Kendala PENAMAS dalam pengembangan Majelis Taklim.
majelis taklim dalam membimbing jemaah nya itu sepantasnya pada diri mereka terpenuhi kompetensi kompetensi berikut ini :
a. Kompetensi Pedagogik
Adalah kemapuan mendidik dan mengelola taklim dimasyarakat yang meliputi : pemahaman terhadap peserta atau
jemaah, merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengevaluasi
hasil belajar,
mendorong jemaah
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pernyataan ini
merupakan kaidah umum kompetensi pedagogik. b.
Kompetensi Kepribadian Adalah karakter kepribadian kiai, ustadz
, mu’allim dan guru majelis taklim yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, berakhlakul karimah, serta bisa menjadi teladan bagi masyarakat. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi
kepribadian c.
Kompetensi Sosial Adalah kemampuan kiai, ustadz, mu’allim dan guru majelis
taklim dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan jemaah, dan masyarakat luas. Pernyataan ini merupakan
kaidah umum kompetensi sosial. d.
Kompetensi Profesional Adalah kemampuan kiai, ustadz, mu’allim dan guru Majelis
Taklim dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang memungkinkannya untuk membimbing jemaah menjadi manusia seutuhnya yang soleh pribadinya dan soleh
sosialnya. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi profesional.
Untuk melengkapi empat hal tersebut di Atas, kiai, ustadz, mu’allim dan Guru Majelis Taklim dapat melakukan
Pengembangan Bahan Ajar Bahan ajar yang dikembangkan dalam Majelis Taklim
adalah semua bahan bacaan yang mendukung atas suatu pokok bahasan. Bahan bacaan tidak hanya bersumber dari kitab kuning
yang biasa digunakan pada lembaga pendidikan pesantren, tetapi juga dapat dikembangkan dari literatur kontemporer. Namun
demikian kitab-kitab kuning yang biasa digunakan dipesantren itu hendaknya tetap dijadikan bahan rujukan. Literatur kontemporer
sesungguhnya memiliki ruang yang sangat baik. Disamping dapat dijadikan sebagai bahan yang mendukung atas temuan temuan
yang berdasarkan ilmu pengetahuan kekinian, juga dapat melengkapi pandangan pandangan alternatif. Oleh karenanya,
mualim yang akan mengajar Di Majelis Taklim hendaknya tetap banyak mengakses bahan bahan yang beragam.
2. Krisis keterlibatan
Diakibatkan karena pengurus Majelis taklim tidak pernah melakukan upaya mengaktifkan jamaahnya dalam berbagai kegiatan,
upaya melibatkan anggota adalah dengan mengadakan beberapa kegiatan dan memberikan tanggung jawab kepada pengurus maupun anggota untuk
mensukseskan kegiatan yang telah dibentuk bersama sama baik kegiatan yang disusun ditingkat pengurus maupun kegiatan yang disusun oleh
pengurus dan anggota Majelis taklim. Dalam hali ini, PENAMAS memberikan Penyuluhan kepada
Masyarakat, agar lebih mengutamakan Partisipasi Masyarakat dan Kerjasama.
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan majelis taklim bersifat mutlak, karena tiada arti Majelis Taklim tanpa dukungan masyarakat.
Hanya saja sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam majelis taklim, apakah hanya sekedar sebagai jamaah, sementara terkait dengan
pengambilan kebijakan dan pengelolaan tidak dilibatkan. Sudah saatnya Majelis Taklim menerapkan manjemen berbasis
masyarakat MBM, yaitu suatu upaya pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan oleh majelis taklim dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan yang terkait secara langsung dengan proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas dan untuk mencapai
tujuan majelis taklim dalam kerangka pembangunan masyarakat indonesia yang islami.
3. Krisis program sarana dan prasarana
Kendala yang dirasakan oleh pengurus dan jemaah Majelis taklim bila hendak mengembangkan program adalah sarana yang tidak memadai.
Sebab secara fisik, bangunan Majelis taklim umumnya memang baru diperuntukan bagi aktifitas pengajian dan peribadatan.
Dalam hal ini, PENAMAS bekerjasama dengan Majelis Taklim yang ada baik yang sudah dibentuk atau ditangani oleh penamas maupun
Majelis Taklim yang belum ditangani oleh PENAMAS mengadakan beberapa kegiatan untuk memperjelas fungsi serta eksistensi Majelis
Taklim, mengadakan
kerjasama dengan
lembaga-lembaga dan
pengembangan potensi masyarakat dan penyuluhan-penyuluhan tentang pengoperasioanalan fungsi dan struktur lembaga tersebut.
PENAMAS juga melakukan Pembinaan Majelis Taklim, yang terdiri dari pembinaan struktural dan fungsional.
a. Pembinaan struktural dilakukan oleh pembina yang
memiliki hubungan struktural dengan majelis taklim. Pembinaan seperti ini dilakukan kepada pengelola Majelis
Taklim. b.
Pembinaan fungsional dilakukan oleh pihak yang memiliki hubungan fungsional dengan majelis taklim.
4. Krisis keuangan.
Hal tersebut disebabkan kurang profesionalnya pengelolaan Administrasi yang dilakukan oleh para pengelola Administrasi, karena
itulah penamas
melakukan Penyuluhan
Mengenai Pengelolaan
Administrasi Lembaga.
Administrasi lembaga adalah kegiatan mendayagunakan semua tenaga, biaya, dan fasilitas secara efektif dan efisien untuk menunjang
tercapainya sebuah tujuan. Administrasi sangatlah penting dalam mengatur dan meningkatkan serta mengembangkan kinerja majelis taklim untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan administrasi dapat dilakukan dengan menyusun dalam
kerangka manajemen. Dengan demikian, manajemen administrasi majelis taklim merupakan proses yang secara sadar digerakkan oleh majelis taklim
melalui berbagai tahapan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan manajemen dalam Majelis Taklim terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan masing masing tahap terdapat aspek aspek yang perlu diperhatikan :
Sumber daya pengurus, ustadzah, dan jamaah sangat menetukan kegiatan majelis taklim. Kualitas stick holder Majelis Taklim dapat dilihat
dari latar belakang mereka dan bagaimana track record serta bagaimana stick holder itu melaksanakan kegiatan Majelis Taklim. semua ini akan
mempengaruhi penyelenggaraan Majelis Taklim.
Pengorganisasian Persona
Sarana Biaya
Pelaksanaan Aktivitas
Lokasi Evaluasi
Feedback Perencanaan
Program Tujuan
Waktu Pengawasan
Auditing Pelanggaran
Saran
Agar bisa menjalankan administrasi dengan baik,majelis taklim hendaknya memperhatikan dan mengikuti kaidah atau
prinsip prinsip sebagai berikut : 1
Administrasi harus praktis tidak ruwet dan dapat dikerjakan dengan mudah.
2 Administrasi harus bisa berfungsi sebaggai sumber
informasi dari seluruh kegiatan majelis taklim 3
Administrasi harus dilaksanakan menurut sistem yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tentunya hal itu supaya masyarakat atau pengurus Majelis Taklim memahami dan menjalankan program pengadministrasian
peranan penyluh sangalah penting. Menurut laporan penamas, koordinator Pelaksana Majelis
Taklim. H.j. Aliah.S.Pdi,MM. progam ini yang sering tidak berjalan, dikarenakan sumber daya manusianya sebagai pengelola
Majelis tersebut dinilai masih rendah. Mengenai administrasi majelis taklim, Penamas belum
memiliki peran dalam pengembangan administrasi majelis taklim, dikarenakan Sumber Daya Manusia dalam organisasi tersebut
sangat terbatas, Pengurus dan Anggotanya mayoritas Ibu rumah tangga dan lansia, yang hanya mengikuti apa yang sudah menjadi
kebiasaan dan budaya yang apa adanya, cukup dengan menghadiri dan
mendengarkan apa
yang disampaikan
oleh
kiaiustadzmu’allimguru, tidak ada keinginan untuk memajukan organisasi, karena mereka pada umumnya hanya menganggap
majelis taklim hanya tempat untuk ibadah, bukan untuk dipaksakan berkembang. Sehingga Majelis Taklim di kota Depok sulit
berkembang seperti Majelis Taklim - Majelis Taklim di Kota-Kota Besar lainnya.
Krisis keuangan juga disebabkan Karena tidak ada sumber keuangan yang kontinue untuk menopang beberapa kegiatan yang
akan dijalankan Majelis taklim. Dalam hal ini, PENAMAS menjalankan Perannya dengan memberikan bantuan. Berdasarkan
laporan KASIE PENAMAS Th 2006 program pengembangan Sarana dan Prasarana Majelis Taklim, PENAMAS telah
menyumbangkan beberapa peralatan pengajian, seperti buku-buku agama, yang meliputi buku tuntunan shalat, buku yasin, serta
tenaga pengajarnya, dan juga terlibat dalam pengadaan sarana- sarana pendidikan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan
dalam Majelis Taklim.dan pengajuan bantuan kelembaga-lembaga terkait serta individu-individu simpati besar atas pembangunan
Majelis Taklim, dengan mengajukan permohonan dana oleh Majelis Taklim yang bersangkutan yang akan di tujukan kepada
kepala departemen agama untuk mensupport kegiatan serta pengadaan sarana Di Majelis Taklim, dan Pendistribusian buku-
buku keagamaan yang disalurkan oleh penamas ke Majelis Taklim,
metode yang digunakan adalah dengan memberdayakan penggurus Majelis Taklim untuk membuat satu proposal tentang pengadaan
buku-buku keagamaan, proposal tersebut diajukan ke penamas kemudian dari penamas diajukan ke kantor kementrian agama kota
depok untuk di tindak lanjuti, setelah di setujui oleh kepala kantor kementrian agama maka bantuan di kirim ke penamas yang
kemudian disalurkan ke Majelis Taklim yang ada.