mengidentifikasi ada atau tidaknya dugaan pelanggaraan KEJ c. Jika menemukan adanya pelanggaran KEJ maka harus memahami cara memperkarakannya atau mengadukannya melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang telah ditentukan oleh UU Pers. 3. Bagi masyarakat yang telah menemukan adanya pelanggaran KEJ di dalam suatu pemberitaan maka caranya adalah dengan mengadukannya ke perusahaan media massa tersebut dan tidak mengejar-ngejar wartawan yang bersangkutan, sebab wartawan bukanlah orang yang sepatutnya disalahkan apabila terjadi sengketa. Universitas Sumatera Utara 4. Bagi masyarakat agar lebih memperhatikan isi dan kemasan dari media massa agar media massa tidak berbuat semaunya dengan tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan dan peraturan yang berlaku terhadapnya. 5. Bagi pihak yang ingin menyelesaikan sengketa terkait pemberitaan pers maka sepatutnya mengikuti mekanisme yang telah disediakan oleh UU Pers dan Dewan Pers, namun sebaiknya penyelesaiannya dengan menggunakan hak jawab sebab urusan jurnalistik mestinya diselesaikan secara jurnalistik pula. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku