2.5.2 Respon perilaku
Respon prilaku yang timbul pada klien yang mengalami nyeri dapat bermacam-macam. Meinhart dan Mc. Caffery 1983 menggambarkan 3 fase perilaku
terhadap nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan fase pasca nyeri Mc. Caffery 1983 dalam Tamsuri, 2006. Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan
merupakan fase yang memungkinkan individu untuk memahami nyeri. Individu belajar mengendalikan emosi kecemasan sebelum nyeri muncul, karena kecemasan
dapat menyebabkan peringatan sensasi nyeri yang terjadi pada klien dan atau tindakan ulang yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi nyeri menjadi kurang efektif.
Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang diungkapkan oleh seseorang individu yang mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan badan,
menjerit, dan bahkan mungkin berlari-lari.Pada fase pasca nyeri, individu biasa saja mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil.
2.5.3 Respon psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Individu yang mengartikan nyeri sebagai
sesuatu yang negatif cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya
pada individu yang memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman positif akan menerima nyeri yang dialaminya Tamsuri, 2006.
2.3 Pengukuran Nyeri Reumatoid Arthritis
Potter Perry 2005 untuk pengukuran nyeri perlu dilakukan pengkajian karakteristik umum nyeri untuk membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri
dan tipe nyeri. Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi,
Universitas Sumatera Utara
rangkaian nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Apakah nyeri yang dirasa terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kambuh?
Kemudian perawat meminta klien untuk menunjukkan lokasi nyeri. Alat pengkajian skala nyeri berupa numeris, deskriptif, analog visual. Klien menetapkan
suatu titik pada skala yang berhubungan dengan persepsinya tentang tingkat keparahan nyeri pada waktu melakukan pengkajian.
Ada beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur skala nyeri, diantaranya yang dikemukakan oleh AHCPR Agency for Health Care Policy
Research : Deskripsi Sederhana terdiri dari :
tidak nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri sangat berat Visual Analog Scale VAS
Digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke sebelah kiri dan daerah batas yang paling sakit.
Tidak sakit Nyeri sehebat yang terjadi
Verbal Numerical Rating Scale VNRS Sama dengan VAS hanya diberi skor 0-10 daerah yang paling sakit dan kemudian
diberi skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik Verbal Rating Scale
Tidak ada nyeri Nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri sangat hebat Brunner Suddarth, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Jika klien mengerti dalam penggunaan skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran yang diungkapkan atau ditunjukan padanya dapat diseleksi
dengan hati–hati, maka setiap instrument tersebut dapat menjadi valid dan dapat dipercaya Potter Perry, 2005.
3. Nyeri Reumatoid Arthritis 3.1 Ciri Khas Nyeri Reumatoid Artritis
Nyeri pada penyakit reumatik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator
kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu
rangsanganstimulus Isbagio,1995. Menurut Junaidi 2006 gejala klinis RA pada saat yang bersamaan bisa
banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris. Jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, sendi yang sama di kanan tubuh juga
meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. Sendi yang
meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas fisik.
Sendi yang terserang akan membengkak, membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah
kelingking sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan tangan dapat mengakibatkan terjadinya sindrom
terowongan karpal. Sifat sistemik pada kategori penyakit reu matik yang dikenal sebagai penyakit jaringan ikat dicerminkan dalam bentuk proses inflamasi yang
tersebar luas. Meskipun berfokus pada persendian inflamasi juga melibatkan bagian-
Universitas Sumatera Utara