Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur pada lampiran, tampak bahwa total  pengaruh  variabel  lingkungan  kerja  X
1
terhadap  kinerja  karyawan  Y adalah  sebesar  8,7  dengan  rincian  pengaruh  langsung  sebesar  6,3  dan
pengaruh tidak langsung sebesar 2,4. Total pengaruh variabel kompensasi X
2
terhadap  kinerja  karyawan  Y  sebesar  9,6  dengan  rincian  pengaruh  langsung sebesar 7,0 dan pengaruh tidak langsung sebesar 2,6. Total pengaruh variabel
program pengembangan X
3
terhadap kinerja karyawan Y sebesar 8,7 dengan rincian  pengaruh  langsung  sebesar  6,9  dan  pengaruh  tidak  langsung  sebesar
1,8. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja, kompensasi dan program pengembangan mempengaruhi kinerja karyawan melalui motivasi kerja.
Berdasarkan  pada  perhitungan  di  atas,  variabel  independent  yang mempunyai  pengaruh  paling  kuat  terhadap  variabel  motivasi  kerja  Z  adalah
variabel  lingkungan  kerja  X
1
yaitu  sebesar  14,5.  Sedangkan  variabel  yang mempunyai  pengaruh paling kuat  terhadap variabel  kinerja karyawan  Y adalah
variabel  intervening  motivasi  kerja  Z  yaitu  sebesar  8,8.  Dan  variabel independent  yang  mempunyai  pengaruh  paling  kuat  terhadap  variabel  kinerja
karyawan  Y  melalui  variabel  intervening  motivasi  kerja  Z  adalah  variabel kompensasi X
2
yaitu sebesar 2,6.
4.3.5 Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model empiris yang tepat maka koefisien regresi harus memenuhi  syarat  Best  Linear  Unbiased  Estimation  BLUE.  Untuk  memperoleh
hasil  koefisien  yang  BLUE  harus  memenuhi  asumsi  klasik  yaitu  tidak  ada multikolinearitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
a.  Uji Multikolinearitas Multikolinearitas  berarti  terjadi  interkorelasi  antar  variabel  bebas  yang
menunjukkan  adanya  lebih  dari  satu  hubungan  linier  yang  signifikan.  Apabila koefisien korelasi variabel yang bersangkutan nilainya terletak di luar batas-batas
penerimaan  critical  value  maka  koefisien  korelasi  bermakna  dan  terjadi multikolinearitas.  Apabila  koefisien  korelasi  terletak  di  dalam  batas-batas
penerimaan  maka  koefisien  korelasinya  tidak  bermakna  dan  tidak  terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.15 Collinearity Statistic
Pengujian Variabel
VIF Keterangan
Z X
1
X
2
X
3
2,190 2,392
1,419 VIF   5
Tidak ada multikolinearitas
Y X
1
X
2
X
3
Z 2,656
2,746 1,632
3,216 VIF   5
Tidak ada multikolinearitas Sumber : Lampiran 6
Berdasarkan  hasil  analisis  Collinearity  Statistic  diketahui  bahwa  dalam model tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 6 dimana
nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 5.
b.  Uji Heteroskedastisitas Pengujian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  apakah  dalam  sebuah  model
regresi  terjadi  ketidaksamaan  varian  dari  satu  pengamatan  ke  pengamatan  yang lain.  Prosedur  dilakukan  adalah  mendeteksi  dengan  melihat  ada  tidaknya  pola
tertentu pada scatter plot pada lampiran 7, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual Y prediksi
– Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1 Jika  ada  pola  tertentu,  seperti  titik-titik  points  yang  ada  membentuk suatu  pola  tertentu  yang  teratur  bergelombang,  melebar,  kemudian
menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2 Jika  tidak  ada  pola  yang  jelas  serta  titik-titik  menyebar  diatas  dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sumber : Lampiran 7 Gambar 4.3 : Scatterplot untuk Pengujian terhadap Z
Sumber : Lampiran 7 Gambar 4.4 : Scatterplot untuk Pengujian terhadap Y
Hasil  analisis  dari  grafik  scatterplot  pada  gambar  4.3  dan  4.4  terlihat  titik- titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta
tersebar  baik  di  atas  maupun  di  bawah  angka  0  pada  sumbu  Y.  Hal  ini  berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4.4 Pembahasan