Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

tersebut diketahui nilai p= 0.07 sehingga dapat disimpulkan p0.05, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sesudah diberi kompres dingin. Table 9. Hasil uji independent t-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pre dan post kompres dingin Variable Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol p value t Mean SD Mean SD Intensitas nyeri RA - pre intervensi - post intervensi 2.80 1.101 2.33 1.087 3.71 1.097 3.23 0.534 0.149 0.07 -1.141 -1.978

2. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti membandingkan intensitas nyeri RA pre dan post kompres dingin selama 20 menit. Kompres dingin dilakukan pada bagian sendi, pergelangan kaki, pergelangan tangan dan siku selama 20 menit dengan rentang suhu 15 C - 27 C. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan usia dari kedua kelompok intervensi dan kontrol, responden yang mengalami nyeri RA berada pada rentang usia 15-44 50, n=7 dan penderitanya 57.14 perempuan. Pernyataan ini mendukung pendapat Junaidi 2006 bahwa usia antara 25-50 tahun merupakan jumlah terbanyak menderita RA dan lebih banyak mengenai wanita daripada pria. Pada saat penelitian lingkungan dan suasana di Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan kurang kondusif sehingga sangat mempengaruhi konsentrasi responden dalam menerima penjelasan peneliti terhadap pengisian kuesioner, pengukuran intensitas nyeri dan cara melakukan kompres dingin sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Kelompok intervensi dan kontrol yang tidak mendapat perlakuan melakukan kompres dingin di rumah masing-masing kerena peneliti tidak mendapat Universitas Sumatera Utara izin penelitian dari Kepala Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan. Hal ini sangat mempengaruhi biasnya hasil penelitian. Responden bisa salah melakukan intervensi atau salah dalam menentukan intensitas nyeri karena peneliti tidak mengontrol dan mengevaluasi prosesnya. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan suku, sebagian besar bersuku Batak. Mangacu pada teori Potter Perry 2005 bahwa keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu untuk mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana reaksi terhadap nyeri dan bagaimana seseorang dapat mengekspresikan rasa nyeri tersebut. Hasil penelitian terlihat bahwa suku kurang terdistribusi. Pada kelompok intervensi 21.42, n=3 bersuku Melayu dan 28.57, n=4 bersuku Batak. Sedangkan pada kelompok kontrol 7.14, n=1 bersuku India dan 42.85, n=6 bersuku Batak. Berdasarkan hasil penelitian tingkatan nyeri RA yang dialami responden sangat bervariasi mulai dari tingkat nyeri ringan, nyeri sedang. Pernyataan ini dapat dilihat dilampiran 5. Terlihat bahwa skala intensitas nyeri bervariasi mulai dari skala 1 sampai skala 5. Perbedaan tinggi rendahnya skala intensitas nyeri RA yang dirasakan seseorang tidak bisa menjadi indikator bagi yang lainnya karena sifatnya yang sangat pribadi. Pernyataan ini mendukung pendapat dari Mahon 1994 yang mengatakan bahwa nyeri bersifat subjektif dan sangat individual dan berbeda bagi setiap orang. Pada hasil penelitian terlihat penurunan nyeri antara kelompok intervensi dan kontrol rata-rata berselisih satu. Harusnya pada saat penelitian dilakukan pengontrolan untuk membantu responden menentukan skala nyeri sehingga responden punya gambaran saat menentukan intensitas nyeri RA. Universitas Sumatera Utara Tingkat nyeri ini juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor psikis dimana nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita, bagi wanita yang secara emosional tidak stabil, dan tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses nyeri dan cara mengatasinya akan mudah timbul nyeri RA. Sementara dari hasil penelitian disribusi jenis kelamin tidak merata pada kelompok intervensi responden yang perempuan 35.71, n=5, sedangkan pada kelompok kontrol 21.42, n=3 berjenis kelamin perempuan. Berger 1992 agamakepercayaan mempengaruhi persepsi nyeri seseorang seperti dalam agama Islam, kesabaran hal yang paling berharga dimata Tuhan. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi 21.42, n=3 beragama Islam dan 28.57, n=4 beragama Kristen sedangkan pada kelompok kontrol 7.14, n=1 beragama Hindu dan 42.85, n=6 beragama Kristen. Pada penelitian ini semua faktor yang dianggap berkontribusi terhadap nyeri diabaikan. Untuk meminimalkan adanya pengaruh perlakuan yang lain terhadap pemberian kompres dingin maka dianjurkan bagi semua responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti mengkonsumsi obat-obatan penurunan nyeri sebelum intervensi kompres dingin. Dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan nyeri RA dan membiaskan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian skala intensitas nyeri pada kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi kompres dingin selama 20 menit pada kondisi awal pre test didapatkan nilai rata-rata nyeri 2.80 SD= 1.101. Dan setelah 20 menit diberi kompres dingin didapatkan nilai rata-rata nyeri berkurang menjadi 2.56 SD= 1.462, pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar 0.24. Dari hasil uji t-test didapatkan nilai p= 0.715 p0.05. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai rata-rata nyeri 3.56 SD= 1.068 dan setelah 20 menit tanpa diberikan perlakuan Universitas Sumatera Utara apapun didapatkan nilai rata-rata nyeri berkurang menjadi 3.09 SD= 0.630, pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar 0.476. Dari hasil uji paired t-test diperoleh nilai 0.203 p0.05. Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok intervensi yang diberi kompres dingin tidak menunjukkan hasil yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun. Berdasarkan hasil uji independent t-test intensitas menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan intensitas nyeri RA yang signifikanbermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pre kompres dingin diketahui dari nilai p= 0.149 p0.05, hal ini karena skala intensitas nyeri RA pada kelompok intervensi pre kompres dingin tidak jauh berbeda dari skala intensitas nyeri post kompres dingin. Sedangkan hasil uji independent t-test antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol post kompres dingin juga tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dapat diketahui dari nilai p=0.07 p0.05. Dari hasil kedua uji statistik diatas dapat dikatakan bahwa kompres dingin kirbat es tidak berpengaruh terhadap intensitas nyeri RA di Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh kompres dingin kirbat es terhadap intensitas nyeri Reumatoid Arthritis di Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan purposive sampling sehingga diperoleh 14 sampel dalam penelitian ini, dan dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Proses pengumpulan data dilakukan selama 3.5 bulan mulai dari tanggal 8 Mei 2009 sampai 20 Juli 2009 dan penelitian berlanjut ditahun berikutnya dari tanggal 25 Mei 2010 sampai 9 Juli 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kompres dingin kirbat es pada sendi kaki, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku responden yang mengalami nyeri yaitu pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apapun, kemudian dilakukan pengukuran intensitas nyeri pada kedua kelompok pre dan post intervensi dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu Skala Numerik Numerical Rating Scale. Skala tingkat intensitas nyeri ini 0-10, 0 berarti tidak ada nyeri dan 10 berarti nyeri hebat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer untuk mengetahui hasil dari perhitungan statistik yaitu dengan uji paired t-test dan independent test.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statisitik paired t-test pada masing-masing kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu tidak ada pengaruh intensitas nyeri RA pada kelompok intervensi pre dan post kompres dingin, hal ini terbukti dari nilai p yang diperoleh sebesar 0.715 p0.05. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPRES PANAS DENGAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS Pengaruh Kompres Panas Dengan Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Osteoarthritis Sendi Lutut.

0 0 18

PENDAHULUAN Pengaruh Kompres Panas Dengan Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Osteoarthritis Sendi Lutut.

0 2 4

PENGARUH KOMPRES PANAS DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS Pengaruh Kompres Panas Dengan Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Osteoarthritis Sendi Lutut.

1 4 15

TAP.COM - PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP INTENSITAS NYERI REUMATOID ARTRITIS ...

0 0 15

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 2 28

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 2 4

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 3 43

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 6

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 2

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

1 6 11