BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Lingkup dan Ciri-Ciri Umum Pertanian
Sektor pertanian adalah meliputi kegiatan pengusaha dan pemanfaatan benda- benda biologis hidup yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk konsumsi.
Berdasarkan defenisi ini, sektor pertanian dapat diperinci lagi atas beberapa sub sektor. Hal ini dapat diuraikan satu-persatu, yaitu :
1. Sektor tanaman bahan makanan Farm Food Cores
Mencakup segala jenis makanan yang dihasilkan dan dipergunakan sebagai bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, kentang dan umbi-umbian lainya,
kacang tanah, kedelai, dan kacang lainya, sayur dan buah-buahan. 2.
Tanaman perkebunan. Mencakup segalah jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat
maupun oleh perusahaan perkebunan seperti karet, kopi, the kina, coklat, kelapa sawit, tebu, serat manila, kelapa, kapuk, cengkeh, pala,lada, pinang dan lainya.
3. Peternakan.
Mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil, dan ungggas yang bersifat komersial dengan tujuan untuk dikembang biakan, dipotong dan diambil
hasilnya seperti; sapi, kerbau, kuda , babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya.
11
Universitas Sumatera Utara
4. Kehutanan.
Mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh perorangan atau badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan, penanaman kembali, dan
penebangan hutan serta pengambilan getah-getahan dan akar-akaran, produksi yang dihasilkan menckup kayu glondongan, kayu belahan pertukangan, kayu
bakar, bambu, rotan dan damar. 5.
Perikanan. Mencakup kegiatan penangkapan, pengambilan dan pemeliharaan pembiayakan
segalah jenis binatang dan tumbuhan air baik air tawar maupun air asin, seperti : udang, ikan, mkepiting, rumput laut, mutiara dan lainya. Menurut tempat
penangkapannya subsektor perikanan dibagi menjadi perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan darat terdiri dari perikanan air tawar kolam, sawah,
danau dan sungai dan perikanan air tambakpaya. Agar berhasilnya suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat
atau pra kondisi yang untuk tiap-tiap negara atau daerah berbeda-beda. Pra kondisi ini meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lainya. AT Mosher
2002 “Telah menggolongkan syarat agar berhasilnya pembangunan pertanian menjadi syarat mutlak dan syarat pelancar”.
Syarat mutlak antara lain adalah : 1.
Adanya pasar untuk hasil usaha tani. 2.
Teknologi yang senantiasa berkembang. 3.
Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Universitas Sumatera Utara
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.
Syarat pelancar adalah Syarat : 1.
Pendidikan pembangunan. 2.
Kredit produksi. 3.
Kegotong -royongan petani. 4.
Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5.
Perencanaan nasional dri pada pembangunan pertanian. Dari kesepuluh syarat-syarat yang telah dikemukakian diatas, berdasarkan
pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, membawa kita pada kesimpulan bahwa sebenarnya iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim
yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dimana dengan penekanan terhadap sektor pertanian pada Repelita pertama menghasilkan
swasembada pangan yang utamanya adalah beras.pada era 80-an. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor pertanian yang antara lain:
a Sub Sektor Tanaman Pangan
Semenjak kemerdekaan, pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Dengan dimulainya arencana kemakmuran Kasino
tahun 1952-1956, dan kemudian dilanjutkan dengan Padi Sentra tahun 1963-1964, dilanjutkan dengan program Bimas Bimbingan massal sejak tahun 1964,
selanjutnya program Inmas Intensifikasi Massal tahun 1969 dan Insus Intensifikasi Khusus tahun 1980 dan program Supra Insus tahun 1987. Dari kesemuaan itu dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat bahwa usaha-usaha itu baru berhasil mencapai swasembada beras di tangan pemerintah orde baru sejak tahun 1984, setelah bertarung selama 32 tahun.
Keberhasilan swasembada beras itu antara lain disebabkan adanya perhatian pemerintah pada sektor pertanian untuk meningkatkan pembangunan irigasi seperti
pembangunan irigasi teknis, irigasi non teknis dan irigasi sedang. Pembangunan irigasi sangat diperlukan guna mengairi areal persawaan. Dengan adanya pengaturan
pembagian air yang menggunakan teknologi, semakin luas areal cakupanya dan lebih efektif hasilnya terhadap peningkatan produktifitas.
Untuk menerapkan teknologi pada proyek supra insus banyak dihadapi kendala-kendala yang antara lain adalah :
1. Adanya persoalan perkreditan, input dari teknologi supra insus yang
memang relatif mahal dibandingkan dengan teknologi yang selama ini telah dilaksanakan dan juga bersifat lebih masal.
2. Selama ini sudah ada kredit untuk usaha insifikasi yaitu Kredit Usaha Tani
KUT, tapi masih terbentur pada kenyataan karena petani masih banyak menunggak kreditnya dan juga KUD sebagai penyalur KUT harus banyak
dibina dan ditatar agar KUT bisa berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
3. Masalah Benih bersertifikat yang harus disediakan dalam jumlah banyak.
4. Menyangkut suplay input beberapa sarana produksi yang meliputi pupuk,
obat-obatan, kususnya untuk daerah-daerah yang sulit .
Universitas Sumatera Utara
b Sub Sektor Perkebunan
Dari perkembangan sejarah semenjak kehadiran stelsel perekbunan sampai sekarang ini, perkebunan memainkan peranan penting dari dalam segi politik, sosial,
ekonomi dan dalam aspek pertahanan dan keamanan. Untuk dapat mempertahankan yang telah dicapai disamping peranan dari sub
sektor perkebunan yang telah dicapai disamping dari sub sektor perkebunan dalam pembangunan, maka berbagai upaya pengembangan perkebunan telah dilakukanya
antara lain adalah:
1 Pola Perkebunan Inti Rakyat PIR
Pola PIR adalah suatu pola pelaksanaan pengembangan perkebunan untuk mewujudkan suatu perpaduan usaha dengan sarana perbaikan
keadaan sosial ekonomi peserta yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan dengan berbagai kegiatan
produksi pengelolaan dan pemasaran dengan menggunakan perusahaan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerja sama yang saling
menguntungkan serta utuh dan berkesinambungan.
2 Pola Unit Pelaksanaan Proyek UPP
Pola UPP adalah suatu pola pelaksanaan pengembangan perkebunan yang merupakan suatu perangkap pelaksanaan proyek ditingkat lokasi
yang membantu petani. Perkebunan rakyat dan membimbingnya dalam membangun usaha tani dengan menerapkan teknologi maju. Di dalam
pengembangan sub sektor perkebunan terdapat berbagai masalah yang
Universitas Sumatera Utara
mengganjal antara lain, pemasaran dari hasil-hasil produksi, kekurangan tenaga terampil skill serta hambatan di dalam perijinan yang
disebabkan oleh prosedur yang terlalu ruwet dan banyaknya lembaga yang menangani perijinan sehingga menjadi duplikasai yang
menunjukan kurangnya koordinasi dan sebagainya.
c Sub Sektor Perikanan
Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan di sub sektor perikanan yang sedang dijalankan dewasa ini adalah dititik beratkan pada pembinaan dan
pengembangan perikanan rakyat nelayan diseluruh Indonesia. Ditinjau dari sudut kehidupan, kehidupan para nelayan kita kurrang memadai pada saat sekarang ini.
Sebagai nelayan yang hidupnya tergantung dari hasil laut, masih merupakan usaha bersifat tradisionil yang sangat lemah dalam permodalan, sehingga hasil dari
penangkapan ikan relatif kecil. Sehinggga penghasilan yang relatif kecil ini akan berpengaruh langsung pada tingkat kehidupan mereka. Nelayan kita pada umumnya
masih mempergunakan alatt-alat penangkapan ikan tradisional atau secara sedrhana, demikian juga jangkauan pelayaran yang dipergunakan hanya mampu mencapai
beberapa mil saja dari pantai. Dalam bidang usaha perikanan darat belum begitu banyak berkembang dan
kenaikan produksinya pun belum begitu meningkat sesuai yang diharapkan. Walaupun selama ini telah ada perluasan tambak-tambak serta dimana dimanfaatkan
sawah-sawah untuk memelihara ikan tawar, namun dilain pihak tambak ikan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dibeberapa daerah telah digusur untuk kepentingan budidaya tambak udang sebagai kooditi ekspor.
d Sub Sektor Peternakan
Pembangunan pada sub sektor peternakan dipelita IV bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil perternakan guna memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan gizi masyarakat dan juga membangkitkan nilai tambah pendapatan petani ternak, pada kususnya peternakan kecil dan penganekaragaman menu
masyarakat. Usaha-usaha peternakan kecil umumnya dikelolah secara tradisionil dan turun temurun, yang pada umumnya dilaksanakan petani sebagai penghasilan
tambahan serta dapt membantu pekerjaan disawah dan diladang.
e Sub Sektor Kehutanan
Hutan sebagai sumber kekayaan alam yang penting perlu dikelolah dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap
menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuan dalam melestarikan lingkungan hidup. Dalam upaya melestarikan lingkungan hidup, dengan tidak mengabaikan peranan
hutan sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi penduduk. Sekitarnya, pemerintah berusaha mengadakan perlindungan penertiban dan pengamanan hutan,
penanaman kembali konversi sebagian hutan alam menjadi hutan buatan, dan penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pengertian Investasi