3. Turun dan Naiknya Konotasi
Turun naiknya makna konotasi bergantung pada masyarakat yang menggunakannya. Adakalanya ada sebuah kata yang pada mulanya
mengandung konotasi jelek berubah menjadi konotasi yang baik begitupun sebaliknya, yang mengakibatkan sebagian kata turun dan sebagian lagi
naik pula konotasinya.Dalam dunia ilmiah nilai makna kotasi dapat ditekan atau dikurangi seminim mungkin. Pada hakikatnya istilah-istilah
yang digunakan oleh dunia ilmiah maknanya sudah jelas, akan tetapi jika istilah-istilah tersebut digunakan di luar bidangnya, maka tentu akan
menimbulkan nilai rasa yang nyata. Makna dan konotasi tidak ditentukan oleh etimologi. Biarpun
sesuatu kata berasal dari suatu etimologi yang jelek artinya, asal diterima oleh masyarakat dengan makna yang baik, maka kata tersebut akan
mempunyai konotasi yang baik. Kebiasaan pemakai bahasa itulah yang menentukan makna dan nilai rasa sesuatu kata.
74
Mengenai konotasi yang turun dapat kita lihat pada masa penjajahan dahulu kala, dimana kata raja, bangsawan, dan nyai memiliki konotasi
yang tinggi. Tetapi pada zaman sekarang makna kata tersebut telah mengalami penurunan nilai rasa atau konotasinya.
Sebaliknya ada beberap kata yang dulu mengandung nilai rasa rendah atau turun, namun padaera sekarang kata itu mengalami kenaikan
konotasi seperti kata gotong-royong, musyawarah dan rakyat.
74
Tarigan,Pengajaran semantik, h. 80
39
4. Fungsi makna konotatif
Pada pemaparan sebelumnya telah dikatakan bahwa makna konotasi adalah makna yang memiliki tautan antara ujaran dan situasi.
Dapat pula dikatakan bahwa makna konotatif adalah ko-makna yang
ditentukan oleh stilis fungsional dan nuansa ekspresif pengungkapan bahasa.
75
Jadi makna konotatif timbul akibat dari situasi atau psikis sang penutur.
Dari segi makna, konotatif memilki berbagai macam fungsi karena sebuah makna-terutama makna konotatif- cenderung masih membutuhkan
suatu argumentasi yang memang disesuaikan dengan situasi atau kondisi si penutur atau penulis.
Berikut beberapa fungsi makna konotatif, yaitu:
76
1. Sebagai efek pembantu ingatan terhadap suatu perangsang.
2. Sebagai tempat untuk menafsirkan sesuatu.
3. Untuk mengetahui esensi dari sesuatu yang bersifat samar atau
terkandung. 4.
Sebagai konsekuensi-konsekuensi praktis suatu hal atau benda dalam pengalaman.
5. Penghubung yang bersifat aktual dan berhubungan dengan tanda
tertentu.
75
Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemah, h.163
76
Aulia Azhar muttaqien, “Makna Konotatif dalam Surah al-BAqarah: Studi Analisis Alquran Terjemahan al-Jumanatul ‘aliy,” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2006, h. 34
40
41 6.
Mengetahui tautan pikiran atau hal-hal lain yang dapat menimbulkan nilai rasa.
Konotasi memiliki sifat yang dapat menggugah dan merangsang panca indera, perasaan, sikap, penilaian dan keyakinan baik yang bersifat
individual atau kolektif, karena itulah konotasi sangat bersandar pada konteks. Hal ini pula yang menyebabkan konotasi selalu berhadapan
dengan kondisi dan situasi penutur atau penulis serta yang menyebabkan makna konotasi jarang dimasukkan ke dalam kamus bahasa tertentu.
BAB III BIOGRAFI HASBI ASH-SHIDDEQY
A. Riwayat Hidup Hasbi Ash-Shiddieqy
1. Kelahiran, pendidikan, dan wafat
Hasbi Ash-Shiddieqy dilahirkan di Lhokseumawe, 10 Mac 1904. Nama sebenarnya ialah Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ayahnya,
Teungku Qadhi Chik Maharaja Mangkubumi Husein ibn Muhammad Suud, adalah seorang ulama terkenal di kampungnya dan mempunyai sebuah
pesantren meunasah. Ibunya bernama Teungku Amrah binti Teungku Chik Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz, putri seorang Qadhi Kesultanan Aceh
ketika itu. Menurut silsilah, Hasbi ash-Shiddieqy adalah keturunan Abu Bakar ash-Shiddieq 573-13 H634 M, khalifah pertama. Ia sebagai generasi ke-37
dari khalifah tersebut melekatkan gelar ash-Shiddieqy di belakang namanya.
1
Pendidikan agamanya diawali di dayah pesantren milik ayahnya. Kemudian selama 20 tahun ia mengunjungi berbagai dayah dari satu kota ke
kota lain. Pengetahuan bahasa Arabnya diperoleh dari Syekh Muhammad ibn Salim al-Kalali, seorang ulama berkebangsaan Arab. Pada tahun 1926, ia
berangkat ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan di Madrasah al-Irsyad, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh Syekh Ahmad Soorkati
1874-1943, ulama yang berasal dari Sudan yang mempunyai pemikiran
1
http:darul-ulum.blogspot.com200711fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html diakses pada tanggal 15 Maret 2010.
42