Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan 1. Pengertian

2.1.2. Gaya Kepemimpinan

Menurut Rivai 2004, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika sedang mempengaruhi bawahannya. Hersey dan Blanchard 1994, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku yang dilakukan oleh pimpinan pada saat berupaya mempengaruhi aktivitas orang lain untuk mencapai tujuan. Selain itu juga menyatakan Bahwa tidak ada cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang-orang, gaya kepemimpinan yang harus diterapkan bergantung pada tingkat kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi. Ada empat gaya kepemimpinan berkaitan dengan kesiapan bawahan dalam melaksanakan tugas yaitu: a. Gaya kepemimpinan direktif, ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi peranan bawahan, apa, bagaimana, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu tugas dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin. b. Gaya kepemimpinan konsultatif, masih memberikan direktif yang cukup besar serta menetapkan keputusan-keputusan. Bedanya dengan tipe direktif, pada tipe konsultatif mempergunakan konsultasi dua arah dan memberikan support terhadap bawahan. Pemimpin mau mendengarkan keluhan dan perasaan bawahan mengenai keputusan yang diambil. Sementara bantuan terhadap bawahan ditingkatkan, pelaksanaan tetap ada pada pimpinan. c. Gaya kepemimpinan partisipatif, kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpinan dan bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin meningkat. Pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan makin bertambah, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang luas untuk menyelesaikan tugas. d. Gaya kepemimpinan delegatif, pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan. Selanjutnya hak bawahan untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri, sebab mereka dianggap telah memiliki kecakapan dan dipercaya untuk memikul tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengelola dirinya sendiri. Menurut House dalam Thoha, 2006 dengan teori path-goal berusaha menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi, kepuasan dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Teori House memasukkan empat gaya kepemimpinan yaitu : a. Gaya kepemimpinan direktif, gaya ini sama dengan gaya kepemimpinan otokratif dari Lippit dan White. Bawahan tahu apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak ada partisipasi bawahan. b. Gaya kepemimpinan yang mendukung supportive leadership kepemimpinan ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya. c. Gaya kepemimpinan partisipasif, pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya. d. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, kepemimpinan yang menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berpartisipasi, mencari perbaikan kinerja, menekankan kinerja yang luar biasa, dan memperlihatkan keyakinan bahwa bawahan akan mencapai standar yang tinggi. Diantara beberapa program penelitian yang luas mengenai kepemimpinan yang berkembang setelah perang dunia II, salah satu yang paling penting adalah penelitian yang dilakukan oleh Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio State University dalam Robbin, 2006. Penelitian menghasilkan suatu teori yang dinamakan teori kepemimpinan dua faktor yang disebut initiating structure dan consideration. Initiating structure memprakarsai struktur menyangkut perilaku pemimpin untuk mengorganisasi dan menentukan hubungan dalam kelompok, menetapkan pola dan saluran komunikasi yang jelas dan menguraikan secara terinci cara menyelesaikan tugas. Jadi struktur ini mencakup perilaku yang berupaya mengorganisasi kerja, hubungan kerja dan tujuan. Sedangkan consideration pertimbangan menyangkut perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling mempercayai, rasa hormat, kehangatan, dan hubungan antara pemimpin dan pengikut. Gaya kepemimpinan yang menekankan pada initiating structure merupakan task oriented berorientasi tugas. Sedangkan gaya kepemimpinan yang menekankan pada consideration adalah employee oriented berorientasi karyawan. Kedua dimensi perilaku gaya kepemimpinan di atas dapat diukur dari pimpinan sendiri dan dari orang lain bawahan, atasan atau rekan sejawat. Instrumen yang mengukur gaya kepemimpinan berdasarkan persepsi pimpinan sendiri dinamakan LOQ Leader Opini Questionnaire, yang menilai bagaimana pikiran pimpinan mengenai perilaku mereka sendiri dalam menjalankan peranan kepemimpinan. Instrumen yang mengukur gaya kepemimpinan berdasarkan persepsi bawahan, atasan atau rekan sejawat dinamakan LBDQ Leader Behavior Description Questionnaire. LBDQ adalah sebuah instrument yang dirancang untuk menggambarkan bagai mana cara pemimpin melaksanakan aktivasi mereka. LBDQ berisi lima belas hal yang berkenaan dengan orientasi konsiderasi dan jumlah yang sama bagi orientasi struktur inisiatif. Para responden menentukan frekuensi perilaku yang diperlihatkan pemimpin dalam masing-masing orientasi dengan memberi tanda pada satu dari lima uraian, dalam kaitannya dengan masing-masing butir pertanyaan. Dengan demikian orientasi konsiderasi dan struktur inisiatif adalah dimensi-dimensi perilaku yang diamati oleh orang lain. LBDQ diisi oleh bawahan pemimpin, atasan atau rekan sejawat mereka Hersey dan Blancahard, 1998. LBDQ digunakan untuk menganalisis gaya kepemimpinan berbagai kelompok pemimpin dan dalam berbagai situasi. Studi telah dilaksanakan pada angkatan bersenjata, pengawas produksi, pegawai administrasi perguruan tinggi, guru, kepala sekolah, pemimpin kelompok pelajar, dan kelompok sipil lainnya Luthans, 1998. Studi yang telah dilaksanakan oleh Universitas Ohio dengan menggunakan LBDQ tersebut sangat berarti dan bernilai bagi studi kepemimpinan. Studi mereka merupakan studi yang pertama yang menunjuk dan menetapkan dua hal, tugas dan sifat manusiawi dalam menilai kepemimpinan. Kedua hal ini mencakup orientasi tugas atau tujuan dan mengenai kebutuhan individu dan persahabatan dimana kedua dimensi tersebut saling melengkapi satu sama lain Luthan, 1998. Berdasarkan kombinasi gaya kepemimpinan tersebut para peneliti di Ohio State University menemukan adanya empat kemungkinan kombinasi gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu : 1 pertimbangan yang tinggi dan memprakarsai struktur tinggi; 2 pertimbangan yang tinggi dan memprakarsai struktur yang rendah; 3 pertimbangan yang rendah dan memprakarsai struktur yang tinggi; 4 pertimbangan yang rendah memprakarsai struktur yang rendah. Berkaitan dengan kombinasi gaya kepemimpinan memprakarsai struktur dan pertimbangan tersebut, para peneliti dari Universitas Ohio membuat empat kelompok perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan kwadran kepemimpinan seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini: Tinggi Struktur Rendah Dan Pertimbangan Tinggi Struktur Tinggi Dan Pertimbangan Tinggi Struktur Rendah Dan Pertimbangan Rendah Struktur Tinggi Dan Pertimbangan Rendah Pertimbangan Memprakarsai Struktur Rendah Tinggi Sumber : Rivai 2004 Gambar 2.1. Gaya Kepemimpinan yang Dipelajari di Ohio State University Kedua perilaku initiating structure dan Consideration menurut penelitian Universitas Ohio merupakan perilaku kepemimpinan yang tidak saling mempengaruhi atau tidak memiliki saling ketergantungan, tetapi masing-masing berdiri sendiri. Realisasinya oleh seorang pemimpin secara serentak memiliki beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama initiating structure tinggi dan consideration juga tinggi atau sama-sama rendah, salah satu tinggi dan yang lain rendah Nawawi 2003. 2.2. Kepuasan Kerja 2.2.1 Pengertian