Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

3. Untuk mengetahui pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam..

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan manfaat yang diharapkan adalah : 1. Kegunaan Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya perkembangan hukum jaminan. 2. Kegunaan Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan bagi pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat dalam memahami mengenai hukum jaminan, khususnya jaminan fidusia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian pada kepustakaan, khususnya di lingkungan perpustakaan Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah : “AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS TANAH OTORITA BATAM”. Dari penelusuran kepustakaan tersebut diatas, maka dengan demikian penelitian ini adalah asli, serta dapat di pertanggung jawabkan keasliannya. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum pun mengalami perkembangan. Bahkan hukum selalu tertatih-tatih mengikuti perkembangan masyarakat. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori 7 . Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi. Penelitian ini berusaha memahami jaminan fidusia secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang di tentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum jaminan. Kerangka teori yang di maksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, dan pandangan dari para peneliti ilmu hukum di bidang hukum jaminan pada umumnya dan hukum jaminan fidusia pada khususnya serta hukum kebendaan lainnya, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian penelitian ini. Teori yang di gunakan adalah bahwa perubahan masyarakat harus diikuti oleh perubahan hukum. Hal ini mengingat bahwa hukum berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Perubahan masyarakat di bidang hukum 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Universitas Indonesia-Press, Jakarta, 1982, hal. 6. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 jaminan harus berjalan dengan teratur dan diikuti dengan pembentukan norma-norma sehingga dapat berlangsung secara harmonis. Perubahan hukum jaminan fidusia tertjadi secara sistematik melalui kebiasaan, yurisprudensi dan kemudian dikukuhkan dalam undang-undang tersendiri. 8 Dalam penelitian ini, teori fidusia yang menjadi pedoman adalah perjanjian pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikan atas benda yang dialihkan itu tetap berada dalam penguasaan si pemilik benda 9 . Dengan adanya perjanjian jaminan fidusia maka hak jaminan tersebut memiliki sifat accessor dan berkarakter sebagai hak kebendaan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis. 1. Perjanjian Kredit Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak dijelaskan tentang pengertian perjanjian kredit, tetapi diatur tentang pengertian kredit 10 sebagai berikut : ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam 8 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Alumni, Medan 2004. hal 17. 9 Tan Kamelo, Op.cit., hal., 18. 10 Pasal 1 angka 11, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara bank dengan debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur. Pemberian kredit sangat beresiko tinggi karena begitu kredit sudah berada di tangan kreditur, pihak bank tidak dapat mendeteksi lebih jauh terhadap uang tersebut, sehingga mungkin saja terjadi sesuatu yang tidak di inginkan di kemudian hari, karenanya dalam menyalurkan dana tersebut bank harus melaksanakan azas-azas perkreditan yang sehat dan azas-azas kehati-hatian serta perlu penilaian yang seksama dari berbagai faktor dalam setiap pertimbangan permohonan kredit, dengan maksud agar sejak awal telah ada upaya pencegahan dan pengurangan resiko itu. Dalam praktek perbankan ketentuan dan isi serta penentuan klausula-klausula perjanjian kredit biasanya dibuat berdasarkan suatu persetujuan. Menurut Undang- Undang Hukum Perdata 11 suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Di antara para pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dengan calon debitur saja yang biasanya bentuk, jenis, isi, persyaratan klausula serta kriteria dalam penentuan kategori ingkar janji, dapat dikatakan bahwa tidak ada keseragaman dalam perjanjian kredit bagi semua bank. Bank harus menutup celah yang memungkinkan si debitur maupun pihak- pihak yang berkepentingan untuk menghindar dari kewajiban dan tanggung jawabnya 11 Pasal 1313, Buku Ketiga, Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 terhadap bank atas kredit yang diterima. Masalah yang di perhatikan bukan saja kebenaran haknilai jaminan itu sendiri, tetapi juga apakah jaminan tersebut betul betul bebas dari ikatan kepada pihak lain dalam bentuk apapun sehingga apabila terjadi kegagalan atas kredit tersebut bank semata-mata hanya berhadapan dengan debitur. Pengikatan harus dilakukan dengan tingkat kepastian yang tinggi, sehingga pelaksanaan penyelesaian secara hukum tanpa cacat sedikitpun. Jaminan diminta oleh bank karena memperhitungkan kemungkinan kegagalan kredit karena faktor diluar dugaan dan jaminan itu sendiri gunanya adalah untuk menghindarkan kerugian bagi bank atas kemungkinan kegagalan-kegagalan tersebut. Oleh karena jaminan merupakan benteng terakhir bagi keselamatan kredit, maka atas semua barang-barang yang diajukan sebagai jaminan harus diteliti secara cermat baik segi yuridis maupun fisik sehingga terjaminnya kegiatan hukum pengikatan dan nilai taksiran yang tepat dan cukup hasil penjualannya untuk melunasi jumlah kewajibannya apabila penerima fasilitas tersebut cidera janji, tidak menyelesaikan kewajibannya pada batas waktu yang ditentukan. 2. Dalam Perjanjian Jaminan a. Agunan Jaminan Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, maka meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, di mana sebagian besar dana yang diperlukan tersebut di peroleh melalui fasilitas kredit yang mensyaratkan adanya jaminan demi keaamanan dan kepastian hukum bagi pemberi kredit. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 Pengaturan umum tentang jaminan ini ada didalam ketentuan KUHP Perdata 12 , di mana ditentukan bahwa : “Segala kebendaaan pihak yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan” Jadi hak – hak tagihan seorang kreditur di jamin dengan : a. Semua barang – barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat hutang dibuat, semua barang yang akan ada, disini berarti barang – barang yang pada waktu pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi dikemudian hari menjadi miliknya. dengan perkataan lain hak kreditur meliputi barang – barang yang akan menjadi milik debitur, asal di kemudian hari benar – benar menjadi milik debitur. b. Baik barang bergerak maupun tak bergerak Ini menunjukkan bahwa piutang kreditur menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali 13 . Dari Pasal 1131 KUHP Perdata, dapat disimpulkan asas – asas hubungan ekstern kreditur sebagai berikut : 12 Pasal 1131, Buku Ketiga, Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. 13 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 4. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 a. Seorang kreditur boleh mengambil pelunasan dari setiap bagian dari setiap bagian dari harta kekayaan debitur. b. Setiap bagian kekayaan debitur dapat dijual guna pelunasan tagihan kreditur. c. Hak tagihan kreditur hanya di jamin dengan harta benda debitur saja, tidak dengan “person debitur”. Jaminan seperti diatas diberikan kepada setiap kreditur dan karenanya disebut jaminan umum. Setiap kreditur menikmati hak jaminan umum seperti itu. Menurut J. Satrio 14 bahwa dalam jaminan umum tersimpul adanya persamaan hak, persamaan kedudukan para kreditur terhadap seorang debitur, tidak ada yang di istimewakan, sekalipun di antara mereka mungkin ada yang mempunyai tagihan lebih tua – lebih dahulu adanya – daripada yang lain. Kongkritnya seorang kreditur pada asasnya tak berhak menuntut pelunasan lebih dahulu tagihannya atas dasar bahwa tagihannya ada lebih dahulu dari yang lain. kedudukan kreditur tidak ditentukan oleh umur tagihan, semua kreditur dalam pemenuhan tagihannya mempunyai kedudukan yang sama. Umur atau lahirnya hak tagihan lebih dahulu, pada asasnya tidak memberikan suatu kedudukan yang lebih baik kepada kreditur yang bersangkutan. Kalimat terakhir Pasal 1132 di atas menunjukkan, bahwa atas asas persamaan antara kreditur bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan atas dasar adanya hak-hak yang di dahulukan, yaitu dalam hal seorang kreditur mempunyai hak-hak jaminan 14 Ibid, hal. 6. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 khusus, berupa hak yang memberikan kepada kreditur kedudukan yang lebih baik di bandingkan kreditur lain dalam pelunasan hutangnya, sehingga kreditur pemegang jaminan khusus ini relatif lebih terjamin dalam pemenuhan tagihannya. Pada pokoknya terdapat 2 dua asas pemberian jaminan bila ditinjau dari sifatnya yaitu : a. Jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada setiap kreditur, hak-hak tagihan mana tidak mempunyai hak saling mendahului konkruen antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya. b. Jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur secara khusus, hak – hak tagihan mana mempunyai hak mendahului sehingga kreditur pemegang jaminan khusus berkedudukan sebagai kreditur privilege hak preferent. 15 Faktor jaminan atau agunan dalam dunia perbankan merupakan jaminan yang berfungsi untuk mengambil pelunasan dari agunan tersebut. Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur atas suatu pemberian kredit, tidak lain adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi resiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit tersebut. 15 R.Setiawan, R, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A. Bardin, Bandung. 1999, hal.23. Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 b. Jenis – Jenis Jaminan Pada dasarnya jenis jaminan menjadi 2 dua yaitu terdiri dari jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Pada jaminan perorangan terdapat pihak tertentu yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi apabila debitru cidera janji. Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Jaminan perorangan ini pada dasarnya adalah penanggungan hutang yang diatur dalam Pasal 1820 – 1850 KUHP Perdata, yang biasa disebut juga dengan borgtocht atau personal guarantee hukum dengan menjadi penjamin suatu hutang debitur tertentu yang dikenal dengan nama penanggungan hutang perusahaan atau corporate guarantee. Pada jaminan yang bersifat kebendaan terdapat benda tertentu yang di jadikan sebagai jaminan. Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang dapat di jadikan jaminan, hanya saja kebendaan yang di jaminkan tersebut haruslah merupakan milik dari pihak yang memberikan jaminan kebendaan tersebut. Jaminan kebendaan ini menurut sifatnya dibagi menjadi 2 dua yaitu jaminan dengan benda berwujud berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak dan jaminan dengan benda tidak berwujud dapat berupa hak tagihpiutang. Pemegang hak jaminan kebendaan adalah para debitur yang memegang hak jaminan atas hak tanggungan, hipotek, gadai dan fidusia, mereka ini berkedudukan sebagai kreditur yang didahulukan preferent. Atau dengan kata lain mereka Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam, 2009 USU Repository © 2008 bukanlah kreditur yang mempunyai kedudukan yang sama, melainkan kreditur yang di dahulukan. c. Tinjauan Tentang Jaminan Fidusia

1. Pengertian Fidusia