Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

(1)

PENGARUH PENYULUHAN MAKANAN SEHAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI ANAK

DOWN SYNDROME DI SDLBN 107708 KECAMATAN

LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000196

WIDYA SUPRAPTININGSIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PENGARUH PENYULUHAN MAKANAN SEHAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI ANAK

DOWN SYNDROME DI SDLBN 107708 KECAMATAN

LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WIDYA SUPRAPTININGSIH NIM. 061000196

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah anak down syndrome baik di dunia maupun di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dalam penanganannya. Down syndrome dapat ditangani bila dilakukan intervensi secara dini, salah satunya adalah dengan memperhatikan pemberian makan pada anak down syndrome. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan dan sikap ibu dalam hal pemberian makanan sehat pada anak down syndrome.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di sekolah dasar luar biasa (SDLB) negeri No. 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain One Group Pre-and Post-Test. Perlakuan adalah penyuluhan berupa cermah dengan alat bantu leaflet. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum mendapatkan penyuluhan jumlah sampel adalah sebanyak 44 orang ibu. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan one sample t-dependent test.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan adalah kategori (61,8%) dengan kategori cukup (31,9%), sesudah mendapatkan penyuluhan pengetahuan ibu yang dengan kategori baik meningkat (84,1%) dan (15,9%) kategori cukup. Sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan dalam kategori cukup (97,7%). Sesudah mendapatkan penyuluhan sikap ibu meningkat menjadi kategori baik (56,8%) dan (43,2%) dalam kategori cukup. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap yang signifikan sesudah mendapatkan penyuluhan, yaitu pengetahuan dengan nilai p=0,004, sedangkan sikap dengan nilai p=0,000.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatkan pengetahuan dan sikap ibu yaitu terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap tentang makanan sehat untuk anak down syndrome, saran dari penelitian ini adalah kepada petugas promosi kesehatan dapat memberikan penyuluhan berupa ceramah dengan berbagai macam alat bantu seperti leaflet, slide dan poster sebagai salah satu metode untuk memberitahukan informasi untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome.


(5)

ABSTRACT

The increasing number of children with Down Syndrome either in the world or in Indonesia needs a serious attention in handling it. Down Syndrome can be solved if early intervention has been performed. One of the interventions is by paying attention to the eating pattern of the children with Down Syndrome. this action is inseparable from mother’s knowledge and attitude in providing healthy food to the child with Down Syndrome.

The purpose of this experimental study with one-group pre-and post-test design was to analyze the influence of extension on healthy food on the knowledge and attitude of the mother with child suffering from Down Syndrome studying in Sekolah Dasar Luar Biasa (State Extraordinary Primary School) No. 107708 in Lubuk Pakam Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The intervention done was the extension in the from of lecture with leaflet as the visual aid. The measurement was done twice, before and after the extension. The samples for this study were 44 mothers. The data obtained were analyzed through one sample dependent t-test.

The result of this study showed that, before the extension was implemented, mother’s knowledge belonged to good category (68.1%) and adequate category (31.9%). After the implementation of extension, mother’s knowledge was improved to 84.1% (good category and 15.9% (adequate category). Before the implementation of extension, mother’s attitude belonged to adequate category (97.7%). After the implementation of extension, mother’s attitude was improved to 56.8% (good category) and 43.2% (adequate category). The result of one sample dependent t-test revealed that there was a significant difference between mother’s knowledge and mother’s attitude after the implementation of extension such as knowledge p=0.004, while attitude with p= 0.000.

The conclusion is that extension had influence on the improvement of mother’s knowledge and attitude on the of healthy food for the children with Down Syndrome. The health promotion officers are suggested to provide extension through lecturing method with visual aids such as leaflets, slide and posters to provide information that can help improve mother’s knowledge on the importance of healty food consumption for the children with Down Syndrome.

Keywords : knowledge, mother’s attitude, healthy food consumption, children with down syndrome


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widya Supraptiningsih

Tempat Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 22 Juli 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Status : Belum Kawin

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 106184 Lubuk Pakam (1993-1999)

2. MTS Swasta Nurul Itihadiyah (YAPNI) Lubuk Pakam (1999-2002) 3. MAN 1 Lubuk Pakam (2002-2005)

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2006-2011)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul : “ Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011” yang merupakan salah satu syarat bagi saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan moril berupa materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Penguji dan Ibu Dr. Zulhaida Lubis, M.kes selaku dosen pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran selama membimbing saya.

Selanjutnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian,M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M,Si selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji II


(8)

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M,Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji III. 5. Seluruh Bapak / Ibu Dosen dan seluruh Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Gizi. 6. Ibu Ciptaningsih M.Pd, selaku Kepala Sekolah SDLB Negeri 107708 Kecamatan

Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan seluruh staf pengajar yang telah banyak membantu saya dalam proses penelitian.

7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sangat tak terhingga terutama buat kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda H. D. Suprapto dan Ibunda Ciptaningsih M.Pd, Purwaningrum S.H (abang) / Dini Mariani S.H (Kakak Ipar), Wulan Supraptiningsih S.Pd (adik), Ririn Supraptiningsih (adik) yang telah banyak memberikan kasih sayang, motivasi, do’a dan memenuhi semua kebutuhan penulis baik moril maupun materil mulai dari perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Teristimewa buat pacarku Ade Norman Sembiring yang telah memberi dukungan, motivasi, dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini. 9. Lestari M. siregar, Riri Oktalini, Fatimah Dalimunthe, Ruth, , Dede Hariani MS,

Yunita, Yuni Hidayatun Siregar, Kiki Azharia atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.


(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Desember 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan………... i

Abstrak……….. ii

Absstract……… iii

Daftar Riwayat Penulis……….. iv

Kata Pengantar……….. v

Daftar Isi……… viii

Daftar Tabel………... xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….... 1

1.2 Perumusan Masalah……….... 4

1.3 Tujuan Penelitian……….... 5

1.3.1 Tujuan Umum……….. 5

1.3.2 Tujuan Khusus………. 5

1.4 Manfaat Penelitian……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 7

2.1 Penyuluhan……….. 7

2.1.1 Pengertian Penyuluhan……….. 7

2.1.2 Tujuan Penyuluhan……… 7

2.1.3 Metode dan Media Penyuluhan………. 8

2.1.3.1 Metode Penyuluhan………... 8

2.1.3.2 Media / Alat Bantu Penyuluhan………. 9

2.1.4 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku…... 11

2.1.5 Kekuatan yang Mempengaruhi Penyuluhan……….. 12

2.2 Perilaku Kesehatan ……….. 14

2.2.1 Pengertian Perilaku……… 14

2.2.2 Pengetahuan……….. 15

2.2.3 Sikap……….. 17

2.2.4 Proses Perubahan Perilaku………. 18

2.3 Makanan Sehat………. 19

2.3.1 Pengertian Makanan Sehat……… 19

2.3.2 Fungsi Makanan……… 20

2.3.3 Kriteria Makanan Sehat……… 21

2.4 Anak Down Syndrome ………... 22

2.4.1 Down Syndrome………... 22

2.4.2 Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome……….. 24

2.4.3 Gangguan yang Sering di Derita Anak Down ……. Syndrome ………. 24


(11)

BAB III METODE PENELITIAN………. 27

3.1 Jenis Penelitian……… 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 27

3.3 Populasi dan Sampel………. 28

3.3.1 Populasi……… 28

3.3.2 Sampel………. 28

3.4 Metode Pengumpulan Data………... 30

3.4.1 Data Primer……….. 30

3.4.2 Data Sekunder………. 30

3.5 Instrumen Penelitian……….. 30

3.6 Defenisi Operasional………. 30

3.7 Aspek Pengukuran………. 31

3.8 Tahapan Penelitian………. 32

3.9 Pelaksanaan Penyuluhan……… 33

3.9.1 Lokasi Penyuluhan……….. 33

3.9.2 Waktu Penyuluhan……….. 34

3.9.3 Tenaga Pelaksana Penyuluhan……… 34

3.9.4 Metode Penyuluhan……… 34

3.10 Pengolahan dan Analisa Data……….. 34

3.10.1 Pengolahan Data……… 34

3.10.2 Analisa Data……….. 35

BAB VI HASIL PENELITIAN………. 36

4.1 Gambaran Umum SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam... 36

4.2 Gambaran Umum Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome……………… 37

4.2.1 Umur Ibu……….. 37

4.2.2 Agama Ibu……… 38

4.2.3 Pendidikan Ibu………. 38

4.2.4 Pekerjaan Ibu……… 39

4.3 Pengetahuan Ibu Tentang Konsumsi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecama- tan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011…. 39 4.4 Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang . Konsumsi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli……. Serdang……… 43

BAB V PEMBAHASAN……… 48

5.1 Pengaruh Penyuluhan Konsumsi Makanan Sehat Terhadap Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome ... di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabu- paten Deli Serdang……….. 48 5.2 Pengaruh Penyuluhan Konsumsi Makanan Sehat Terhadap


(12)

Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang……….. 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….. 56

6.1 Kesimpulan……… 56

6.2 Saran……….. 57 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Sebaran Siswa di SDLB Negeri 107708 Kecamatan

Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun

2011………. 36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down

Syndrome Berdasarkan Kelompok Umur

………. 37

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down

Syndrome Berdasarkan Kelompok Agama.

………. 38

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pendidikan.

………. 38

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pekerjaan.

……… 39

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome tentang Konsumsi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome Pre-test dan

Post-test ……….. 40

Tabel 4.7 Perbedaan Rata-rata Nilai Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome pada saat Pre-test dan

Post-test………... 40

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome

Pre-test dan post-test ……….. 41 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu yang Memiliki Anak

Down Syndrome Tentang Konsumsi Makanan Sehat Anak Down Syndrome pada saat Pre-test dan Post-test

……… 44

Tabel 4.10 Perbedaan Rata-rata Nilai Sikap Ibu yang Memiliki

Anak Down Syndrome pada Saat Pre-test dan post-test. 44 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak

Down Syndrome Berdasarkan Sikap Tentang Konsumsi Makanan Sehat Anak Down Syndrome pada saat


(14)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah anak down syndrome baik di dunia maupun di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dalam penanganannya. Down syndrome dapat ditangani bila dilakukan intervensi secara dini, salah satunya adalah dengan memperhatikan pemberian makan pada anak down syndrome. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan dan sikap ibu dalam hal pemberian makanan sehat pada anak down syndrome.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di sekolah dasar luar biasa (SDLB) negeri No. 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain One Group Pre-and Post-Test. Perlakuan adalah penyuluhan berupa cermah dengan alat bantu leaflet. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum mendapatkan penyuluhan jumlah sampel adalah sebanyak 44 orang ibu. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan one sample t-dependent test.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan adalah kategori (61,8%) dengan kategori cukup (31,9%), sesudah mendapatkan penyuluhan pengetahuan ibu yang dengan kategori baik meningkat (84,1%) dan (15,9%) kategori cukup. Sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan dalam kategori cukup (97,7%). Sesudah mendapatkan penyuluhan sikap ibu meningkat menjadi kategori baik (56,8%) dan (43,2%) dalam kategori cukup. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap yang signifikan sesudah mendapatkan penyuluhan, yaitu pengetahuan dengan nilai p=0,004, sedangkan sikap dengan nilai p=0,000.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatkan pengetahuan dan sikap ibu yaitu terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap tentang makanan sehat untuk anak down syndrome, saran dari penelitian ini adalah kepada petugas promosi kesehatan dapat memberikan penyuluhan berupa ceramah dengan berbagai macam alat bantu seperti leaflet, slide dan poster sebagai salah satu metode untuk memberitahukan informasi untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome.


(15)

ABSTRACT

The increasing number of children with Down Syndrome either in the world or in Indonesia needs a serious attention in handling it. Down Syndrome can be solved if early intervention has been performed. One of the interventions is by paying attention to the eating pattern of the children with Down Syndrome. this action is inseparable from mother’s knowledge and attitude in providing healthy food to the child with Down Syndrome.

The purpose of this experimental study with one-group pre-and post-test design was to analyze the influence of extension on healthy food on the knowledge and attitude of the mother with child suffering from Down Syndrome studying in Sekolah Dasar Luar Biasa (State Extraordinary Primary School) No. 107708 in Lubuk Pakam Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The intervention done was the extension in the from of lecture with leaflet as the visual aid. The measurement was done twice, before and after the extension. The samples for this study were 44 mothers. The data obtained were analyzed through one sample dependent t-test.

The result of this study showed that, before the extension was implemented, mother’s knowledge belonged to good category (68.1%) and adequate category (31.9%). After the implementation of extension, mother’s knowledge was improved to 84.1% (good category and 15.9% (adequate category). Before the implementation of extension, mother’s attitude belonged to adequate category (97.7%). After the implementation of extension, mother’s attitude was improved to 56.8% (good category) and 43.2% (adequate category). The result of one sample dependent t-test revealed that there was a significant difference between mother’s knowledge and mother’s attitude after the implementation of extension such as knowledge p=0.004, while attitude with p= 0.000.

The conclusion is that extension had influence on the improvement of mother’s knowledge and attitude on the of healthy food for the children with Down Syndrome. The health promotion officers are suggested to provide extension through lecturing method with visual aids such as leaflets, slide and posters to provide information that can help improve mother’s knowledge on the importance of healty food consumption for the children with Down Syndrome.

Keywords : knowledge, mother’s attitude, healthy food consumption, children with down syndrome


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan terakhir badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2005 memperlihatkan perbandingan anak berkebutuhan khusus down syndrome dengan anak normal di seluruh dunia, termasuk Indonesia telah mencapai 1:100 (Sinung,2006)

Down syndrome merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20% anak dengan down syndrome dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun, 95% kasus down syndrome disebabkan oleh kelebihan kromosom, 30% ibu yang melahirkan anak down syndrome pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi, 44% anak down syndrome hidup sampai 60 tahun dan hanya 14% hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada anak down syndrome mengakibatkan 80% kematian, dan meningkatnya resiko terkena leukemia pada down syndrome adalah 15 kali dari populasi normal, penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup anak down syndrome setelah umur 44 tahun (Anonim, 2011)

Anak down syndrome akan mengalami ganguan pertumbuhan pada masa bayi dan sekitar 70-80 % anak down syndrome terdapat gangguan pendengaran,kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada anak down syndrome satu diantara 700 bayi (Anonim, 2011).

Tumbuh dan berkembangnya anak secara optimal tergantung pada pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan anak. Dalam masa


(17)

tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan pada anak down syndrome (Winarno dan Agustinah, 2008).

Pengaturan pola makan aspek sedemikian penting bagi anak down syndrome, karena suplai makanan merupakan dasar pembentuk neurotransmitter. Di samping itu anak down syndrome juga mengalami reaksi alergi dan intolerensi terhadap makanan dengan kadar gizi tinggi. Zat-zat makanan yang seharusnya membentuk neutransmitter untuk menunjang kesinambungan kerja sistem syaraf, justru dalam tubuh anak down syindrome menjadi zat lain yang bersifat meracuni syaraf atau neurotoksin (Wijayakusuma, 2004). Oleh karena itu aspek dalam mengatur pola makan merupakan hal yang sangat penting.

Penyebab gangguan gagal tumbuh pada anak down syndrome sangat banyak dan bervariasi. Penyebab paling sering tetapi paling tidak disadari orang tua dan klinis adalah gangguan fungsi saluran cerna. Hal ini terjadi karena gangguan saluran cerna memiliki tanda dan gejala sangat ringan dan sering dianggap normal. Gangguan ini sering terjadi sejak usia 6 bulan, hal ini terjadi karena gangguan pada fungsi saluran cerna akibat pengaruh reaksi simpang makanan seperti alergi makanan, intoleransi makanan dan seliak (Anonim, 2011) .

Pemberian makanan pada anak down syndrome memang sering menjadi masalah bagi para ibu. Sangat di akui bahwa pemberian makanan pada anak down syndrome bukanlah pekerjaan yang mudah, kesulitan ibu untuk menemukan makanan yang sesuai untuk anak down syndrome yang mana anak down syndrome seharusnya mengurangi dari konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,


(18)

makanan yang mengandung glukosa dan zat pengawet, makanan yang pedas dan biasanya mereka memakan makanan yang mengandung glukosa dan karbohidrat. Pada umumnya anak penderita down syndrome sangat sering mengalami gangguan pencernaan, sulit buang air besar (konstipasi, seliak, dan sariawan kemudian ditambah dengan konsumsi makanannya yang tidak baik sehingga ditakutkan anak akan mengalami gangguan kesehatan yang fatal yang lainnya.

Ibu juga memiliki peran yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anak down syndrome, kebanyakan ibu yang memiliki anak down syndrome tidak memiliki pengetahuan yang banyak mengenai pola makan anak down syndrome dan menyamakan makanan anak down syndrome dengan makanan sehari-hari untuk keluarga, itu dikarenakan ibu tidak banyak mengetahui makanan yang dapat membahayakan kesehatan anak down syndrome.

Penyuluhan gizi adalah faktor yang berperan dalam peningkatan pengetahuan gizi ibu yang berpengaruh pada proses pertumbuhan yaitu perubahan status gizi balita. Pengetahuan gizi yang baik dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu balita yang akan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan sehari-hari. Hal ini akan terlihat dalam pengaturan menu, keanekaragaman, komposisi maupun cara pengolahannya dan juga dalam memilih, mengatur dan menyajikan makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arik Tursiani (2010), di wilayah Puskesmas Kedungwaru Kabupaten Tulungagung yang diperoleh hasil bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada balitanya sangat berpengaruh terhadap perubahan status gizi pada balitanya (Tursiani, 2010).


(19)

Untuk mencegah agar para generasi bangsa tidak salah asupan gizi dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dilengkapi dengan poster tentang buah dan sayuran. Penyuluhan dilakukan agar sasaran dapat berpartisipasi aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi penyuluhan.Metode ceramah dapat dipakai pada sasaran dengan pendidikan rendah maupun tinggi.

Penyandang down syndrome yang semakin meningkat jumlahnya di Indonesia dari berbagai daerah tentu saja menjadi perhatian bagi pemerintah, khususnya di kecamatan Lubuk Pakam kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di kecamatan Lubuk Pakam kabupaten Deli Serdang terdapat sekolah negeri yang di bangun pemerintah secara geratis untuk anak-anak berkebutuhan khusus salah satunya adalah down syndrome, yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri No 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Sekolah ini terletak di jalan Pantai Labu No.177 Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang yang mana hampir 80% siswanya menderita down syndrome.

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh peyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini Bagaimana pengaruh penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak sindrom down di SDLB Negeri No 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri No 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tentang makanan sehat anak down syndrome.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai alternatif metode penyuluhan gizi dan makanan sehat untuk ibu yang memiliki anak down syndrome atau anak yang berkebutuhan khusus lainnya.

2. Memberikan masukan dan informasi kepada sekolah SDLB Negeri No 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang untuk lebih giat memberikan informasi tentang pola makan anak down syndrome yg baik kepada orang tua yang memiliki anak down syndrome.


(21)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan

2.1.1 Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik-terencana-terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat. Sesuai dengan pengertian yang diuraikan maka, Penyuluhan gizi dapat disimpulkan sebagai suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu /masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan /mempertahankan gizi baik (Suhardjo, 2003).

Agar penyuluhan dapat tercapai sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diinginkan maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyuluhan tersebut, yaitu :

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Bagi keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi sehingga dapat menambah pengetahuan dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (DepKes RI, 2002).

2. Tingkat Sosial Ekonomi. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.


(22)

3. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

4. Ketersediaan Waktu di Masyarakat. Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2.1.2 Tujuan Penyuluhan

Setiap melakukan penyuluhan pasti memiliki tujuan yang akan dicapai untuk mencapai suatu tujuan, adapun tujuan dari penyuluhan dijabarkan sebagai berikut: tujuan sikap positif terhadap gizi, terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan, timbulnya kebiasaan makan yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang bertalian Menurut Suhardjo (2003). .

Pada tingkat individu/masyarakat sasaran, perilaku tersebut akan berguna bagi dirinya, keluarganya atau kelompoknya, perilaku tersebut akan berguna bagi masyarakat sasaran disamping bagi dirinya. Pada pembuat kebijakan, prilaku tersebut akan mempunyai kegunaan bagi masyarakat yang lebih luas (Suhardjo, 2003).

penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur. Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baik perorang


(23)

maupun kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabiladisamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media masa (suhardjo, 2003).

2.1.3 Metode dan Media Penyuluhan 2.1.3.1 Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmojo (2003), ada beberapa metode pendidikan yang bisa digunakan untuk penyuluhan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1.Ceramah, cara ini baik untuk sasaran yang berpendidikan rendah. Cara ini menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Metode Diskusi Kelompok, cara yang dipersiapkan untuk 5-20 peserta (sasaran)

yang akan membahas suatu topik yang telah disiapkan dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat, cara yang memungkinkan setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan dalam pemecahan masalah yang terpikir oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang telah dikemukakan.

4. Metode Panel, cara yangdirencanakan didepan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain Peran, cara yang dilakukan dengan memerankan sebuah situasi

dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.


(24)

6. Metode Demonstrasi, cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7. Metode Simposium, cara yang dilakukan dengan ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. 8. Metode Seminar, cara ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah keatas dengan suatu penyajian (persentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dimasyarakat.

2.1.3.2 Media /Alat Bantu Penyuluhan

Yang dimaksud dengan alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran, berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam peroses pendidikan/ pengajaran (Notoatmodjo 2003). Media sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu media yang bisa digunakan sangat bervariasi antara lain (Luice, 2005) :

1. Leaflet

Adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembar yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat


(25)

melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis.Kelemahan dari leafleat adalah : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, dan akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.

2. Flift Chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana setiap lembar berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisikan kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan dari penyuluhan dengan menggunakan media ini antara lain mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efesien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.Kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar serta mudah sobek dan tercabik.

3. Film dan Video

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita yang memungkinkan sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, dan dapat merepleksikan kepada diri mereka tentang keadaan yang benar-benar terjadi.Kelemahan media ini antara lain, memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, dan perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya karena menggunkan alat-alat yang canggih.


(26)

4. Slide

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan.Kelemahan media ini antara lain memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, serta memerlukan sumber daya manusia yang terampil dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

5. Transparan OHP

Keunggulan media ini antara lain dapat dipakai untuk mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efesien karena alatnya mudah didapat dan digunakan untuk sasaran yang relatif kecil maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan dipelihara.Kelemahan media ini antara lain memerlukan aliran listrik, sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat menghalangi pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat duduk komunikan yang tidak baik.

6. Papan Tulis

Keunggulan media ini antara lain murah dan efesien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali.Kelemahan media ini antara lain terlalu kecil untuk sasaran dalam jumlah relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik.


(27)

2.1.4 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Prilaku

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan dan terus menerus. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Luice, 2005).

Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Penyuluhan tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur. Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baik perorang maupun kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media masa (Suhardjo, 2003).

Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Proses perubahan prilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai malalui pembangunan kesehatan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005).


(28)

2.1.5 Kekuatan yang Mempengaruhi Penyuluhan

Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan non formal,oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan di antaranya adalah :

1. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan adalah ada tidaknya adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam melakukan suatu perubahan. Berikutnya adanya katakutan atau trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagala, keterampilan dana, sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.

2. Keadaan lingkungan fisik

Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal adalah lingkungan yang berpengaruh, baik secara langsungan maupun tidak langsun dalam keberhasilan penyuluhan. 3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat

Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan, karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan teruskan secara turun temurun,dan akan sangat sulit


(29)

merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.

4. Keadaan dan macam aktivitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang kegiatan penyuluhan.

Ada tidaknya peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektifitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan di tetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.

2.2 Perilaku Kesehatan 2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku seseorang boleh jadi merupakan penyebab utama timbulnya masalah kesehatan, tetapi dapat juga merupakan kunci utama pemecahannya. Dengan mengubah perilaku, maka akan dapat memecahkan dan mencegah timbulnya masalah kesehatan. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit) (Anonim, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus (rangsangan) yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Kesehatan adalah semua aktivitas atau


(30)

kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Bahkan Notoatmodjo (2005) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yaitu : (1) Perilaku hidup sehat (healthy behavior), adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. (2) Perilaku sakit (illness behavior), adalah perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. (3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peranan, yang mencangkup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

2.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, teman, buku dan surat kabar dan dapat ditelusuri kebenarannya dengan bertanya atau menggali informasi itu sendiri (WHO, 1988).

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda, dan secara garis besar dibagi menjadi enam tingkatan yaitu : (a) Tahu (Know), diartikan sebagai pengingat esuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan


(31)

tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagaian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contohnya, seseorang tahu menyebutkan dan mengatakan. (b) Memahami (Comprehension), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menejaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. (c) Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dalam kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lainnya. (d) Analisis (Analysis), diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masi ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. (e) Sintesis (Syntesis), diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan tertentu. (f) Evaluasi (Evaluation), diartikan sebagai dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.


(32)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari Subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2005).

2.2.3 Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat kita. Mereka dapat mengakrabkan kita kepada sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (WHO, 1988). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya yang terdiri dari empat tingkatan yaitu : (1) Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. (2) Merespon (responding), diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. (3) Menghargai (valuting), diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau


(33)

mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. (4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang yang paling tinggi. Misalnya seorang ayah harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.

Untuk mengetahui sikap seseorang dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Sedangkan pengukuran tidak langsung dengan pemberian angket (Notoatmodjo, 2005).

2.2.4 Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005). Menurut WHO (1988) yang diterjemahkan oleh Tjitarsa (1992), ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merubah perilakunya adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut : (1) Pikiran dan perasaan. Banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pikirkan mengenai dunia yang kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai yang kita miliki. Keempat faktor ini akan membantu kita untuk memilih jalan manakah yang akan ditempuh kalau menghadapi persoalan. (2) Orang yang berarti bagi kita. Perilaku dapat ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseorang amat berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha meneladaninya. (3) Sumber daya. Adapun sumber daya meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, ketrampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan


(34)

juga amat menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga mempengaruhi perilaku manusia. (4) Budaya. Pada umumnya perilaku, kepercayaan, nilai dan pemakaian sumber daya dimasyarakat akan membentuk pola hidup masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam lingkungan tertentu.

Menurut Notoatmodjo, (2005) untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat tetapi tergantung pada: (a) Proses Intra-personal yaitu keuntungan apa yang diperoleh seseorang dengan merubah pendapatannya. (b) Proses Inter-personal yaitu apakah dengan menerima gagasan baru itu, dia tidak tersisih dari kelompok.

Menurut WHO (1988) yang diterjemahkan oleh Tjitarsa (1992), Perubahan Perilaku seseorang dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu : (1) Perubahan Alamiah (Natural change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktivitas. (2) Perubahan Terencana (Planned Change) adalah perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. (3) Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (Readdiness to change) adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesedian untuk berubah yang berbeda-beda.


(35)

2.3. Makanan Sehat

2.3.1 Pengertian Makanan Sehat

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makanan yang dimakan bukan saja harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kima yang dapat menyebabkan penyakit.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat vital. Di samping oksigen dan air, kita sangat membutuhkan makanan yang menunjang kelangsungan hidup.Namun tersedianya makanan saja tidak dengan sendirinya mengatasi persoalan hidup manusia. Dewasa ini dengan kuantitas makanan yang melimpah berkat kemajuan IPTEK justru semakin menurunkan kualitas makanan yang tersedia (KhenSun, 2009).

Makanan yang sehat adalah makanan yang tidak membuat kita kekurangan atau kelebihan berat badan, tetapi membuat berat badan kita normal atau ideal. Disamping itu makanan sehat tidak membuat kita mengalami kolestrol atau gula darah tinggi, tetapi pada pemeriksaan darah secara berkala, gula, lemak dan asam urat tetap terkontrol baik, tidak memperburuk fungsi organ penting tubuh, serta tekanan darah kita menjadi lebih stabil.

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang


(36)

dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

2.3.2 Fungsi Makanan

Masukan makanan dilakukan dengan proses makan, proses makan tersebut akan memberikan rasa puas atau rasa tidak puas. Makanan yang lezat, sesuai dengan budaya atau kebiasaan dan mengenyangkan serta suasana yang mendukung akan memberikan kepuasan. Makanan tersebut diharapkan dapat memenuhi fungsi fisiologis agar dapat memberikan manfaat yang sebaik-baiknya bagi tubuh.Pengertian makanan yang sehat perlu diresapi agar dalam memenuhi kepuasan jiwa kita tetap mengerti rambu-rambu, karena salah dalam mengonsumsi makanan justru menyebabkan masalah bagi tubuh kita (Faizal, 2009).Makanan kebutuhan primer yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, dalam ilmu gizi fungsi makanan dikemukakan sebagai berikut (Sediaoetama, 2004) ; memenuhi kepuasan jiwa dan memenuhi fungsi fisiologis.

Memenuhi kepuasan jiwa, antara lain: memberi rasa kenyang, memenuhi kebutuhan maluri kepuasan jiwa dan memenuhi kebutuhan social budaya. Sedangkan memenuhi fungsi fisiologis antara lain sebagai: memeberikan tenaga (energy), mendukung pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan badan (growth), mendukung pembentukan sel-sel atau menggantikan bagian-bagaian sel yang rusak atau aus terpakai (maintenance), mengatur metabolism zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa (regulatory mechanism) dan dalam pertahanan tubuh.


(37)

2.3.3 Kriteria Makanan Sehat

Untuk memperoleh pola makan yang sehat itu paling tidak ada 3 kriteria yang harus dipenuhi antara lain (Cardobo, 2010), (a) jumlah makanan yang kita konsumsi, (b) jenis makanan yang kita konsumsi, (c) jadwal makan.

Dalam jumlah makanan yang kita konsumsi kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi yang kita keluarkan. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energy yang kita keluarkan maka kita akan mengalami kelebihan berat badan. Selain jumlahnya, komposisinya harus seimbang seperti karbohidrat sebanyak 60-70%, protein sebanyak 10-15%, lemak sebanyak 20-25%, vitamin dan mineral (A, D, E, K, B, C dan Ca).

Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat, protein, lemak dan nutrient spesifik.Karbohidrat komplek bisa kita penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan sayuran.Pilihan karbohidrat yang berserat tinggi dan kurangi karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis. Konsumsi makanan yang manis paling banyak 3-5 sendok makan per hari. Kebutuhan tubuh akan serat sebanyak lebih dari 25 gram per hari. Untuk memenuhinya dianjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur.Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan hewani. Sumber protein nabati didapat dari kedelai, temped an tahu sedangkan protein hewani berasal dari ikan, daging (sapi, ayam, kerbau dan kambing). Tubuh manusia juga membutuhkan lemak, akan tetapi konsumsi lemak yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif, untuk itu dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam mengonsumsi lemak. Sumber vitamin dan mineral terdapat pada Vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran). Vitamin D (ikan, susu, dan kuning


(38)

telur), Vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), Vitamin K (brokoli, bayam dan wortel), Vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur) serta Kalsium (susu, ikan dan kedelai), Jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah yang sedikit tapi sering dan teratur dari pada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur. 2.4 Anak Down Syndrome

2.4.1 Down Syndrome

Sindrom Down (Down Syndrome) merupakan suatu bentuk kelainan kromosom yang paling sering terjadi. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.Pada saat itu Sindrom Down sering disebut sebagai Mongoloid karena ciri-ciri mereka yang menyerupai orang Mongolia yaitu tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil dan hidung yang datar (Anonim, 2009).

Down syndrome bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan. Anggapan bahwa down syndrome hanya akan terjadi pada usia ibu yang pada saat hamil berusia diatas 35 tahun saat ini telah dipatahkan karena setelah diteliti lebih lanjut ternyata down syndrome bisa terjadi pada ibu yang mengandung pada usia dibawah 35 tahun.Juga tentang anggapan bahwa saat ibu mengandung ibu mengalami kekurangan gizi (golongan pendapatan rendah), karena down syndrome tidak mengenal strata social. Kesalahan terjadi pada pengadaan kromosom nomor 21 tersebut bukan karena penyimpangan perilaku orang tuan ataupun pengaruh pencemaran lingkungan.


(39)

Down syndrome juga memiliki cirri yang dapat diketahui orang lain dapat dilihat dari fisiknya antara lain anak down syndrome memiliki wajah yang sama dengan anak down syndrome yang lain yang berada di seluruh negara bukan di Indonesia saja, anak down syndrome juga memiliki tubuh yang tidak tinggi, tulang belakang yang datar dan pendek, memiliki jari-jari yang kecil tidak sama dengan anak normal lainnya, serta anak down syndrome juga memiliki kecerdasan yang rendah, dan biasanya anak down syndrome juga suka banyak bergerak dan tidak mau diam dan sangat aktif.

2.4.2 Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome

Pertumbuhan merupakan salah satu indikator sensitive kesehatan anak, status nutrisi dan latar belakang genetiknya. Penyimpangan dari pertumbuhan rata-rata tinggi badan dan berat badan dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan.

Gangguan pertumbuhan atau sering disebut gagal tumbuh atau Failure to thrive bukanlah suatu masalah, tetapi merupakan termenologi yang dipakai untuk menyatakan masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menggambarkan anak yang tak dapat tumbuh sesuai harapan. Kegagalan tumbuh adalah kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun kasus tertentu juga disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kapala dibandingkan anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya.

Gangguan pertumbuhan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah asupan kalori pada anak.Kualitas dan jumlah kalori tergantung beberapa hal diantanya adalah masukan kalori yang tidak adekuat, absorpsi (penyerapan) tidak


(40)

adekuat dan kebutuhan kalori yang meningkat.Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak dini. Seringkali gangguan pertumbuhan terjadi setelah usia 6 bulan tak terdeteksi dengan baik. Keadaan ini baru disadari setelah usia anak agak besar. Bila gangguan pertumbuhan terjadi, biasanya juga disertai kekurangan nutrisi lainnya, seperti zat besi, kalsium, mineral dan vitamin lainnya.

2.4.3 Gangguan yang sering diderita Anak Down Syndrome

Anak down syndrome sering mengalami gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit. Gangguan kulit tersebut meliputi kulit yang kering pada kaki dan tangan dan sensitive pada hidung.Kulit sangat kusam dan kasar dan bersisik. Biasanya disertai gangguan kulit bintil-bintil atau sering disebut dermatitis herpertiformis.

Gangguan saluran cerna juga sangat sering dialami oleh anak down syndrome, biasanya disebabkan reaksi simpang makanan karena alergi, hipersensitif makanan dan seliak.Seringkali hanya dengan menghindari penyebab makanan yang menganggu dapat memperbaiki fungsi saluran cerna sekaligus meningkatkan berat badan anak. Pada umumnya penanganan gangguan tersebut hanya bisa mengoptimalkan berat badan, tetapi sulit untuk membuat anak down syndrome sehat.

Anak down syndrome biasanya sangat aktif dan tidak bisa diam. Pada umumnya anak seperti ini sangat lincah dan beberapa anak mempunyai kecerdasan tinggi dan kemampuan motorik kasar dan olah raga yang baik, Pada umumnya anak sangat jarang sakit, tetapi kelompok anak yang mengalami gangguan sering mual atau muntah biasanya dikarenakan daya tahan tubuhnya tidak baik dan akan mudah


(41)

sakit batuk dan pilek. Pada kelompok anak down syndrome kadang disertai asma atau sesak napas.

Masalah konstipasi yang terjadi pada anak down syndrome juga menjadi masalah bagi ibu yang memiliki anak down syndrome dalam pemberian makanan sehat untuk anak down syndrome, sehingga ibu harus memiliki upaya yang lain dalam pemberian makanan sehat seperti buah dan sayur, karena buah dan sayur-sayuran kurang disukai oleh anak down syndrome dikarenakan masalah seliak (susah menelan) pada anak down syndrome sehingga ibu harus mencari cara agar buah dan sayur-sayuran dapat diterima anak down syndrome dengan mengolah buah dan sayur menjadi makanan yang lunak seperti bubur sayur, kolak buah seperti kolak buah labu, kolak buah pisang dan kolak buah nangka dan umbi-umbian agar mudah diterima oleh anak down syndrome dan tidak menggangu masalah kesehatannya seperti masalah seliak dan konstipasi.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh pemberian penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2011.

PENYULUHAN KONSUMSI MAKANAN

SEHAT

PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN

SEHAT ANAK DOWN SYNDROME

SIKAP IBU TENTANG MAKANAN SEHAT

ANAK DOWN SYNDROME


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan rancangan One Group Pre- and Post- Test, sebelum penyuluhan dilaksanakan langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pretest untuk mengetahui seberapa besar nilai pengetahuan dan sikap siswa ibu yang memiliki anak down syndrome tentang konsumsi makanan sehat, dalam hari yang sama setelah dilakukannya pretest dilanjutkan dengan penyuluhan tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan metode ceramah menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome, seminggu setelah dilakukan penyuluhan selanjutnya dilakukan posttest. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005):

Keterangan:

O1 : Pretest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan

X : Penyuluhan konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome O2 : Posttest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan SDLB Negeri 107708 karena selain disekolah ini terdapat siswa yang berkebutuhan khusus down syndrome sehingga memerlukan


(43)

asupan gizi yang khusus pula dibandingkan anak-anak lainnya, dan karena kesibukan ibu, sehingga kurang dapat mengawasi dan memantau apa saja yang dikonsumsi anak sewaktu anak disekolah. Waktu penelitian dilakukan Oktober 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak down syndrome yang berjumlah 78 orang, jumlah ini didasarkan atas banyaknya anak penderita down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Sampel

Peneliti menetapkan sampel dengan menggunakan rumus yang terdapat pada buku Notoatmodjo, 2005, yaitu:

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0,1) Maka :

orang

n

43

,

82

44

)

1

,

0

(

78

1

78

2

=

+

=

) ( 1 N d2

N n

+ =


(44)

Alokasi sampel ibu ditetapkan dari kelas anaknya secara (proportional allocation method) (Gaspersz, 1991) yaitu :

Keterangan :

nh = Besar sampel tiap kelas

Nh = Populasi kelas (14, 15, 11, 11, 10, 17 orang) n = Besar sampel kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (44 orang) N = Populasi kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (78 orang)

Berdasarkan perhitungan dari rumus tersebut maka alokasi ibu dari setiap kelas anak dapat dilihat pada tabel berikut :

Kelas Jumlah Anak Down Syndrome Alokasi Ibu

1 14 8

2 15 8

3 11 6

4 11 6

5 10 6

6 17 10

TOTAL 78 44

Sampel yang dilokasikan secara proporsional, kemudian dipilih dengan cara Simple Random Sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang berisi tentang identitas responden (nama, jenis kelamin, umur) dan daftar pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang konsumsi makanan sehat.


(45)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan jumlah siswa yang diperoleh dari bagian Tata Usaha.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen perlakuan berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang disususn secara closed ended dengan bentuk pertanyaan multiple choice. Penggunaan slide dan leafleat yang berisikan bahan penyuluhan yang digunakan sebagai media /alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan penyuluhan tersebut.

3.6. Defenisi Operasional

1. Penyuluhan konsumsi makanan sehat adalah suatu proses usaha perubahan yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang konsumsi makanan sehat dengan upaya untuk mmpertahankan dan meningkatkan kesehatannya dengan menggunakan metode ceramah dan menggunakan alat bantu leafleat. 2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang

konsumsi makanan sehat sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan. 3. Sikap ibu adalah respon atau reaksi dari ibu tentang konsumsi makanan sehat

sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan. 3.7. Aspek Pengukuran

a. Pengukuran Pengetahuan

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban pada responden terhadap pernyataan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yg


(46)

ditetapkan. Nilai yang dijumlahkan dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu : baik, sedang, dan kurang (Arikunto,2002).

Pengetahuan diukur melalui 10 pernyataan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan :

- Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >21-30

- Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total yaitu 11-20 .

- Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu <10

b. Pengukuran Sikap

Komponen sikap menggunakan skala gutmen yakni dengan 2 alternatif setuju dan tidak setuju. Terdapat 10 item pertanyaan yang diajukan kepada responden, sehingga total nilainya adalah sebesar 20 dan nilai pertanyaan terendah 10. Pertanyaan yang diberikan mempunyai pengertian positif berjumlah lima pertanyaan dan yang negatif juga juga lima pertanyaan. Pertanyaan yang bersifat positif ada di nomor 2, 4, 6, 8, 10 sedangkan bersifat negatif ada dinomor 1,3,5,7, dan 9. Berdasarkan Arikunto (2009), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada klasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Kategori “baik”, apabila nilai responden >75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 15-20


(47)

- Kategori “cukup”, apabila nilai responden < 40-75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 9-14

- Kategori “kurang”, apabila nilai responden < 40% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang sikap,dengan nilai 0-8

3.8. Tahapan Penelitian 1. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melakukan penelitian yang dilaksanakan di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

2. Menyusun rencana intervensi

Rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan instrumen penelitian (kuesioner, bahan penyuluhan dan leafleat mengenai konsumsi makanan sehat bagi anak).

3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest)

Pretest dilaksanakan pada hari yang sama sebelum dilakukan penyuluhan tentang konsumsi mengenai konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan, dan semua ibu yang akan mengikuti penyuluhan dikumpulkan di satu ruangan.

4. Pelaksanaan intervensi

Intervensi pada penelitian ini berupa penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat bagi anak down syndrome. Setelah dilakukan pretest dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan, ceramah dengan materi ”Konsumsi Makanan Sehat untuk Anak


(48)

Down Syndrome” dan penyuluhan diberikan kepada ibu yang memiliki anak down syndrome dan disertai pembagian beberapa leafleat yang mendukung. Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan tanya jawab kepada ibu yang memiliki anak down syndrome tentang apa yang ingin mereka pertanyakan seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan materi yang disajikan.

5. Pengumpulan data tahap kedua (posttest)

Satu minggu setelah dilakukan penyuluhan tepatnya dilakukan posttest seperti halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan di ruang kelas yang sama. Kuesioner yang diberikan saat posttest adalah kuesioner yang sama dengan pretest.

6. Pengolahan data dan analisis data dan penyusunan laporan penelitian. 3.9. Pelaksanaan Penyuluhan

3.9.1 Lokasi penyuluhan

Lokasi dalam penyuluhan ini dilakukan di ruang tunggu SDLB Negeri No. 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan lokasi disebabkan banyaknya ibu yang tidak mengetahui tentang makanan yang sehat untuk anak down syndrome di sekolah tersebut .

3.9.2 Waktu Penyuluhan

Waktu penyuluhan dilakukan pada bulan Oktober 2011 3.9.3 Tenaga Pelaksana Penyuluhan


(49)

3.9.4 Metode Penyuluhan

Penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang pengaruh penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB negeri No. 117708 kecamatan Lubuk pakam Kabupaten Deli Serdang. Ceramah dilakukan selama 45 menit sebanyak 1 kali dengan materi yang telah disiapkan dan disertai pembagian leaflet. Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan berdiskusi dengan para ibu tentang apa yang ingin mereka pertanyakan seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan hal tersebut

3.10 Pengolahan dan Analisa Data 3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik, untuk mendapatkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah untuk melihat dan memeriksakan apakah semua pertanyaan telah terisi, dapat dibaca dan ada kekeliruan yang dapat menggangu proses pengolahan data.

2. Koding

Memberikan kode atau angka-angka (skor) tertentu untuk setiap jawaban. 3. Tabulasi

Untuk mempermudah analisis dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data ditabulasi kedalam table distribusi frekuensi.


(50)

3.10.2 Analisa Data

Data-data dianalisis dengan menggunakan uji paired sample t-test untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan ceramah. Untuk memudahkan dalam pengolahan maka dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows 11,5.

Keterangan :

t = nilai hitungan

1

χ = nilai pengukuran pertama

2

χ = nilai pengukuran kedua

SD = standar deviasi pengukuran pertama dan kedua n = nilai populasi

Analisis hasil dilakukan juga dengan cara tabel dan grafik dan diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan peneliti (Uyanto, 2009).

   

 

− =

N SD t χ1 χ2


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah, yang beralamatkan di Jalan Pantai Labu No. 177 Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Sekolah ini dibangun untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, seperti tuna netra (buta), tuna rungu (tuli), Down Syndrome, tuna daksa (cacat tubuh), tuna ganda dan secara keseluruhan siswa berjumlah 109, untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Table 4.1 Sebaran Siswa di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No. Jenis Ketunaan Jenis Kelamin Jumlah

Perempuan Laki-laki

1. Tuna Netra 2 1 3

2. Tuna Rungu 10 10 20

3. Down Syndrome 55 23 78

4. Tuna Daksa 5 3 8

5. Tuna Ganda 0 0 0

TOTAL 70 39 109

Ada pun jumlah staf pengajar di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang sebanyak 15 orang yang mana sebanyak 8 orang guru merupakan Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang guru merupakan Staf Honor, dengan pendidikan Strata 1 sebanyak 7 orang, Diploma 3 orang dan 5 orang tamatan SMA.


(52)

Adapun cara belajar yang diterapkan disekolah adalah sama seperti sekolah SD pada umumnya, dimana anak-anak diajarkan untuk membaca, berhitung dan menulis. Ruangan kelas terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SDLB ini siswa dimasukkan ke dalam satu kelas berdasarkan ketunaan .

4.2 Gambaran Umum Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang berada di kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang berjumlah 44 orang. Variabel gambaran umum ibu yang dilihat adalah umur, agama, pendidikan dan pekerjaan ibu yang memiliki anak down syndrome.

4.2.1 Umur Ibu

Dalam penleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak adalah usia 32-37 tahun yang berjumlah 15 orang (34%), dilanjutkan dengan umur 44-49 tahun sebanyak 13 orang (29,5%), lalu ibu yang berumur 38-43 tahun sebanyak 12 orang (27,3%), dan ibu yang berumur 50-55 tahun sebanyak 14 orang (9,2%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan umur Ibu dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

Berdasarkan Kelompok Umur

No. Umur Jumlah

n %

1. 32-37 tahun 15 34

2. 38-43 tahun 12 27,3

3. 44-49 tahun 13 29,5

4. 50-55 tahun 4 9,2


(53)

4.2.2 Agama Ibu

Dalam penleitian ini ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak adalah beragama Islam yaitu sebanyak 37 orang (84,1%), sedangkan jumlah ibu yang beragama Kristen 6 orang (13,6%), dan ibu yang beragama budha 1 orang (2,3%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan agama Ibu dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

Berdasarkan Kelompok Agama

No. Agama Jumlah

n %

1. Islam 37 84,1

2. Kristen 6 13,6

3. Budha 1 2,3

Total 44 100

4.2.3 Pendidikan Ibu

Dalam peneleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome terbanyak memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (43,2%), sedangkan jumlah ibu yang memiliki pendidikan SMP 18 orang (40,9%), ibu yang memiliki pendidikan SD 6 orang (13,6%), dan ibu yang memiliki pendidikan Sarjana 1 orang (2,3%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

Berdasarkan Kelompok Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

n %

1. SD 6 13,6

2. SMP 18 40,9

3. SMA 19 43,2

4. Diploma 0 0

5. Sarjana 1 2,3


(54)

4.2.4 Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga , buruh, pembantu, pedagang dan guru. Dan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 15 orang tua dari siswa berprofesi sebagai pedagang (34,1%), dilanjutkan dengan 12 orang ibu berprofesi pembantu dan ibu rumah tangga (27,3%), lalu ibu yang berprofesi buruh 3 orang (6,8%), dan ibu yang berprofesi guru sebanyak 2 orang (4,5%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah

n %

1. IRT 12 27,3

2. Buruh 3 6,8

3. Pembantu 12 27,3

4. Pedagang 15 34,1

5. Guru 2 4,5

Total 44 100

4.3.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu pada saat sebelum diberikan penyuluhan (pretest) masing-masing 68,1% dalam kategori baik dan 31,9% dalam kategori cukup. Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan lalu dilakukan test ulang lagi (posttest) terjadi perubahan dalam pengetahuan ibu menjadi, sebayak 84,1% ibu dalam kategori baik dan sebanyak 15.9% ibu dalam kategori cukup. Adapun distribusi frekuensi pengetahuan


(55)

Table 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat Pre-Test dan Post-Test

No Pengetahuan Pre-test Post-test

n % n %

1 Baik 30 68,1 37 84,1

2 Cukup 14 31,9 7 15,9

3 Kurang 0 0 0 0

Total 44 100,0 44 100,0

berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum penyuluhan sebesar 21,73 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 23,32. Hasil uji t didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan (p= 0,004), untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7. Perbedaan Rata-rata Nilai Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak

Down Syndrome Antara Pre-test dan Post-test

Variabel Rata-rata P

Pengetahuan Pre-test 21,73 0,004

Post-test 23,32

Pengetahuan tentang makanan sehat tidak hanya sebatas masalah makanan yang akan dimakan si anak, tetapi juga dilihat bagaimana pengetahuan ibu tentang pemberian makan secara khusus yang sesuai dengan diet anak down syndrome, untuk itu peneliti memilih 10 pertanyaan pengetahuan sebagai sampel menyangkut pola pemberian makan pada anak down syndrome. Secara rinci dapat dilihat pada Table. 4.8.


(56)

Table 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome berdasarkan pengetahuan Tentang Konsumi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat pre-test dan post-test

no Pertanyaan Pre-test Post-test

n % n %

1 Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan makanan sehat?

a. Makanan yang kandungan gizinya kurang lengkap (1)

b. Makanan yang sudah memenuhi standart gizi dan aman untuk dikonsumsi (3) c.Makanan yang bersih dan tertutup (2)

3 30 11 6,8 68,2 25,0 6 26 12 13,6 59,1 27,3

Total 44 100,0 44 100,0

2 Menurut ibu, apakah manfaat makanan sehat untuk anak down syndrome?

a. Mengenyangkan (1)

b. Memenuhi kebutuhan gizi dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak (3) c. Menambah energy (2)

3 28 13 6,8 63,7 29,5 5 31 8 11,4 70,5 18,1

Total 44 100,0 44 100,0

3 Menurut ibu, apakah tujuan pemberian makanan sehat bagi anak down syndrome?

a. Makanan sehat yang diberikan pada ana down syndrome untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan ketahanan tubuh (3) b. Makanan sehat diberikan pada anak down

syndrome agar tetap sehat (2)

c. Makanan yang dapat menunda lapar (1)

14 27 3 31,9 61,3 6,8 23 21 0 52,2 47,8 0

Total 44 100,0 44 100,0

4 Menurut ibu, apa saja makanan yang harus dihindari oleh anak down syndrome?

a. Makanan yang mengandung pengawet (2) b. Makanan yang mengandung serat seperti

sayuran dan buah-buahan (1)

c. Makanan yang mengandung karbohidrat, MSG, makanan yang pedas dan glukosa (3) 19 10 15 43,2 22,7 34,1 17 7 20 38,7 15,9 45,4

Total 44 100,0 44 100,0

5 Menurut ibu, yang dimaksud dengan down syndrome merupakan:

a. Penyakit yang keturunan genetic pada anak (1)

b. Penyakit dengan keterbelakangan mental (2)

c. Penyakit genetis dan kelainan kromosom yang terjadi pada anak dan biasanya berpengaruh terhadap mental (3)

10 21 13 22,7 47,8 29,5 2 18 24 4,5 40,9 54,6


(1)

Lampiran 7

Frequencies

Statistics

z KELAS

UMUR ANAK

JENIS KELAMIN

UMUR IBU

PENDIDI

KAN PEKERJAAN AGAMA

N Valid 44 44 44 44 44 44 44

Missi

ng 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

KELAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 8 18.2 18.2 18.2

2 8 18.2 18.2 36.4

3 6 13.6 13.6 50.0

4 6 13.6 13.6 63.6

5 6 13.6 13.6 77.3

6 10 22.7 22.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

UMUR ANAK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 6 2 4.5 4.5 4.5

7 5 11.4 11.4 15.9

8 7 15.9 15.9 31.8

9 9 20.5 20.5 52.3

10 8 18.2 18.2 70.5

11 3 6.8 6.8 77.3

12 4 9.1 9.1 86.4

13 5 11.4 11.4 97.7

15 1 2.3 2.3 100.0


(2)

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki 28 63.6 63.6 63.6

Perempua

n 16 36.4 36.4 100.0

Total 44 100.0 100.0

UMUR IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 32 2 4.5 4.5 4.5

35 7 15.9 15.9 20.5

36 1 2.3 2.3 22.7

37 5 11.4 11.4 34.1

39 6 13.6 13.6 47.7

40 1 2.3 2.3 50.0

41 1 2.3 2.3 52.3

42 1 2.3 2.3 54.5

43 3 6.8 6.8 61.4

45 5 11.4 11.4 72.7

47 2 4.5 4.5 77.3

48 5 11.4 11.4 88.6

49 1 2.3 2.3 90.9

50 1 2.3 2.3 93.2

51 2 4.5 4.5 97.7

53 1 2.3 2.3 100.0

Total 44 100.0 100.0


(3)

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ibu Rumah

Tangga 12 27.3 27.3 27.3

Buruh 3 6.8 6.8 34.1

Pembantu 12 27.3 27.3 61.4 Pedagang 15 34.1 34.1 95.5

Guru 2 4.5 4.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Islam 37 84.1 84.1 84.1

Kristen 6 13.6 13.6 97.7

Budha 1 2.3 2.3 100.0


(4)

T-Test

Pengetahuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 PTOT 21.73 44 2.645 .399

P0TOT 23.32 44 2.577 .388

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 PTOT & P0TOT 44 .115 .456

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 PTOT -

P0TOT -1.59 3.473 .524 -2.65 -.54

-3.039 43 .004

Frequencies

Statistics


(5)

Frequency Table

KRITIREA SEBELUM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 30 68,2 68,2 68,2

cukup 14 31,8 31,8 100,0 Total 44 100,0 100,0

KRITERIA SESUDAH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 37 84,1 84,1 84,1

cukup 7 15,9 15,9 100,0 Total 44 100,0 100,0


(6)

T-Test

SIKAP

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 STOT 13.32 44 .771 .116

S0TOT 14.52 44 .590 .089

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 STOT &

S0TOT 44 .137 .375

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

STOT -

S0TOT -1.20 .904 .136 -1.48 -.93

-8.836 43 .000

Frequencies

Statistics