Kondisi Perekonomian Sumatera Utara

Areal perkebunan besar terletak di kabupaten Langkat, Deli Serdang, Simalungun Asahan, Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan Toba Samosir. Produksi perkebunan besar terdiri dari Karet, Kelapa Sawit, Tembakau,Tebu, Teh, dan Coklat. Di bidang perdagangan, Sumatera Utara merupakan daerah perdagangan yang cukup spesial yang mempunyai ciri-ciri tersendiri bila ditinjau dari segi geograpinya maupun dari segi potensi ekonominya. Kedudukanya strategis, karena berada dalam alur perdagangan internasional yang berdekatan dengan pusat terminal perdgangan terbesar di Asia Tenggara yang sangat menguntungkan. Sumatera Utara sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, merupakan pntu gerbang Indonesia bagian barat dan sebagai pusat arus kegiatan ekonomi. Di sektor industri pada umumnya berlokasi di daerah Medan serta Pematang Siantar, dimana jesis industri yang berkembang adalah industri hasil pertanian, bahan bangunan, tekstil, plywood, makanan, rokok, dan kebutuhan konsumsi lainya. Dengan adanya proyek Asahan diharapkan dengan mendorong pertumbuhan industri di Sumatera Utara sebab dengan adanya proyek tersebut maka kebutuhan akan tenaga listrik untuk industri-industri diharapkan dpat dipebuhi oleh proyek ini. Dengan demikian akan dapat memperluas kesempatan kerja.

4.3. Kondisi Perekonomian Sumatera Utara

Untuk menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang Universitas Sumatera Utara dan jasa. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, serta pertambangan dan penggalian. Sektor skunder meliputi industri pengolahan, listrik gas dan air minum serta bangunan. Sektor tertier meliputi perdagangan, hotel dan restoran, angkutan, jasa perusahaan, persewaan bangunan dan jasa lainnya. Nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan perekonomian disuatu wilayah dapat dilihat dari angka Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Perkembangan PDRB provinsi Sumatera Utara ditunjukkan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 PDRB Sumatera Utara Tahun 1987 – 2007 Tahun PDRB Milyar Rupiah Pertumbuhan 1987 4.258 - 1988 4.585 7.68 1989 5.421 10.82 1990 5.618 3.63 1991 6.157 9.59 1992 6.039 -1.92 1993 18.215 201.62 1994 19.941 9.48 1995 21.802 9.33 1996 23.714 8.77 1997 25.065 5.69 1998 22.332 -10.90 1999 22.910 2.59 2000 24.016 4.83 2001 24.911 3.73 2002 25.925 4.07 2003 27.086 4.48 2004 28.598 5.58 2005 87.897 207.35 2006 93.347 6.20 2007 99.792 6.90 Sumber : Badan Pusat Statistk Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara PDRB Milyar Rupiah 5000 10000 15000 20000 25000 1985 1990 1995 2000 2005 PDRB Gambar 4.1. PDRB Sumatera Utara Tahun 1987- 2007 Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat, pada saat krisis ekonomi pertumbuhan ekonomi menurun sampai -10.90 persen, tetapi tahun 1999 mulai meningkat Perekonomian Sumatera Utara secara makro berhasil tumbuh sebesar 6,9 persen pada tahun 2007 jika dibandingkan dengan tahun 2006 hanya 6,2 persen year on year. Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,52 persen pada tahun yang sama. Beberapa sektor yang memberi kontribusi pada PDRB Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12,43 persen, sektor pengangkutan Universitas Sumatera Utara komunikasi sebesar 9,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78 persen. Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Berdasarkan hasil perhitungan BPS Provinsi Sumatera utara yang menganalisis pencapaian ini didukung oleh stabilitas moneter yang semakin baik yang terlihat dari kecenderungan menguat dan stabilnya nilai tukar rupiah secara signifikan pada kisaran Rp 9.000 per dollar AS pada tahun 2007. Indikator lainnya juga diperhitungkan adalah tingkat inflasi, sebesar 6,11 persen pada tahun 2006. Nilai inflasi ini lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 6,60 persen pada tahun yang sama. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah baik APBN maupun APBD juga merupakan faktor yang mendorong membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006. Meski pencapaian kinerja perekonomian Sumatera Utara tahun 2007 cukup membaik namun masih dibayangi dengan kondisi ketenagakerjaan, gizi balita dan tingkat kemiskinan penduduk yang belum menggembirakan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Februari 2006 tingkat pengangguran terbuka TPT di Sumatera Utara sebesar 14,82 persen dan balita dengan gizi buruk pada tahun 2005 sebesar 10,45 persen dari jumlah balita yang ada. Sementara itu diperkirakan persentase penduduk miskin di tahun 2006 mencapai sebesar 15,66 persen. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya Universitas Sumatera Utara membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah menunjukkan adanya perbaikan. a Surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara meningkat sebesar 4,31 persen.pada tahun 2005. b Nilai ekspor Sumatera Utara pada 2005 meningkat sebesar 9,05 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004, yakni dari US. 3.483 juta menjadi US. 3.798 juta. Ekspor produk sektor pertanian meningkat 16,61 persen, sedangkan produk industri yang merupakan penyumbang terbesar ekspor Sumatera Utara meningkat 7,98 persen. Komposisi terbesar pada ekspor Sumatera Utara pada tahun 2005 adalah kelompok minyak dan lemak nabati- hewani sebesar 38,84 persen US. 1.475 juta antara lain berupa minyak sawit dan CPO. Kemudian diikuti oleh kelompok bahan baku sebesar 20,92 persen US. 795 juta. Ekspor Sumatera Utara sebagian besar ditujukan ke kawasan Asia Lainnya dan Uni Eropa. Sampai tahun 2006, ekspor Sumatera Utara yang ditujukan ke kawasan Asia Lainnya mencapai US. 1.455 38,32 persen dari total ekspor Sumatera Utara. Sedangkan ekspor Sumatera Utara ke kawasan Uni Eropa sebesar US. 711 juta 18,73 persen. Pada periode tahun 2006, nilai impor Sumatera Utara juga mengalami peningkatan sekitar 25,09 persen dari periode yang sama tahun 2005, yakni dari US. 794 juta menjadi US. 993 juta. Peningkatan terbesar terjadi pada impor barang modal yaitu sebesar 55,14 persen, diikuti oleh bahan bakupenolong yang meningkat sebesar 25,06 persen, sedangkan barang konsumsi meningkat 6,99 persen. Nilai impor terbesar Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara berupa bahan bakupenolong yang nilainya mencapai US. 565 juta. Barang konsumsi menempati urutan kedua dengan nilai sebesar US. 228 juta dan terakhir berupa barang modal yang sebesar US. 200 juta. c Rasio Kredit yang Disalurkan terhadap Dana yang Dihimpun sampai dengan Juli 2006 sebesar 68,29 persen. Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat mempunyai peranan yang strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian daerah. Kebijakan dalam penyaluran danakredit pada dunia usaha perlu dilakukan secara hati-hati namun harus mengalir untuk terus menghidupkan dunia usaha. Jumlah dana yang disimpan oleh masyarakat suatu daerah merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sampai dengan tahun 2006, jumlah dana yang dihimpun oleh seluruh bank di Sumatera Utara sebanyak Rp 47.036 milyar. Jumlah ini meningkat dari periode yang sama tahun 2004 yang tercatat sebanyak Rp 41.109. Berati untuk tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 14,42 persen. Kredit perbankan yang disalurkan pada periode ini mencapai Rp 32.120 milyar, atau meningkat 36,14 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama di tahun 2004 jumlah kredit yang disalurkan sebanyak Rp 23.594 milyar. Sementara itu, persentase kredit yang disalurkan terhadap dana yang dihimpun juga mengalami peningkatan dari 57,39 persen di tahun 2005 menjadi 68,29 persen di tahun 2006. d Tingkat Pengangguran Terbuka TPT sebesar 10,98 persen kondisi Februari 2006. Walaupun perekonomian Sumatera Utara semakin baik, namun diakui Universitas Sumatera Utara belum mampu mengatasi masalah pengangguran. Pada tahun 2006, jumlah penggangguran terbuka yaitu penduduk 15 tahun ke atas yang mencari pekerjaan mencapai 636.980 orang dari 5.803.112 jumlah angkatan kerja, atau sekitar 10,98 persen. Sedangkan tahun 2005, angka pengangguran yang tercatat pada kondisi bulan Agustus sebesar 610.540 orang dari 5.512.405 jumlah angkatan kerja atau 11,08 persen.

4.4. Perkembangan Indeks Harga Produk Pertanian