Latar Belakang Tanggung Jawab Hukum Perdata Media Cetak dalam Menyelesaikan Sengketa Akibat Memuat Berita yang Salah (Riset Pada PT. Harian Waspada Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia harus berkomunikasi dengan manusia lainnya agar ia dapat tetap mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat informasi dari orang lain dan ia memberikan informasi kepada orang lain. Ia perlu mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya, di kotanya, di negaranya, dan semakin lama semakin ingin tahu apa yang terjadi di dunia. 1 Komunikasi merupakan bentuk saling hubungan antar manusia yang paling dasar sangat diperlukan untuk melanggengkan hubungan manusia untuk tingkat orang seorang, kelompok, maupun tingkat dunia. Kelompok, lembaga, organisasi, dan negara terbentuk karena jasa komunikasi. Keberadaannya akan sirna manakala komunikasi terhenti. 2 Sekarang ini pertumbuhan media massa amat menggembirakan, baik media massa yang berbentuk surat kabar, majalah maupun tabloid, baik media massa yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional. 3 Bisa dikatakan pula, media massa mampu membentuk masa depan umat manusia. Ini berarti, media massa telah mempengaruhi atau bahkan membentuk perilaku manusia itu sendiri. 4 1 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hal 27 2 Andi Baso Mappatoto, Siaran Pers, Suatu Kiat Penulisan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal 5 3 Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal 1 4 Nurudin, Komunikasi Massa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hal 36 Universitas Sumatera Utara Pada zaman di mana informasi menjadi unsur dominan perkembangan kehidupan saat ini, peran industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana pers lah, semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama. 5 Dari media massa mengalir 1001 macam informasi yang diperlukan warga tentang berbagai masalah, mulai dari masalah politik, ekonomi, keamanan, sampai masalah tetek bengek. 6 Inilah yang dicita-citakan pers di seluruh dunia, yakni memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada khalayak ramai, membantu khalayak mendapatkan haknya untuk mendapatkan informasi yang benar dan lengkap atau disebut juga “people’s right to know”. 7 Namun, satu hal yang patut dicatat dari perkembangan jurnalistik dan media massa di Indonesia adalah adanya kesadaran yang besar akan pentingnya informasi, di samping sebagai bentuk pengakuan peran dan eksistensi jurnalistik atau media massa di mata masyarakat. 8 Kedewasaan dan kematangan dalam menyikapi jurnalistik dan media massa sesungguhnya terletak pada diri pembaca atau pemirsa, pada masyarakat itu sendiri. 9 Etos dan etika profesional yang bermutu tinggi merupakan syarat utama yang harus dihayati oleh pers dan wartawan Indonesia. Kebebasan pers akan kehilangan maknanya tanpa tanggungjawab dan profesionalisme. 10 5 Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-Aspek Hukumnya, Bayumedia Publishing, Malang, 2004, hal 1 6 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Op. Cit., hal 41 7 Ibid., 8 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal 9 9 Ibid., 10 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Op. Cit., hal 5 Ketentuan Kode Etik Jurnalistik KEJ menetapkan bahwa berita pertama-tama harus cermat Universitas Sumatera Utara dan tepat, atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain cermat dan tepat, berita juga harus lengkap complete, adil fair, dan berimbang balanced. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis disebut objektif. Dan, yang merupakan syarat praktis berita, tentu saja berita itu harus ringkas concise, jelas clear, dan hangat current. 11 Sifat- sifat istimewa berita ini sudah terbentuk sedemikian kuatnya sehingga sifat-sifat ini bukan saja menentukan bentuk-bentuk khas praktik pemberitaan, tetapi juga berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan menilai layaknya tidaknya suatu berita untuk dimuat. 12 Meski demikian, pers tetap saja bisa berbuat salah. Kesalahan itu tidak hanya menimpa pers kecil, tetapi juga pers besar yang sudah terkenal profesional seperti The Newyork Times. 13 Interaksi antara pers dengan masyarakat tidak senantiasa berakhir dengan baik. Dari pihak pers, kendatipun informasi yang disajikan telah memenuhi etika dan standar profesional, namun belum tentu materi yang disajikan itu memperoleh tanggapan positif dari khalayak pembaca khususnya pihak yang menjadi sumber informasi dan atau menjadi sasaran dari sajian tersebut. 14 Pemberitaan media massa adakalanya kurang akurat, bahkan tidak benar sama sekali. Itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena salah mengutip atau salah interpretasi seorang wartawan, atau bisa pula berita tadi sumbernya dari pihak lain. Akibatnya, objek berita menjadi dirugikan karena berita tadi tidak benar 11 Ibid., hal 47 12 Ibid., 13 Hinca IP Pandjaitan, Gunakan Hak Jawab, Hak Koreksi, dan Kewajiban Koreksi Anda, Ombudsman Memfasilitasinya, Temprina Media Grafika, Surabaya, 2004, hal xiii 14 Samsul Wahidin, Hukum Pers, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hal 167 Universitas Sumatera Utara dan secara moral kita sangat dirugikan. 15 Di samping itu, belum diakuinya secara penuh paham people’s right to know menjadi salah satu kendala bagi para wartawan dalam menghimpun berita. 16 Pemberitaan yang kurang akurat akan menimbulkan tuduhan kepada pers telah melakukan pencemaran nama naik atau penyerangan terhadap kehormatan secara tertulis Pasal 310 ayat 2 KUHP dan fitnah Pasal 311 KUHP serta perbuatan melawan hukum 1365 KUHPerdata dan 1372 KUHPerdata. 17 Segala sesuatu yang menimbulkan kerugian kepada masyarakat tentu harus diselesaikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan pers tentu harus bertanggungjawab atas pemberitaan yang salah tersebut. Tanggung jawab pers dalam pengertian disini adalah tugas atau kewajiban moral dalam melakukan fungsinya sebagai media informasi. 18 15 Aceng Abdullah, Press Relation, Kiat Berhubungan dengan Media Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 113 16 Hikmat Kusumaningrat, dan Purnama Kusumaningrat, Op. Cit., hal 5 17 Prija Djatmika, Op. Cit., hal 83 18 Wishnu Basuki, Pers dan Penguasa: Pembocoran Pentagon Papers dan Pengungkapan Oleh New York Time, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hal 123 Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Perdata Media Cetak dalam Menyelesaikan Sengketa Akibat Memuat Berita yang Salah” Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah