b. Parameter Kimia
Air haruslah bebas dari beberapa logam berat yang berbahaya seperti besi Fe, seng Zn, air raksa Hg, dan mangan Mn. Air dengan kualitas yang baik
memiliki pH 6-8 dan tidak mengandung zat-zat kimia pencemar yang kadarnya melebihi ambang batas yang diizinkan. Air yang terkontaminasi umumnya bisa
diketahui dari warna dan baunya. c.
Parameter Mikrobiologis Dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan Coli tinja dan total
koliform. Bila mengandung Coli tinja berarti air tersebut tercemar tinja. Tentu saja tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit, di antaranya tifus.
Sementara jika tercemar total koliform, air itu dapat mengakibatkan penyakit- penyakit saluran pernapasan.
Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung air kualitas
A mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum kualitas B atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan
peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air Achmad, 2004.
2.1.2. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab pencemaran air, tetapi secara umum sumbernya dapat dikategorikan menjadi 2 dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, Tempat
8
Pembuangan Akhir TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau
dari atmosfir yang masuk melalui hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga
pemukiman dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal
dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Air mempunyai sifat pelarut yang sangat baik, dalam perjalanan siklusnya banyak
melarutkan zat-zat padat, garam-garam, dan gas-gas. Jenis pencemar air yang mungkin ada, antara lain seperti padatan tersuspensi, padatan koloid, padatan
terlarut, dan cairan yang tidak dapat bercampur Warlina, 2004.
2.1.3. Kualitas Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati dan dapat digolongkan menjadi:
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air kekeruhan, perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zat kimia yang terlarut, salah satu indikasinya adalah terjadi perubahan pH c.
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
9
Menurut Hadisubroto 1989, beberapa petunjuk yang digunakan untuk menjelaskan adanya pencemaran dan parameter kualitas air adalah:
a. Temperatur
Temperatur sangat penting bagi kondisi lingkungan air, disamping pengaruh langsung pada proses biologi. Temperatur mempunyai pengaruh adanya
lapisan air di suatu perairan lapisan atas epilimnion lebih panas dari lapisan bawah hipolimnion. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan transisi
termokline. Temperatur dapat dikatakan sebagai faktor penentu dari tingkat produktivitas perairan. Peningkatan temperatur mengakibatkan viskositas
menurun. Ada hubungan antara temperatur dengan bobot jenis air, dimana suhu yang lebih tinggi mengakibatkan viskositas yang lebih rendah. Hubungan khas ini
menyebabkan pembentukan lapisan-lapisan yang berbeda epilimnion, hipolimnion, dan termokline dalam badan air Achmad, 2004. Peningkatan
temperatur juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Suhu
pada badan air salah satunya dipengaruhi oleh musim, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran, serta kedalaman badan air
Effendi, 2003. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan
biologi badan air. Temperatur sangat berperan dalam mengendalikan ekosistem perairan. Berdasarkan peranan tersebut, temperatur air dapat mempengaruhi
kehidupan biota air yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Pada lapisan epilimnion, kelarutan O
2
lebih tinggi dibandingkan kelarutan O
2
10
pada lapisan hipolimnion yang temperaturnya lebih rendah Achmad, 2004. Kisaran suhu normal untuk kehidupan biota di perairan Indonesia berkisar antara
27
o
C hingga 32
o
C Wardoyo, 1979. b.
Dissolved Oxygen DO Pada temperatur kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air adalah sekitar
8 mgL. Kelarutan oksigen di air tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat permukaan, konsentrasi oksigen akan turun dengan
makin dalamnya air. Pada air yang terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen terlarut dari udara dapat menjenuhkan air dengan oksigen
Hadisubroto, 1989.
Tabel 1. Hubungan DO dengan Kualitas Air
Kualitas air O
2
mgL
Baik 13,5 – 15
Sedikit tercemar 11,25 – 13,5
Tercemar sedang 7,5 – 11,25
Sangat tercemar 7,5
Sumber : Hadisubroto, 1989 c.
Kekeruhan dan Warna Di dalam air mungkin saja terdapat partikel-partikel terlarut yang akan
mempengaruhi warna air. Kekeruhan dan warna adalah bentuk cemaran yang paling mudah dikenali dalam air. Buangan padat yang masuk ke dalam air akan
menimbulkan pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
11
Kekeruhan disebabkan oleh partikel terlarut di dalam air yang ukurannya berkisar antara 0.01 – 10 mm. Partikel yang sangat kecil dengan ukuran kurang
dari 5 mm disebut dengan partikel koloid dan sangat sulit mengendap. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat
jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan
sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar
untuk mengukur keadaan air baku dengan skala Nephelometric Turbidity Unit NTU atau Jackson Turbidity Unit JTU atau Formazin Turbidity Unit FTU,
kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
kualitas air itu sendiri Arifin, 2007. Penentuan tercemar atau tidaknya air limbah sangat dipengaruhi oleh sifat
fisik yang mudah dilihat. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan. Suatu badan air water bodies jika
kekeruhannya tinggi maka menunjukkan banyaknya zat organik dan anorganik yang ada pada air tersebut. Zat-zat tersebut sebagian merupakan sumber makanan
dan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan, warna, bau
dan temperatur Risdianto, 2007.
12
d. Derajat Keasaman pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu konsentrasi ion hidrogen H
+
dalam pelarut air yang biasa digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14.
Suatu larutan dikatakan memiliki pH netral apabila memiliki nilai pH = 7, sedangkan nilai pH 7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, dan nilai pH 7
menunjukkan sifat asam. Secara matematis pH dapat didefinisikan sebagai berikut:
pH = - log [H
+
] nilai pH = 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H
+
terlarut dan ion OH
-
terlarut sebagai tanda kebasaan berada pada jumlah yang sama, yaitu pada reaksi kesetimbangan.
H
2
O H
+
+ OH
-
Penambahan senyawa ion H
+
terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri ion OH
-
akan diikat oleh H
+
membentuk air, akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasi asam Effendi,
2003. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas biologis misalnya pada aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di dalam
perairan membentuk reaksi berantai karbonat sebagai berikut: CO
2
+ H
2
O H
2
CO
3
H
2
CO
3
H
+
+ HCO
3 -
H
+
+ HCO
3 -
2H
+
+ CO
3 2-
13
Semakin banyak CO
2
yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi akan bergerak ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H
+
yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang banyak
membutuhkan ion CO
2
, menyebabkan pH air naik Tancung Ghufran, 2007. e.
Konduktifitas Konduktifitas atau daya hantar listrik adalah sifat menghantarkan listrik
dalam air. Konduktifitas merupakan gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik, oleh karena itu semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya. Keberadaan ion-ion bebas dari garam yang terionisasi dapat menghantarkan listrik
dalam air. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik konduktor yang baik, sedangkan bahan organik seperti sukrosa dan benzena tidak mengalami
ionisasi di dalam air, sehingga bukan merupakan penghantar listrik yang baik Mackereth, 1989.
Penentuan daya hantar listrik pada dasarnya adalah pengukuran kemampuan sampel air untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan sampel air
untuk menghantarkan arus listrik berhubungan erat dengan konsentrasi total zat terionisasi dalam air. Pengukuran daya hantar listrik dapat digunakan untuk:
a Menentukan derajat mineralisasi untuk menilai konsentrasi total ion dalam
keseimbangan kimia. b
Menilai derajat ionisasi air suling dan air bebas ion. c
Mengevaluasi variasi mineral terlarut dalam air baku, air permukaan atau air limbah.
14
Pada umumnya senyawa anorganik terlarut dalam air ditemukan dalam bentuk ion-ion. Bentuk ion-ion tersebut akan menghantarkan aliran listrik dan
bergerak kearah elektroda-elektroda yang dicelupkan pada larutan tersebut. Ion- ion yang bermuatan negatif akan bermigrasi kearah elektroda positif Sihombing,
2002. Dalam Boyd 1982 disebutkan, air suling memiliki nilai daya hantar
listrik sekitar 1 µScm, sedangkan perairan alami sekitar 20-1500 µScm. Perairan laut memiliki nilai daya hantar listrik yang sangat tinggi karena banyak
mengandung garam terlarut. Nilai daya hantar listrik untuk jenis air laut berkisar antara 45000-55000 µScm Tancung Ghufran, 2007.
Air yang layak konsumsi bagi manusia bukan air murni tanpa ion terlarut, tapi air murni dengan sifat konduktifitas pada taraf wajar. Karena sifat
konduktifitas wajar ini diperlukan bagi metabolisme tubuh kita. Pengukuran daya hantar listrik sampel air dapat diukur menggunakan conductimeter. Satuan yang
digunakan adalah µmhoscm atau µSiemenscm. kedua satuan tersebut setara Mackereth Talling, 1989. Daya hantar listrik DHL atau konduktifitas untuk
air konsumsi berkisar antara 88,7 – 111,8 µScm Sayed, 2009. f.
Kontaminasi Mikrobiologi Ada batas-batas kandungan mikrobiologi pada air yang kita minum
sehingga masih dapat diterima sistem kekebalan tubuh manusia yang akan melatih tubuh dalam membentengi diri dari penyakit. Tapi jika melebihi batas tersebut,
dan bahkan mungkin pada jenis mikrobiologi tertentu dimana sistem kekebalan
15
tubuh rentan dan tak mampu untuk mengakomodasinya, cemaran ini bisa sangat membahayakan bagi manusia.
2.2. Air Tanah