3. Inventorisasi Variabel Data mentah yang telah peneliti peroleh, diolah ke dalam lembaran tabel formula
translation cobol FC sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan 4. Tabulasi Data
Peneliti memindahkan variabel responden dari lembaran fortran cobol ke dalam kerangka tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel secara rinci digambarkan
melalui kategori, frekuensi dan persentase untuk kemudian dianalisis. 5. Membuat tabel silang
Peneliti memindahkan variabel responden dari lembaran fortran cobol ke dalam kerangka tabel silang. Hal ini dilakukan untuk memperkuat jawaban dari
penelitian dan melihat keterhubunbgan dari beberapa variabel.
4.2 Analisis Tabel Tunggal 4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 3 Usia Responden
No. Usia Responden
Frekuensi F Persentase
1. 18 – 20 tahun
52 54, 16
2. 21 – 22 tahun
43 44, 79
3. 22 tahun
1 1, 04
Total 96
100
Sumber: P.1FC.3
Dari tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbesar yang menjadi responden penelitian berada pada kisaran usia 18 – 20 tahun yang memiliki
persentase sebesar 54,1. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling
Universitas Sumatera Utara
aktif berada di kampus yaitu mahasiswa yang berusia di antara 18 – 20 tahun yang biasanya berada pada semester 1 sampai semester 4 yang memiliki jadwal kuliah
penuh sehingga banyak terlihat berlalu lalang di kampus. Selanjutnya, mahasiswa yang berusia 21 – 22 tahun yang biasanya berada di semester 5 sampai semester 8
juga cukup banyak ditemui di lingkungan kampus meskipun tidak sebanyak yang berada di usia 18 – 20 tahun. Hal ini disebabkan karena mahasiswa yang berada
pada semester 7 dan 8 sudah mulai mengambil mata kuliah skripsi sehingga sudah jarang berada di lingkungan kampus. Jumlah mahasiswa yang paling sedikit
ditemui yaitu mahasiswa yang berusia diatas 22 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia di atas 22 tahun sudah sedikit yang memiliki mata kuliah di kampus dan
biasanya sudah mengambil mata kuliah skripsi bahkan sudah banyak yang lulus kuliah.
Tabel 4 Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi F Persentase
1. Laki – laki
21 orang 21, 87
2. Perempuan
75 orang 78, 12
Total 96
100
Sumber: P.2FC.4
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang terpilih untuk mengisi kuesioner penelitian lebih banyak dari jenis kelamin perempuan. Jumlah
responden perempuan yaitu 75 orang dengan besar persentase 78, 12 diikuti dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar
21, 87 . Hal tersebut bukan ditentukan atau dibatasi oleh peneliti, namun data yang peneliti dapatkan menunjukkan lebih banyak perempuan yang menjadi
responden penelitian berdasarkan kenyataan dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5 Agama
No. Agama
Frekuensi F Persentase
1. Protestan
54 56, 25
2. Katolik
6 6, 25
3. Islam
34 35, 41
4. Hindu
5. Budha
2 2, 08
Total 96
100
Sumber: P.3FC.5
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan keadaan sesungguhnya di lapangan, peneliti menemukan bahwa yang paling banyak
menjadi responden adalah mahasiswa yang beragama Protestan dengan frekuensi sebanyak 54 orang dengan persentase 56, 25 , dan yang paling sedikit yaitu
responden beragama Hindu yang tidak ada peneliti temui sehingga persentasenya 0 . Hal ini bukan merupakan hal yang peneliti tetapkan, namun berdasarkan
kegiatan yang peneliti lakukan terlihat bahwa hasilnya menunjukkan responden yang beragama Protestan paling banyak menjadi responden dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 Suku
No. Suku Frekuensi F
Persentase
1. Batak Toba
41 42, 70
2. Batak Karo
13 13, 54
3. Batak Mandailing
7 7, 29
4. Batak Tapanuli
1 1, 04
5. Batak Pak –pak
2 2, 08
6. Batak Simalungun
4 4, 16
7. Jawa
16 16, 66
8. Padang
4 4, 16
9. Aceh
10. Melayu 1
1, 04 11. Sunda
1 1, 04
12. Nias 4
4, 16 13. Tionghoa
2 2, 08
Total 96
100
Sumber: P.4FC.6
Data tabel di atas menunjukkan bahwa melalui penyebaran kuesioner di lapangan didapatkan bahwa suku bangsa yang paling banyak ditemui di lapangan
yaitu suku Batak Toba dengan frekuensi 41 orang dengan persentase 42, 70 . Hal ini tidak mengherankan mengingat Provinsi Sumatera Utara, meskipun
banyak didiami oleh individu yang berbeda suku bangsa terlihat bahwa suku Batak Toba khususnya memiliki jumlah yang cukup banyak tersebar karena
berasal dan banyak berkembang di Sumatera Utara. Sedangkan suku Aceh yang berasal dari provinsi Nanggroe Aceh Darusalam yang individunya banyak
terdapat di Sumatera Utara tidak ada peneliti temui sepanjang waktu penelitian peneliti.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Komunikasi Antarbudaya Tabel 7
Berbaur dengan Mahasiswa yang berbeda Budaya
No. Berbaur dengan teman
yang Berbeda Budaya Frekuensi F Persentase
1. Sangat sering
43 44, 79
2. Sering
48 50
3. Jarang
3 3, 12
4. Tidak Pernah
2 2, 08
Total 96
100
Sumber: P.5FC.7
Tabel di atas menunjukkan bagaimana mahasiswa FISIP USU berbaur dengan mahasiswa lain yang berbeda budaya dengan mereka. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa paling banyak mahasiswa sering berbaur dengan teman yang berbeda budaya yang ditunjukkan dengan frekuensi sebanyak 48 orang dengan
persentase 50 . Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa FISIP USU sudah sering berbaur dengan mahasiswa yang berbeda budaya dengan mereka
serta menunjukkan bahwa di FISIP USU keberagaman budaya bukan halangan untuk berteman, karena sangat kecil kemungkinannya mereka tidak berinteraksi
dengan teman yang berbeda budaya. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa kerukunan antarbudaya sudah tercipta di lingkungan FISIP USU karena
menunjukkan hanya 2 orang dengan persentase 2,08 yang mengaku tidak pernah berbaur dengan teman yang berbeda budaya. Ke-2 orang tersebut
menyatakan bahwa mereka tidak suka dan menghindari berbaur dengan teman yang berbeda budaya karena mereka merasa tidak nyaman dan menghindari
kesalahpahaman yang mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 Pemikiran Pertama Kali ketika Bertemu dengan Teman yang Berbeda
Budaya No.
Pemikiran Pertama Kali Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Baik
8 8, 33
2. Baik
84 87, 5
3. Kurang Baik
4 4, 16
4. Tidak Baik
Total 96
100
Sumber: P.6FC.8
Tabel 8 menggambarkan apa yang pertama kali mahasiswa pikirkan ketika bertemu dengan mahasiswa lain yang berbeda budaya dengan mereka, apakah
mereka berpikiran positif baik atau berpikiran negatif tidak baik. Sebanyak 84 orang dengan persentase 87, 5 mengatakan bahwa mereka berpikiran positif
baik ketika mereka bertemu pertama kali dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka. Hal ini disebabkan karena pemikiran mereka mengenai teman
yang berbeda budaya lebih terbuka dan umumnya memiliki teman dekat yang berbeda budaya dengannya. Selain itu, tidak ada mahasiswa yang berpikiran tidak
baik negatif ketika mereka pertama kali bertemu dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka. Hasil ini membuktikan bahwa tingkat etnosentris yang
dapat menghambat hubungan pertemanan di antara mahasiswa FISIP USU sudah cukup rendah dan mereka sudah terbuka dengan kebudayaan lain dan sudah lebih
saling menghargai.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9 Frekuensi Berkomunikasi dengan Teman yang Berbeda Budaya
No. Frekuensi
Berkomunikasi Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Sering
35 36, 45
2. Sering
53 55, 20
3. Jarang
8 8, 33
4. Tidak Pernah
Total 96
100
Sumber: P.7FC.9
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang mahasiswa dengan persentase 55, 20 sering berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya
dengan mereka. Meskipun mereka yang sangat sering berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya disebabkan karena mereka memiliki teman dekat dari
suku bangsa yang berbeda, hasil di atas menunjukkan bahwa meskipun dengan teman yang berbeda budaya yang tidak terlalu dekat responden telah menjalin
komunikasi yang baik. Sementara, tidak ada yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya. Hal ini
membuktikan bahwa keberagaman suku bangsa di FISIP USU memungkinkan mahasiswa yang berbeda budaya untuk bertemu dan berkomunikasi dalam setiap
kesempatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10 Banyak Orang yang Terlibat ketika Berkomunikasi
No. Banyak Orang
Frekuensi F Persentase
1. 2 orang
7 7, 29
2. 3 – 5 orang
59 61, 45
3. 6 orang
27 28, 12
4. Dll
3 3, 12
Total 96
100
Sumber: P.8FC.10
Berdasarkan tabel tersebut, mahasiswa yang berbeda budaya paling banyak berkomunikasi dalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang yang terlihat
dari frekuensinya sebesar 59 orang dengan persentase 61, 45 . Hal tersebut sejalan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa kelompok-
kelompok kecil di antara mahasiswa yang biasanya terbentuk lebih banyak yang terdiri dari 3-5 orang saja dan jarang dalam kelompok-kelompok yang berjumlah
besar. Sementara, ada 3 orang dengan persentase 3, 12 yang yang memilih dll di luar pilihan jawaban yang telah disediakan. Ketiga responden tersebut
menyatakan mereka biasanya berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dengan jumlah tidak tentu, terkadang 5 orang, lebih banyak atau lebih sedikit
menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang mudah bergaul dengan teman yang berbeda budaya dan tidak terikat dengan satu kelompok pertemanan saja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11 Informasi mengenai Perkuliahan
No. Informasi Perkuliahan
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Sering
42 43, 75
2. Sering
49 51, 04
3. Jarang
5 5, 20
4. Tidak Pernah
Total 96
100
Sumber: P.9FC.11
Tabel 11 menunjukkan informasi mengenai seberapa sering para mahasiswa membicarakan mengenai informasi seputar perkuliahan dengan teman
yang berbeda budaya dengan mereka. Sebanyak 49 orang mahasiswa dengan persentase 51, 04 menyatakan mereka sering membicarakan informasi seputar
perkuliahan. Semua yang menjadi responden tidak ada yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah membicarakan informasi seputar perkuliahan dengan teman
yang berbeda budaya dengan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mungkin mereka tidak pernah membicarakan informasi seputar perkuliahan dengan teman
yang berbeda budaya melihat begitu beragam suku bangsa yang ada di lingkungan FISIP USU tersebut, terlebih informasi seputar perkuliahan adalah alasan yang
paling mungkin bagi mereka untuk berkomunikasi satu dengan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 Informasi mengenai Teman Dekat
No. Informsi Teman Dekat
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Sering
25 26, 04
2. Sering
35 36, 45
3. Jarang
32 33, 33
4. Tidak Pernah
4 4, 16
Total 96
100
Sumber: P.10FC.12
Tabel 12 menunjukkan seberapa sering mahasiswa membicarakan informasi mengenai teman dekat mereka dengan teman yang berbeda budaya dengan
mereka. Sebanyak 35 orang dengan persentase 36, 45 menyatakan sering membicarakan informasi mengenai teman dekat dengan teman yang berbeda
budaya. Biasanya hal ini mungkin terjadi ketika hubungan yang terjalin di antara mereka sudah sangat dekat sehingga mereka merasa nyaman untuk saling berbagi
cerita. Namun, ada 4 orang mahasiswa dengan persentase 4, 16 menyatakan bahwa mereka tidak pernah membicarakan mengenai teman dekat dengan teman
yang berbeda budaya.
Tabel 13 Informasi mengenai Keluarga
No. Informasi Keluarga
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Sering
11 11, 45
2. Sering
31 32, 29
3. Jarang
40 41, 66
4. Tidak Pernah
14 14, 58
Total 96
100
Sumber: P.11FC.13
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 40 orang mahasiswa dengan persentase 41, 66 jarang membicarakan informasi seputar keluarga
dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka. Hal ini disebabkan karena cerita mengenai keluarga merupakan suatu hal yang cukup sensitif dan tidak dapat
dibagi begitu saja kepada semua orang, kecuali orang yang dapat dipercaya. Sebanyak 11 orang mahasiswa dengan persentase 11, 45 menyatakan sangat
sering membicarakan informasi seputar keluarga dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka. Hal ini dikarenakan mereka memiliki hubungan yang
dekat dengan temannya tersebut sehingga dia merasa nyaman untuk bercerita.
Tabel 14 Informasi mengenai Lain-lain
No. Informasi Lain - Lain
Frekuensi F Presentase
1. Sangat Sering
2 2, 08
2. Sering
7 7, 29
3. Jarang
2 2, 08
4. Tidak Pernah
85 88. 54
Total 96
100
Sumber: P.12FC.14
Tabel 14 menunjukkan seberapa sering mahasiswa membicarakan informasi mengenai hal lain di luar informasi perkuliahan, teman dekat dan
keluarga dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka. Tabel tersebut menunjukkan sebanyak 85 orang mahasiswa dengan persentase 88, 54
menyatakan tidak pernah membicarakan informasi lain dengan teman yang berbeda budaya. Jadi, informasi mengenai perkuliahan, teman dekat dan keluarga
merupakan informasi yang paling umum dan paling sering dibagikan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa berbeda budaya lainnya di lingkungan kampus
FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 Kesalahpahaman dalam Berkomunikasi
No. Kesalahpahaman Berkomunikasi
Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Sering
4 4, 16
2. Sering
10 10, 41
3. Jarang
61 63, 54
4. Tidak Pernah
21 21, 87
Total 96
100
Sumber: P.13FC.15
Tabel di atas menunjukkan bagaimana persentase kesalahpahaman yang mereka alami ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dengan
mereka. Sebanyak 61 orang dengan persentase 63, 54 menyatakan jarang menemui kesalahpahaman ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda
budaya dan hanya 4 orang dengam persentase 4, 16 menyatakan sangat sering menemui kesalahpahaman ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda
budaya. Hal ini menunjukkan bahwa sudah tercapai kesepahaman dalam komunikasi antarbudaya mahasiswa FISIP USU. Kebanyakan mahasiswa yang
pernah menemui kesalahpahaman ketika berkomunikasi disebabkan oleh budaya yang berbeda, misalnya bahasa yang berbeda di mana mahasiswa satu dengan
mahasiswa lainnya yang berbeda budaya mengartikan suatu kata dengan makna yang berbeda bisa baik ataupun buruk. Tekanan suara juga menjadi salah satu
faktor yang paling sering menimbulkan kesalahpahaman di mana bagi sebagian suku bangsa berbicara keras itu sudah menjadi ciri khas, namun bagi suku bangsa
lain hal tersebut terlihat seperti nada marah dan tidak suka. Selain itu, logat berbicara juga dapat menjadi salah satu sumber kesalahpahaman di mana dengan
logat yang berbeda terkadang membuat sulit bagi mahasiswa untuk memahami apa yang dikatakan oleh temannya. Yang terakhir, cara pandang yang berbeda dari
seseorang dengan latarbelakang suatu budaya dengan orang dengan latarbelakang budaya lainnya sering menyebabkan kesalahpahaman ketika berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 Tempat Berkomunikasi
No. Tempat Berkomunikasi
Frekuensi F Persentase
1. Ruang Kuliah
45 46, 87
2. Taman Kampus
16 16, 66
3. Kantin
16 16, 66
4. Dll
19 19, 79
Total
96 100
Sumber: P.14FC.16
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dilakukan di ruang
perkuliahan, ditunjukkan dengan 45 orang yang memilih di tempat tersebut dengan persentase 46, 87 disebabkan ruang kuliah merupakan tempat yang
paling memungkinkan mahasiswa berinteraksi dan merupakan tempat yang paling sering dan paling lama mahasiswa habiskan bersama teman-temannya. Selain itu,
sebanyak 19 orang dengan persentase 19, 79 memilih di tempat lain di luar pilihan yang telah diberikan sebagai tempat berkomunikasi dengan teman yang
berbeda budaya. Mahasiswa yang memilih tempat lain selain pilihan tempat yang telah ditunjukan memilih tempat kos sebagi tempat yang paling sering mereka
gunakan untuk berkomunikasi, selain itu ada café dan tempat lain di luar kampus menjadi tempat yang sering juga mereka gunakan sebagai tempat berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17 Perasaan ketika Berkomunikasi
No. Perasaan ketika
Berkomunikasi Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Nyaman
3 3, 12
2. Nyaman
86 89, 58
3. Kurang Nyaman
7 7, 29
4. Tidak Nyaman
Total 96
100
Sumber: P.15FC.17
Berdasarkan tabel 17 di atas, ditunjukkan bahwa sebanyak 86 orang mahasiswa dengan persentase 89, 58 merasa nyaman ketika berkomunikasi
dengan teman yang berbeda budaya. Hal ini dikarenakan para mahasiswa sudah mulai terbuka dan tidak menganggap perbedaan budaya menjadi suatu hal yang
dapat menghambat komunikasi. Sehingga, tidak ada yang menyatakan bahwa mereka tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya
dengan mereka, menunjukkan bahwa hubungan antarbudaya yang terjalin sudah cukup baik.
Tabel 18 Penggunaan Bahasa Daerah
No. Penggunaan Bahasa
Daerah Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Sering
1 1, 04
2. Sering
20 20, 83
3. Jarang
42 43, 75
4. Tidak Pernah
33 34, 37
Total 96
100
Sumber: P.16FC.18
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel tersebut, dapat kita ketahui bahwa 42 orang mahasiswa dengan persentase 43, 75 menyatakan jarang menggunakan bahasa daerah
ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dengan mereka dan hanya seorang mahasiswa yang menyatakan sangat sering menggunakan bahasa
daerahnya ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya menunjukkan betapa dekat hubungannya dengan temannya tersebut. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa para mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan teman lainnya dan sangat jarang
menggunakan bahasa daerah. Biasanya mereka hanya menggunakan bahasa daerah kepada teman yang dapat memahami apa arti yang diucapkannya dan
kepada teman yang sudah dekat dengan mereka. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi tingkat kesalahpahaman ketika berkomunikasi.
4.2.3 Hubungan Harmonis
Tabel 19 Keterbukaan
No. Keterbukaan
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Terbuka
10 10, 41
2. Terbuka
63 65, 62
3. Kurang Terbuka
22 22, 91
4. Tidak Terbuka
1 1, 04
Total 96
100
Sumber: P.17FC.19
Tabel 19 di atas menunjukkan seberapa terbuka mahasiswa ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dengannya. Sebanyak 63
orang mahasiswa dengan persentase 65, 62 menyatakan mereka terbuka ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dan hanya 1 orang dengan
persentase 1, 04 menyatakan bahwa dia tidak terbuka ketika berkomunikasi
Universitas Sumatera Utara
dengan teman yang berbeda budaya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa sudah terbuka ketika bertemu dengan teman yang berbeda budaya
sehingga tidak terlihat sikap etnosentris yang mampu menghambat proses komunikasi.
Tabel 20 Kejujuran ketika Berkomunikasi
No. Kejujuran ketika
Berkomunikasi Frekuensi
F Persentase
1. Sangat Jujur
7 7, 29
2. Jujur
77 80, 20
3. Kurang Jujur
12 12, 5
4. Tidak Jujur
Total 96
100
Sumber: P.18FC.20
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa sebanyak 77 orang mahasiswa dengan persentase 80, 20 menyatakan mereka jujur ketika berkomunikasi
dengan teman yang berbeda budaya. Sementara dari semua responden, tidak ada yang menyatakan bahwa mereka tidak jujur ketika berkomunikasi dengan teman
yang berbeda budaya. Berkaitan dengan jawaban pada tabel sebelumnya, dapat dilihat bahwa ketika mahasiswa sudah bisa terbuka ketika berkomunikasi, maka
kemungkinan untuk berkata jujur juga akan semakin besar. Daripada berkata bohong atas suatu hal, mereka lebih baik tidak membuka semua informasi tentang
dirinya kepada teman yang berbeda budaya. Dapat disimpulkan bahwa keterbukaan berkaitan erat dengan tingkat kejujuran seseorang akan suatu hal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21 Tingkat Kepahaman Informasi
No. Tingkat Kepahaman Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Paham
10 10, 41
2. Paham
75 78, 12
3. Kurang Paham
11 11, 45
4. Tidak Paham
Total 96
100
Sumber: P.19FC.21
Pada tabel 21 di atas, jelas terlihat bagaimana tingkat kepahaman responden terhadap informasi yang disampaikan oleh temannya yang berbeda
budaya. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 75 orang mahasiswa dengan persentase 78, 12 menyatakan bahwa mereka paham akan informasi
yang disampaikan oleh temannya yang berbeda budaya dan tidak ada mahasiswa yang menyatakan bahwa mereka tidak paham akan informasi yang mereka
bicarakan dengan teman yang berbeda budaya. Hal tersebut berkaitan dengan jawaban dari tabel 18 di mana jarang mahasiswa yang menggunakan bahasa
daerah ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya. Ketika bahasa yang mereka gunakan sama, maka kecil kemungkinan munculnya salah paham
karena pengaruh bahasa sehingga tidak sulit untuk mencapai kesepahaman ketika berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22 Tingkat Empati
No. Tingkat Empati
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Mampu
5 5, 20
2. Mampu
80 83, 33
3. Kurang Mampu
11 11, 45
4. Tidak Mampu
Total 96
100
Sumber: P.20FC.22
Tabel tersebut menjelaskan bagaimana tingkat sikap empati para mahasiswa terhadap teman yang berbeda budaya dengannya. Sikap empati di sini
merujuk pada seberapa besar para mahasiswa mampu mengerti dan memahami permasalahan yang dihadapi oleh teman yang berbeda budaya dengannya.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 80 orang mahasiswa dengan persentase 83, 33 menyatakan bahwa mereka mampu untuk memahami permasalahan
yang dihadapi temannya yang berbeda budaya dan tidak ada mahasiswa yang menyatakan bahwa mereka tidak mampu memahami masalah yang dihadapi oleh
teman yang berbeda budaya. Ketika mahasiswa mampu untuk terbuka dan jujur kepada teman yang berbeda budaya, kemungkinan untuk menjadi dekat akan
semakin besar sehingga tidak sulit untuk memunculkan perasaan empati kepada teman yang berbeda budaya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23 Tingkat Toleransi
No. Tingkat Toleransi
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Sering
16 16, 66
2. Sering
71 73, 95
3. Jarang
9 9, 37
4. Tidak Pernah
Total 96
100
Sumber: P.21FC.23
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat toleransi mahasiswa terhadap teman yang berbeda budaya cukup tinggi. Hal ini terlihat
dimana sebanyak 71 orang mahasiswa dengan persentase 73, 95 menyatakan bahwa mereka sering menunjukkan rasa toleransi mereka terhadap teman yang
berbeda budaya dan tidak ada yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah menunjukkan rasa toleransi mereka kepada teman yang berbeda budaya. Bentuk
toleransi yang sering ditunjukkan oleh para mahasiswa terhadap teman yang berbeda budaya yaitu menghargai caralogat mereka ketika berbicara yang masih
mencirikan suku bangsa mereka dan tidak mengejeknya, tidak menjelek-jelekkan adat, tradisi dan kebiasaan suatu suku bangsa tertentu, tidak menggunakan bahasa
daerah ketika berkomunikas dengan teman yang berbeda budaya, dan yang paling penting yaitu saling menghormati budaya masing-masing. Selain itu, tidak sulit
menanamkan rasa toleransi bagi para mahasiswa karena bangsa kita merupakan bangsa yang multikultural, sehingga sejak kecil kita sudah diajari untuk
menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang-orang di sekitar kita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24 Prasangka ketika Berkomunikasi
No. Prasangka ketika Berkomunikasi
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Baik
8 8, 33
2. Baik
83 86, 45
3. Kurang Baik
5 5, 20
4. Tidak Baik
Total 96
100
Sumber: P.22FC.24
Tabel 24 di atas, menunjukkan bagaimana prasangka mahasiswa ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya. Apakah mereka berprasangka
positif ketika berkomunikasi atau selalu beranggapanberprasangka buruk setiap berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya. Berdasarkan tabel tersebut
diketahui bahwa 83 orang mahasiswa dengan persentase 86, 45 menyatakan bahwa mereka berprasangka baik ketika berkomunikasi dengan teman yang
berbeda budaya dengan mereka dan tidak ada mahasiswa yang menyatakan bahwa mereka tidak berprasangka baik ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda
budaya. Prasangka positif mereka tunjukkan karena mereka merasa tidak baik untuk berburuk sangka kepada orang lain sebelum kita mengetahui sifatnya secara
lebih dalam. Prasangka positif baik yang dirasakan mahasiswa ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya akan membuat komunikasi
dapat berjalan dengan baik sehingga mereka dapat menjalin hubungan pertemanan yang lebih baik pula.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 25 Suasana ketika Berkomunikasi
No. Suasana ketika
Berkomunikasi Frekuensi F
Persentase
1. Sangat Baik
17 17, 70
2. Baik
75 78, 12
3. Kurang Baik
4 4, 16
4. Tidak Baik
Total 96
100
Sumber: P.23FC.25
Tabel di atas menunjukkan bagaimana suasana ketika mahasiswa berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya, apakah suasana yang tercipta
baik ataukah suasannya buruk tidak baik. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 75 orang dengan persentase 78, 12 menyatakan suasana yang tercipta
baik ketika mereka berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya dan tidak ada mahsiswa yang menyatakan bahwa suasananya tidak baik ketika mereka
berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya.
Tabel 26 Kedudukan ketika Berkomunikasi
No. Kedudukan ketika
Berkomunikasi Frekuensi
F Persentase
1. Sangat Seimbang
2 2, 08
2. Seimbang
78 81, 25
3. Kurang Seimbang
15 15, 62
4. Tidak Seimbang
1 1, 04
Total 96
100
Sumber: P.24FC.26
Universitas Sumatera Utara
Tabel tersebut menjelaskan bagaimana kedudukan mahasiswa ketika mereka berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya, apakah ada dominasi
dari satu pihak yang menyebabkan kedudukan mereka tidak seimbang baik dalam memberi maupun menerima informasi. Hasilnya, sebanyak 78 orang dengan
persentase 81, 25 menyatakan bahwa ketika mereka berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya kedudukan mereka seimbang. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi 2 arah yang terjadi di antara komunikan dan komunikator sudah berjalan dengan baik tanpa dominasi dari salah satu pihak saja. Sementara
ada 1 orang mahasiswa dengan persentase 1, 04 menyatakan bahwa kedudukannya tidak seimbang ketika dia berkomunikasi dengan teman yang
berbeda budaya. Hal tersebut dirasakannya karena teman yang diajaknya berkomunikasi terlalu mendominasi pembicaraan sementara ia merupakan pribadi
yang tidak terlalu banyak bicara.
Tabel 27 Kesepahaman dalam Berkomunikasi
No. Kesepahaman dlm
Berkomunikasi Frekuensi
F Persentase
1. Sangat Tercapai
1 1, 04
2. Tercapai
77 80, 20
3. Kurang Tercapai
17 17, 70
4. Tidak Tercapai
1 1, 04
Total 96
100
Sumber: P.25FC.27
Kesepahaman atau satu pemahaman akan suatu informasi yang dibagikan oleh komunikator kepada komunikan sangat penting demi tercapainya tujuan
komunikasi itu sendiri. Jika tujuan komunikasi tidak tercapai, maka komunikasi tersebut dapat dikatakan gagal atau tidak berjalan sesuai dengan rencana. Tabel 27
di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 77 orang mahasiswa dengan persentase 80, 20 menyatakan bahwa kesepahaman tercapai ketika dia berkomunikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
teman yang berbeda budaya sementara 1 orang lainnya mengatakan bahwa tidak tercapai kesepahaman ketika ia berkomunikasi dengan teman yang berbeda
budaya. Hal ini disebabkan karena seseorang tersebut sering mengalami kesalahpahaman ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya
disebabkan tekanan suara yang berbeda serta logat yang berbeda dengannya sehingga terjadi kesalahpahaman.
Tabel 28 Kesempatan dalam Berkomunikasi
No. Kesempatan dalam Berkomunikasi
Frekuensi F Persentase
1. Sangat Sama
6 6, 25
2. Sama
82 85, 41
3. Kurang Sama
8 8, 33
4. Tidak Sama
Total
96 100
Sumber: P.26FC.28
Kesempatan yang sama dalam berkomunikasi, dapat membuat efektivitas komunikasi tetap terjaga. Jika kesempatan berkomunikasi hanya didominasi oleh
sebelah pihak dalam memberi dan menerima informasi maka komunikasi menjadi tidak seimbang. Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa kesempatan dalam memberi
dan menerima informasi di kalangan mahasiswa FISIP USU sudah cukup baik, terlihat dari 82 orang dengan persentase 85,41 menyatakan bahwa mereka
memiliki kesempatan yang sama dalam memberi informasi dan menerima informasi ketika berkomunikasi dengan teman yang berbeda budaya. Tidak ada
yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama dalam memberi dan menerima informasi ketika berkomunikasi dengan teman yang
berbeda budaya. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin sudah baik karena sudah terjadi komunikasi 2 arah yang memungkinkan komunikan dan
komunikator memberi dan menerima informasi secara seimbang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29 Hubungan Antarbudaya di FISIP USU
No. Hubungan Antarbudaya di
FISIP USU Frekuensi
F Persentase
1. Sangat Baik
23 23, 95
2. Baik
67 69, 79
3. Kurang Baik
6 6, 25
4. Tidak Baik
Total 96
100
Sumber: P.27FC.29
Tabel 29 menunjukkan bagaimana hubungan antarbudaya yang terjalin
di lingkungan
FISIP USU berdasarkan apa yang dilihat dan dialami mahasiswa sendiri selama belajar di kampus FISIP USU, dan bagaimana keharmonisan yang
terlihat di lingkungan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa 67 orang mahasiswa dengan persentase 69, 79 menyatakan bahwa mereka merasa sudah baik dalam
menjalin hubungan antarbudaya dengan teman di lingkungan kampus FISIP USU. Sementara itu, tidak ada mahasiswa yang menyatakan bahwa hubungan
antarbudaya di lingkungan kampus FISIP USU belum berjalan dengan baik. Namun, sebanyak 6 orang dengan persentase 6, 25 menyatakan bahwa mereka
merasa kurang baik dalam menjalin hubungan antarbudaya di lingkungan FISIP USU. Hal ini disebabkan karena mereka masih sering mengalami kesalahpahaman
yang mengganggu lancarnya proses komunikasi dan memiliki pengalaman di mana mereka menjadi canggung dengan teman yang berbeda budaya setelah
terjadi kesalahpahaman.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Tabel Silang Tabel 30