SONORITAS SUARA EKSPRESI DAN EMOSI LAGU

3.3.4 TEKNIK PENGUASAAN RITEM

Bagi Pelatih , peguasaan ritem yang sudah benar, itu berarti telah menguasai lebih dari lima puluh persen lagu. Hal ini dilatihkan oleh pelatih dengan cara oral. Syair lagu yang telah dinomori tersebut dilafalkan sesuai dengan ritem nada yang tertera pada notasi yang sebenarnya, lalu diikuti oleh peserta. Demikianlah dilakukan pada masing- masing suara hingga selesai. Setelah ritem dikuasai, maka tinggal memasukkan melodinya sesuai dengan nada masing-masing suara.

3.3.5 SONORITAS SUARA

Sonoritas yang dimaksud adalah perpaduan atau kesenyawaan suara. Dengan mengikuti tehnik vocal, keserasian pernafasan, artikulasi yang baik dan penguasaan lagu, maka diharapkan timbul sonoritas suara. Empat suara yaitu SATB dipadukan dengan berbagai tehnik latihan soperti langkah berikut ini: - bersenandung dengan harmoni tonika SATB. Pelatih memandunya dengan suara piano sambil menghitung sebanyak dua hitungan. - Setiap dua hitungan nada dasar dinaikkan sampai tingkat kemampuan penyanyi. - Sistem kromatis harmoni. Maksudnya adalah senandung harmoni SATB satu persatu naik setengan laras, yang dimulai dari sopran, kemudian Alto, kemudian tenor, dan yang terakhir Bas.Demikianlah dilakukan dengan menaikkan nada dasar setengah –setengah laras dari nada sebelumnya. - Sistem tersebut diatas dilatih dengan memakai ke-lima huruf vocal. Dalam latihan sonoritas juga dilatih bagaimana menyambung suara dalam paduan suara, sehingga bisa tidak terasa sambungan masing-masing nafas. Hal ini dibutuhkan dalam lagu-lagu yang lambat dan membutuhkan nafas yang sangat panjang. Universitas Sumatera Utara Dengan pemahaman terhadap analisa lagu maka paduan suara dapat mengkombinasikan tehnik mana yang akan dipergunakan dalam menciptakan suara yang berpadu. Hal ini harus dipahami karena karakter masing-masing lagu tidak sama.

3.3.6 EKSPRESI DAN EMOSI LAGU

Dari semua teknik latihan, hal yang paling sulit dilakukan adalah melatih ekspresi lagu. Paduan suara tunanetra sangat terbatas dalam akses gerak. Bahkan dalam gerakan tubuh pada saat sedang bernyanyi sering nampak salah tingkah dan terkesan dipaksakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: - tidak pernah melihat ekspresi wajah atau bahasa tubuh - tidak ada komunikasi melalui mata, atau yang ada hubungannya dengan gerakan. - Sumber informasi hanya lewat suara dan sentuhan - Dalam menerima informasi mereka membutuhkan suasana hening sehingga tidak mengganggu pendengaaran. Dengan kondisi ini pelatih memahami bahwa pemaksimalan seni dari ekspresi ini sangat tidak mungkin dilakukan. Apabila dipaksakan akan menimbulkan sikap ekspresi yang salah. Sering sekali akibat yang timbul adalah menggerakkan badan yang berlebihan, membuka mulut tidak dengan wajar, wajah menjadi salah arah dan masih banyak hal-hal yang bahkan membuat penonton merasa janggal dan geli. Pelatih cukup mengarahkan mereka mampu mengekspresikan bahasa lagu dengan wajah tanpa menciptakan gerak-gerak yang walaupun dilatih hanya sekedar gerakan yang mendukung terhadap syair. Dalam latihan ekspresi, mereka mempunyai tafsiran yang berbagai macam terhadap satu perintah, sebagai contoh; pelatih menyuruh ‘angkat tangan’, mereka ada yang meletakkan tangan di kepala, ada di belakang kepala ada yang jarinya dikepal ada jarinya direnggangkan, dan sebagainya. Bayangkan bila Universitas Sumatera Utara hanya satu perintah harus diterangkan dengan sangat detil dan harus disentuh langsung dalam membimbingnya. Itulah persoalan dalam pelatihan ekpresi terhadap tunanetra. 3.4 PROSES PELAKSANAAN PERTUNJUKAN 3.4.1