Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih pada saat ini, sektor perekonomian turut berkembang dengan pesat. Untuk mencapai pemerataan perekonomian tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang- undang No. 7 Tahun 2002 yang menumbuhkan bank-bank baru di Indonesia termasuk bank syariah. Dunia perbankan di Indonesia pada saat ini telah terbagi menjadi dua jenis yaitu ; bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan yang berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan sitem bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito dan menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang aturan perjanjiannya berdasarkan hukum Islam antara bank dengan bank lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Kasmir, 2002: 38. Ada beberapa alasan mengapa kegiatan menyalurkan pembiayaan menjadi sangat penting bagi bank. Alasan pertama, yaitu kenyataan bahwa sekitar 60–70 dari kegiatan bank terkait dengan penyaluran pembiayaan. Kegiatan menyalurkan ini mengandung resiko yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perbankan. Likuditas keuangan, solvabilitas dan profitabilitas bank sangat 1 Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola pembiayaan yang telah disalurkan. Dampak yang lebih jelas dari kasus-kasus pembiayaan bermasalah adalah terjadi krisis ekonomi moneter yang melanda banyak negara Asia termasuk Indonesia pada dekade 1990-an. Hal ini menunjukkan begitu besarnya pengaruh dan peranan pembiayaan perbankan bagi bank dan membutuhkan penanganan yang sangat profesional. Laporan tahunan Bank Indonesia tahun 2002-2003 dinyatakan pangsa pembiayaan terhadap jumlah harta bank-bank umum di Indonesia pada tahun ini mencapai 80,7 yang terdiri dari pembiayaan yang disalurkan kepada debitur perusahaan dan perorangan sebesar Rp. 306 trilyun 76,6 serta penyaluran pada sektor pemerintah sebesar Rp. 16 trilyun 4,1 . Perkembangan Bank Syariah tergolong sangat cepat. Perkembangannya bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor, assets, banyaknya bank-bank syariah yang berdiri berstatus penuh atau hanya unit usaha syarih dari bank konvensional sebagaimana terlihat pada tabel 1.1. Tabel 1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Kelompok Bank 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor BUS UUS Jumlah BPRS 2 8 299 84 3 15 401 86 3 19 504 92 3 20 531 105 3 25 597 114 3 25 603 115 Total 383 487 596 659 739 746 Sumber : Laporan Perkembangan Perbankan Syariah www.bi.go.id Pemberian pinjaman di perbankan syariah pada prinsipnya sama dengan pemberian kredit. Hanya penggunaan kata pinjam-meminjam kurang tepat dengan . Universitas Sumatera Utara alasan, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan financial dalam Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh syariah selain pinjam-meminjam seperti jual-beli, sewa dan lain-lain. Selain itu dalam Islam, pinjam-meminjam adalah akad sosial bukan konvensional. Artinya apabila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya karena hukumnya akan riba, sedangkan riba haram hukumnya dalam Islam. Karena itu dalam perbankan syariah pinjaman tidak disebutkan tetapi disebut dengan pembiayaan financing. Produk pembiayaan bank syariah mempunyai spesifikasi khusus, yaitu tidak didasarkan pada sistem bunga, tetapi menggunakan pola bagi hasil. Bagi hasil ini bisa berupa bagi pendapatan revenue sharing atau bagi laba profit sharing. Manfaat pembiayaan ini bagi perusahaan atau nasabah yaitu akan dapat mengurangi biaya tetap yang akan dikeluarkannya, tidak sebagaimana dengan pola pembiayaan dengan bunga yang akan menambah biaya tetap, karena adanya kewajiban nasabah untuk membayar bunga dalam persentase tertentu dalam kondisi apapun, sehingga akan menurunkan kemampuan nasabah untuk bersaing dari sisi harga dengan pesaingnya Arifin, 2006: 2. Pola pembiayaan bagi hasil ini nampaknya belum begitu familiar di kalangan masyarakat. Upaya pemasaran produk pembiayaan ini masih perlu dilakukan lebih intens lagi dengan cara pendekatan bank kepada nasabah dan calon nasabah, memberitahukan atau memperkenalkan dan menciptakan image yang lebih baik serta membangun loyalitas nasabah bank itu sendiri. Universitas Sumatera Utara PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan berupaya untuk melakukan monitoring penyaluran dana pembiayaan sebaik mungkin, namun demikian masih juga mengalami kendala-kendala sehubungan dengan efektifitas manajemen pembiayaannya, hal ini diketahui dari adanya beberapa nasabah yang mengalami pembiayaan kurang lancar, dimana pembiayaan yang pengembaliannya pokok pinjaman dan bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama 3 tiga bulan dari waktu yang dijanjikan sebelumnya. Bank syariah mengutamakan unsur kepercayaan dalam pemberian pembiayaan yang dilakukan. Dari sisi tingkat bunga, secara teoritis pemberian pembiayaan yang dilakukan bank syariah tidak memiliki resiko kredit macet. Dengan demikian untuk melakukan ekspansi pembiayaan yang selektif, diperlukan informasi-informasi yang mendukung pengelolaan manajemen serta analisa antisipasi kredit macet sehingga masalah yang akan timbul dapat diminimalisasi. PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara merupakan bank yang kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip syariah. Oleh karena itu, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara memiliki citra yang sangat khusus sebagai sebuah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan syariah Islam. Tetapi dalam penyaluran pembiayaannya masih mengalami kemacetan akibat kurang diterapkannya pengawasan terhadap pengawasan dalam menjaga efektivitas penyaluran pembiayaan. Dimana kemacetan perusahaan pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.854.255.575 57,1, pada tahun 2007 kemacetan sebesar Rp. 1.956.254.800 42,5 dan pada tahun 2008 Universitas Sumatera Utara sebesar Rp. 2.592.564.850 33,5. Hal ini diakibatkan fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo nasabah seharusnya mengembalikan jumlah dana yang tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank, tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh nasabah sehingga sangat merugikan bagi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara. Pengawasan dalam manajemen pembiayaan juga dilakukan dengan tujuan agar nasabah dapat menerapkan pembiayaan secara tepat waktu. Hanya saja prosedur yang telah dilaksanakan dengan baik tersebut masih terdapat penyeleksian yang kurang teliti akibat banyaknya calon nasabah yang membutuhkan jasa pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala yang besar bagi perusahaan karena pembiayaan Al-Murabahah yang diberikan pada nasabah selalu berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh nasabah Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis memilih judul penelitian ini dengan judul : “Analisis Efektifitas Manajemen Pembiayaan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara”.

B. Perumusan Masalah