Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi siapa pun, karena ia menjadi sarana terpenting dalam menyampaikan informasi atau apa yang ada dalam pikiran kita. Oleh karena itu, bahasa harus dapat dipahami dengan baik oleh penggunanya. Pemakaian bahasa tidak semudah saat kita menggunakannya sehari-hari, karena banyaknya ragam bahasa yang ada di dunia ini adakalanya saat menggunakan bahasa kita harus memperhatikan juga aspek-aspek di luar bahasa yang diantaranya; Siapa orang yang kita ajak berbahasa, latar belakang kebudayaan bahasa tertentu, dan dimana kita berbahasa. Dalam berbahasa kata adalah unsur terpenting dalam kalimat, kata itu mempunyai makna atau arti. 1 Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa makna berarti segala informasi yang berkaitan erat dengan suatu ujaran. Bila kata dalam kalimat digunakan secara tidak tepat maka maksud kalimat akan terganggu. Mungkin kalimat menjadi kurang jelas artinya, mungkin tanggapan pendengar atau pembaca akan lain dari yang dimaksud oleh si pembicara atau si penulis, atau mungkin kalimat itu tidak dapat dipahami. 2 Namun sedikit sekali orang yang memperhatikan semantik saat menggunakan bahasa, mereka lebih cenderung memfokuskan pada masalah sintaksis dan gramatikal saja. Padahal makna 1 J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, Jakarta, 1995 , h. 50 2 Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, h. 51 1 adalah hal yang amat sensitif dalam berbahasa, berapa banyak kesalahan fatal yang dilakukan seseorang karena ia salah menggunakan atau menafsirkan makna tertentu. Diantara makna yang terdapat ilmu semantik terdapat dua macam makna, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah “makna yang wajar, yang asli, makna sesuai dengan kenyataannya.” 3 Makna denotatif ini bersifat obyektif sedangkan makna konotatif adalah “makna yang wajar tadi telah memperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai tertentu, dengan rangsangan tertentu pula yang bervariasi dan tak terduga pula.” 4 Makna konotatif inilah makna yang tidak mudah dipahami. Sedangkan dalam keterangan lain diterangkan bahwa makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem dan makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 5 Pada penelitian ini, penulis akan meneliti salah satu dari dua makna tersebut, yaitu makna konotasi. Dengan definisi di atas, dapat diketahui bahwa konotasi adalah makna yang mempunyai nilai rasa, jadi konotasi muncul karena adanya nilai rasa pada sebuah kata atau sekelompok kata. Adapun nilai rasa yang dimaksud adalah rangsangan yang mempengaruhi panca indera, perasaan, sikap dan penilaian. Rangsangan ini dapat bersifat individual ataupun kolektif dan terkadang berdasarkan pengalaman. Makna konotatif 3 J. D Parera, Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, 2004, cet. 2. h. 97 4 Parera, Teori Semantik, h. 98 5 Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994, h. 292. 2 mengandung beberapa nilai rasa yaitu, nilai rasa positif, nilai rasa negatif dan terkadang mengandung nilai rasa netral. Untuk memahami ketiga nilai rasa tersebut, berikut penulis kemukakan tiga contoh yang mengandung seluruh nilai rasa konotasi. 1. Pak Kumis, tetangga sebelah, berbadan gembrot. 2. Ibu Pinah, penjual ikan di pasar Kramat Jati, berbadan besar. 3. 3.Lisa, mahasiswi semester tujuh, berbadan gemuk. Pada ketiga contoh kalimat di atas, kata gembrot, besar, dan gemuk adalah sinonim yang memiliki makna “kelebihan lemak” atau “tidak langsing”. Tapi, ketiga contoh tersebut memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata gembrot memiliki nilai rasa negatif, kata gendut memiliki nilai rasa positif dan kata gemuk memiliki nilai rasa netral. Ketiga contoh makna konotatif tersebut adalah sebagian contoh yang terdapat dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Arab juga ada kalimat-kalimat atau kata-kata yang juga mengandung makna konotatif. Diantaranya adalah: 1 . ﺮآﺬﻟا ﺲ ﻟو ﺖﻌﺿ و ﺎ ﺑ ﻋا ﷲاو ﻰﺜﻧﻷﺎآ “Dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” 6 2 . ﺎﻬ ﻳﺪ جاوزاو ةﺮﻬﻄﻣ “mereka kekal di dalamnya dan dikaruniapasangan-pasangan yang suci.” 7 3 . ا بﺮﻐﻟ ﻳرﺎﺘﻟاو ﻟﺎﻌ ﻟ اﺰآﺮﻣ ﻪﺴﻔ ىﺮﻳ 6 Hasbi Ash shiddiqieqy, Tafsir Al-Bayan, Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2002, h. 40 7 Ash-Shiddieqy, h. 15 3 “Barat memandang dirinya sebagai pusat dunia dan pusat sejarah.” 8 Ketiga contoh di atas yang berasal dari bahasa Arab juga mengandung makna konotasi yaitu; kata ﻰﺜﻧأ memiliki nilai rasa negatif, sebenarnya kalimat pada nomor satu telah mengandung makna yang menunjukkan adanya kesenjangan gender tapi dengan menerjemahkan anak perempuan pada kata tersebut lebih menambah nilai rasa negatif pada kata itu sendiri, kata وزا جا memiliki nilai rasa positif, penggunaan kata pasangan- pasangan dalam menerjemhkan kata tersebut telah memberi kandungan makna yang bersifat universal daripada penggunaan kata isteri-isteri yang banyak digunakan oleh terjemahan Alquran pada umumnya, dan kata بﺮﻐﻟا juga memiliki nilai rasa negatif. Kata barat sangat identik sekali dengan Amerika dan sekutu-sekutunya, meski demikian kata barat sudah tidak lagi mengacu kepada persoalan geografis tetapi lebih kepada persoalan sosialis, kini kata tersebut lebih mengacu pada Amerika, Eropa, dan Australia. Dalam contoh di atas, penulis menemukan keunikan makna kata yang terkandung dalam makna konotatif, dan keunikan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti makna konotaif baik dari segi bahasa Indonesia maupun dari segi bahasa Arab. Adapun mengapa kedua bahasa tersebut, itu karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang sering digunakan penulis dan bahasa Arab adalah karena bahasa tersebut menjadi studi kajian penulis selama menjadi mahasiswi di jurusan Tarjamah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti makna konotatif yang terdapat dalam surah Al-‘Imran. 8 Ibnu Burdah, menjadi penerjemah metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab, Yogyakarta; Tiara Wacana Yogya, 2004, cet. 1. h. 90 4 Penelitian ini penulis beri judul: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN Analisis terhadap Alquran Terjemahan Hasbi Ash shddiqieqy. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pada ayat-ayat Alquran banyak sekali makna yang terkandung di dalamnya, namun pada penelitian ini penulis membatasinya pada makna konotatif dalam surah Ali-‘Imran terjemahan Alquran Hasbi Ash-shiddieqy. Adapun perumusan yang dilakukan berkisar tentang : 1. Apakah penerjemahan makna konotatif dalam surat Ali-‘Imran sudah tepat? 2. Bagaimana menerjemahkan makna konotatif yang baik dari ayat-ayat Alquran ke bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian