1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsumsi pangan dan status gizi anak
peserta program pendidikan anak usia dini PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi anak yang mengikuti
program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
2. Mengetahui penyakit infeksi yang diderita anak yang mengikuti program PAUD
Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah informasi bagi pengurus PAUD Kasih Ibu Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram tentang konsumsi pangan dan status gizi anak yang
mengikuti program PAUD. 2.
Sebagai bahan informasi bagi ibu-ibu yang anaknya mengikuti program PAUD Kasih Ibu tentang asupan pangan yang sehat dan bergizi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.
Anak Usia Dini
Periode sesudah masa bayi hingga berusia lima tahun disebut periode masa prasekolah. Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih
belum stabil .
Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Jika makanan yang diberikan tidak memenuhi standar gizi, anak mudah
terserang infeksi, terutama diare atau cacingan. Jika terserang, anak akan menjadi kurus, kurang bersemangat, cengeng, cenderung lamban, dan bodoh. Karena itu,
kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan Widjaja, 2002. Otak anak mempunyai satu triliun sel otak dan
bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak. Bila tidak distimulasi sejak dini, sambungan ini akan musnah. Layaknya daun di musim gugur, potensi mereka pun
akan berguguran. Usia balita disebut sebagai the golden age usia keemasan seorang
manusia.
Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50 potensi otak dewasa pada empat
tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga delapan tahun bertambah 30, selanjutnya hingga delapan tahun bertambah 30, selanjutnya hingga 18 tahun
bertambah 20. Hal ini menunjukkan bahwa stimulus otak yang dilakukan pada empat tahun pertama kehidupan seorang anak akan sangat bermanfaat bagi
kehidupannya di masa depan Mushoffa, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Anak usia dini termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada usia ini pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya
adalah 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah mencapai kematangan. Sedangkan pertumbuhan khususnya ukuran
tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centi meter setiap tahunnya Hidayat, 2005.
Pada masa ini, anak sering dikenal sebagai “masa keras kepala”. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak
mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak mengalami kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang
sangat penting dalam pemberian makanan pada anak Uripi, 2004.
2.4.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Whalley dan Wong 2000 Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur,
sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan
perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan
secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak
Universitas Sumatera Utara
seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain. Sedangkan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan
anak Hidayat, 2005.
Masa ini diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Kondisi
kesehatan anak yang buruk akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Akibatnya kualitas SDM anak secara otomatis menurun.
Kondisi yang mendukung proses dan perkembangan anak yang baik adalah kondisi lingkungan fisik yang sehat dan terhindar dari penyebaran kuman dan penyakit.
Selain itu, asupan gizi yang baik pun tentu saja sangat mempengaruhi pertumbuhan anak, terutama otak yang sedang berkembang pesat pada masa ini Anonim, 2012.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak adalah:
a. Faktor Dalam • Rasetnik atau bangsa: Anak yang dilahirkan dari bangsa Amerika, maka ia
tidak memiliki faktor herediter rasbangsa Indonesia atau sebaliknya. • Keluarga: ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk, atau kurus. • Umur: Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
Universitas Sumatera Utara
• Jenis kelamin: Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak
laki-laki akan lebih cepat • Genetik: Bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya, ada
beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil
b Faktor Luar yaitu: Faktor pranatal:
• Gizi ibu hamil: Terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
• Makanan: posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital • Toksizat kimia: Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan
kongenital. • Psikologi ibu: kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salahkekerasan
mental pada ibu hamil. c Faktor Persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kaerusakan otak. d Sosio Ekonomi: Kemiskinan selalu berkaitan dengan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan anak. e Lingkungan Pengasuhan: Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak Anonim, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program pendidika Anak Usia Dini PAUD merupakan salah satu program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sesuai tahap-tahap perkembangan atau tingkat usia mereka.
PAUD juga merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan sekolah dasar. Secara lebih spesifik, program ini bertujuan untuk meningkatkan akses
dan mutu pelayanan pendidikan melalui jalur formal seperti Taman Kanak-Kanak TK, Raudhatul Athfal RA dan bentuk lain yang sederajat, serta jalur pendidikan
non-formal berbentuk Kelompok Bermain KB, Taman Penitipan Anak TPA atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan Departemen Pendidikan Nasional 2007.
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu
bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal
tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal
tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang
Universitas Sumatera Utara
mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk
kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa Departemen Pendidikan Nasional, 2007.
Dalam rangka mendukung kebijakan pembinaan layanan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD yang terarah, terpadu dan terkoordinasi pada tahun 2010 Kementerian
Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
Nasional. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa pembinaan PAUD baik formal, nonformal maupun informal, berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Ditjen PAUDNI, yang secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan
PAUDNI, 2011 2.6.
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Hal ini terkait dengan fungsi makanan yaitu gastronomis, identitas
budaya, religi dan magis, komunikasi, lambang status ekonomi serta kekuatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan
berbeda satu dengan yang lain. Ekspresi tersebut akan membentuk pola perilaku makan yang disebut kebiasaan makan Khomsan, 2010. Jumlah dan kualitas
pengetahuan dan budaya masyarakat. Penganekaragaman konsumsi pangan
Universitas Sumatera Utara
merupakan upaya memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan komposisi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang dapat mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Mengkonsumsi pangan yang beranekaragam akan dapat memenuhi kebutuhan gizi
secara seimbang Pangan, 2008.
2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan
1. Pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka
pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu
bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan
gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makanan yang begizi untuk dikonsumsi Ramayulis, 2008.
2. Pendidikan ibu Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya.
Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya. Pendidikan gizi ibu
bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia.Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada balita tinggi bila
pendidikan ibu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Pendapatan dan anggaran belanja keluarga
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang- orang akan mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya
pendapatan itu mungkin disebabkan menganggur atau setengah menggangur karena susahnya memperoleh lapangan kerja tetap sesuai dengan yang
diinginkan. Adapula keluarga-keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup akan tetapi sebagian anaknya gizi kurang. Hal ini oleh karena cara
mengatur belanja keluarga yang kurang baik. Untuk pangan misalnya disediakan belanja terlalu sedikit, lebih banyak diperuntukkan bagi pembelian barang-barang
lain karena pengaruh lingkungan atau kebiasaan. Ada Juga keluarga-keluarga yang membeli bahan pangan dalam jumlah cukup tetapi karena kurang pandai
memilih tiap jenis pangan yang dibeli berakibat kurangnya mutu dan keragaman pangan yang diperoleh. Diantara keluarga dengan penghasilan cukup atau lebih
masih banyak yang belum terbiasa membuat perencanaan pengeluaran keluarga sehingga hasilnya lebih acak-acakan Sajogyo, 1994.
2.4 Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Dini
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dapat dikatakan baik bila terdapat
keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental anak tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat kaitan yang erat antara tingkat keadaan gizi
dengan konsumsi makanan, tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizinya terpenuhi. Keadaan gizi seseorang banyak ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
konsumsi pada masa lalu. Ini berarti bahwa konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa Anonim, 2012.
Menurut Behrman 1996, Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak
serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia dan lain-lain. Selain itu kebutuhan
nutrisi dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari karena nutrisi merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber
pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55, lemak sebanyak 30-35 dan protein sebanyak
15. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah mengandung zat gizi yang seimbang Hidayat, 2005. Prioritas nutrisi adalah energi dan protein, namun tidak
mengabaikan kebutuhan zat gizi lainnya masukan energi dan protein yang kurang pada masa ini akan berdampak pada perkembangan otak dan susunan syaraf menjadi
terhambat Mitayani, 2010.
Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG rata-rata per hari.
No Golongan Umur
Tahun Berat Badan
Kg Tinggi Badan
cm Energi
Kkal Protein
gr
1 1-3
12 90
1.000 25
2 4-6
17 110
1.550 39
Sumber: Widya Karya Nasinal Pangan dan Gizi VIII, 2004
2.4.1. Energi
Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori,1
Universitas Sumatera Utara
gram protein menghasilkan 4 kalori, dan 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Menurut Beck 2000, energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme di dalam
tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil, dan gerakan otot untuk aktivitas Uripi, 2004. Energi atau kalori sangat
berpengaruh terhadap laju pembelahan sel pembentukan struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses dan pembelahan sel akan terganggu dapat
mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak anak mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal Asydhad, 2006.
2.4.2. Protein
Protein merupakan zat makanan bagian terbesar tubuh sesudah air, seperlima bagian tubuh adalah protein. Protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar
koenzim, hormon, asam nukleat dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan, membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh Mitayani, 2010.
Protein berfungsi sebagai zat pembangun bagi jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Kebutuhan protein menurut FAOWHO
adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan pada masa pertumbuhan atau masa
balita. Sumber protein hewani yang baik, terutama dilihat dari segi jumlah maupun mutu adalah daging sapi, daging ayam, ikan, udang, hidangan laut, susu, telur dan
semua jenis olahannya. Sumber protein nabati, contohnya jamur dan kacang kedelai dan semua olahannya, seperti tempe, tahu, oncom kecap Sutomo, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Pola Makan dan Status Gizi
Pola konsumsi pangan yaitu susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu Khomsan, 2010.
Pola makanan anak yang dianjurkan berdasarkan bentuk makanan dan banyaknya makanan dalam ukuran rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2. Pedoman Pola Makan Balita Sumber Tenaga
Sumber zat Pembangun Sumber zat Pengatur
3-4 piring nasi 100 gram atau penggantinya
mie, bihun, roti, kentang 4-5 porsi daging 50 gram
atau penggantinya tempe, tahu, telur, daging ayam.
Dianjurkan sekurang- kurangnya 1 porsi berasal
dari sumber protein hewani. Susu dianjurkan 2 gelas
sehari. 2-3 porsi sayur dan
buah. Gunakan sayur dan buah-buahan
berwarna 1 porsi sayur = 1 mangkuk sayur, 1
porsi buah segar = 100 gram
Sumber : widjaja, 2002 Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh sebab itu, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi
makanan. Pada usia balita, anak mulai memiliki daya ingat yang kuat dan tajam, sehingga apa yang diterimanya akan terus melekat erat sampai usia selanjutnya.
Dengan memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi jenis makanan, diharapkan anak akan memiliki disiplin Marimbi, 2010.
Disamping makan pagi, siang dan malam juga dapat diadakan makanan selingan. Makanan selingan berguna sebagai penambah zat gizi, terutama kalori
maupun zat gizi lainnya yang kurang diperoleh pada waktu makan yang ada. Makanan selingan biasanya diberikan antara makan pagi dan siang, sekitar pukul 9
Universitas Sumatera Utara
pukul 10, dan sore hari antara waktu makan siang dan malam sekitar pukul 4 pukul 5. Bentuk makanan selingan ini adalah disajikan dengan bentuk yang menarik, mudah
dimakan, ukuran porsi tidak terlalu mengenyangkan. Contoh makanan selingan adalah pisang goreng atau rebus, berbagai bubur seperti bubur kacang hijau, bubur
sumsum, bubur ketan hitam, kue-kue basah seperti getuk lindri, kue lapis, dan sebagainya Soegeng, 2004.
Pada anak balita kebutuhan zat gizi diperlukan dalam jumlah yang besar, dimana pada anak usia ini sedang dalam masa perkembangan. Oleh karena kapasitas perutnya
masih terlalu kecil untuk menampung semua makanan yang dikonsumsi dapat terpenuhi Asydhad, 2006. Apa yang dimakan anak lebih penting daripada kapan dan
berapa kali ia makan. Sebaiknya, membiasakan anak makan tiga kali sehari, diselingi kudapan. Bila anak lebih banyak kudapan daripada makanan utama, usahakanlah agar
anak mendapat nutrisi sebanyak mungkin Lawson, 2009.
2.9. Masalah Gizi Pada Anak Usia Dini