Kesimpulan Analisis Pengalihan Hak Dan Oper Kredit Pada Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Prima Tata Patumbak Di Medan)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur pengalihan hak dan oper kredit pemilikan rumah yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan KUHPerdata adalah dengan novasi subjektif pasif yaitu tindakan debitur untuk mencari debitur pengganti dengan seizin dan sepengetahuan pihak kreditur, yang diatur dalam pasal 1417 KUH Perdata. Hal ini di PT. Bank Perkreditan Rakyat Prima Tata Patumbak jarang terjadi, karena sesuai dengan definisi novasi yaitu berakhirnya perikatan lama timbul perikatan baru yang berarti sama dengan membuat perjanjian Kredit Pemilikan Rumah lagi. Bedanya debitur lama mengajukan permohonan penerusan utang atau alih debitur. Setelah bank menyetujui permohonan debitur lama, maka bank akan mengeluarkan Surat Persetujuan Alih Debitur yang kemudian akan dibuat akta novasi. Banyak faktor yang meyebabkan terjadinya pengalihan hak dan oper kredit, seperti faktor kesulitan ekonomi, mencari keuntungan, pindah tugas kerja, sakit dan takut disita bank karena kredit macet. 2. Hak dan kewajiban kreditur dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah meliputi apabila penerima kredit memberikan data yang tidak benar sehubungan dengan perjanjian ini, bunga tidak dibayar tepat waktu yang telah ditentukan, dan selama kredit belum lunas, debitur dilarang memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan atau memberikan hak kepada pihak lain, maka PT. Bank Universitas Sumatera Utara Perkreditan Rakyat Prima Tata Patumbak berhak untuk menegur atau mengakhiri secara sepihak perjanjian kredit. Dan kewajiban bank untuk memberikan bukti- bukti kepemilikan barang jaminan bila kredit sudah lunas. Dalam hal mengalihkan kredit kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan kreditur, hal ini akan merugikan pihak ketiga karena tidak ada perlindungan hukum yang diberikan. Pengalihan hak dan oper kredit pemilikan rumah dari debitur kepada pihak ketiga yang dilakukan di bawah tangan tanpa sepengetahuan pihak bank adalah tidak sah, karena pihak pertama melanggar kesepakatan atas perjanjian yang dibuat pada saat pengikatan jual beli Kredit Pemilikan Rumah. Hal ini dilakukan bank untuk melindungi agar tidak terjadi masalah dikemudian hari bila debitur mengalihkan secara diam-diam. 3. Perlindungan Hukum terhadap kreditur dalam hal ini PT. Bank Perkreditan Rakyat Prima Tata Patumbak jika debitur wanprestasi berdasarkan UU No.10 Tahun 1998 menegaskan tentang Prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian ini ditujukan demi keamanan dan keselamatan bank. Perkembangan ekonomi memberikan masalah yang besar bila bank tidak ketat dalam menjalankan operasional perkreditan. Agar tidak terjadi sesuatu hal dikemudian hari bank dalam Kredit Pemilikan Rumah membuat jaminan yang berupa serifikat dan disimpan di bank sampai kredit lunas. Dengan adanya jaminan, bank terlindungi dari kerugian dan wanprestasi dari debitur. Jaminan hutang yang dibebani dengan Hak Tanggungan memberi kepastian hukum bagi bank. Jika terjadi pengalihan hak milik atau oper kredit yang dilakukan dibawah tangan atau terjadinya Universitas Sumatera Utara wanprestasi pada debitur yang menerima pengalihan hak dan oper kredit, sehingga penyelesaiannya hanya dapat dilakukan dengan pelunasan kredit, karena dengan adanya Hak Tanggungan memberikan perlindungan hukum kepada kreditur bank karena sesuai dengan ciri-ciri Hak Tanggungan yaitu Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang Hak Tanggungan asas Droit de Preference, Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 20 ayat 1 UUHT, Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada asas Droit de Suite, Pasal 7 UUHT. Perlindungan hukum pada pihak ketiga yang beritikad baik saat ini belum ada dibuat sehingga bila terjadi pengalihan secara diam-diam, bank hanya akan memberikan sertifikat pada debitur yang pertama kecuali bila pihak ketiga membawa pihak pertama ke bank untuk mengambil sertifikat atas nama pihak pertama.

B. Saran