untuk dilakukan pengujian parameter. Setelah parameter diuji, dihitung persentase perubahannya dengan cara:
Perubahan x 100
3.3.4. Pengukuran Temperatur
Temperatur dari sampel diukur meggunakan thermometer yang terdapat pada alat konduktimeter. Pengukuran temperatur dilakukan terhadap masing-
masing sampel dengan konsentrasi yang berbeda dan juga blanko. Sampel dimasukkan ke dalam sample cell hingga katoda tergenang sampel. Pembacaan
temperatur diambil setelah angka digital muncul dalam keadaan yang stabil.
3.3.5. Pengukuran pH
pH dari sampel dibaca menggunakan alat pengukur pH digital yang terdapat pada alat konduktimeter. Pengukuran nilai pH dilakukan terhadap
masing-masing sampel dengan konsentrasi yang berbeda dan juga blanko. Sampel dimasukkan ke dalam sample cell hingga katoda tergenang sampel.
Pembacaan nilai pH diambil setelah angka digital muncul dalam keadaan yang stabil.
3.3.6. Pengukuran Konduktifitas
Sampel yang telah digunakan untuk pengukuran pH digunakan juga untuk tes konduktifitas. Alat yang digunakan adalah konduktimeter yang telah
48
dikalibrasi. Pengukuran nilai konduktifitas atau daya hantar listrik dilakukan terhadap masing-masing sampel dengan konsentrasi yang berbeda dan juga
blanko. Sampel dimasukkan ke dalam sample cell hingga katoda tergenang sampel. Pembacaan nilai konduktifitas diambil setelah angka digital muncul
dalam keadaan yang stabil.
3.3.7. Pengukuran Turbiditas
Pengukuran ini dilakukan pada supernatan yang didapatkan setelah proses jar test,
dilakukan menggunakan turbidimeter. Sampel dimasukkan ke dalam sample cell
. Pembacaan nilai turbiditas diambil setelah angka digital muncul dalam keadaan yang stabil. Nilai kekeruhan dari sampel ditunjukkan oleh alat
turbidimeter dalam satuan Formazin Turbidity Units FTU, yang kemudian dikonversi ke satuan ppm.
Nilai dalam satuan FTU x 2,25 = nilai dalam satuan ppm
3.3.8. Pengukuran Oksigen Terlarut
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan metode titrasi sesuai dengan SNI 06-6989.14-2004, yaitu sebanyak 50 mL sampel dalam botol uji
ditambahkan 1 mL MnSO
4
dan pereaksi oksigen NaI. Sampel ditutup, dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan. Gumpalan yang terbentuk dibiarkan
mengendap selama 5-10 menit. Ditambahkan 1 mL H
2
SO
4
pekat, lalu dihomogenkan hingga endapan larut kembali. Ditambahkan indikator amilum.
Dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
hingga warna biru hilang.
49
3.3.9. Total Koliform Menggunakan Prosedur MPN
Penentuan nilai kemungkinan terbesar dari koliform yang terdapat di setiap sampel yang telah diberi perlakuan, dilakukan metode fermentasi beberapa
tabung. Medium pertumbuhan bakteri yang digunakan adalah medium cair laktosa. Disiapkan dua jenis medium cair laktosa. Medium cair Single Strength
Lactose Broth SSLB dan medium cair Double Strength Lactose Broth DSLB.
Pada pembuatan medium cair SSLB, ditimbang 13.0 g serbuk laktosa dan dilarutkan dalam 1000 mL aquades. Larutan kemudian diaduk perlahan selama 10
menit. Medium cair DSLB dibuat dengan mencampurkan bahan medium cair SSLB sebanyak dua kali lipat beratnya. Larutan ini kemudian diletakkan di
pengaduk magnetik dan diaduk perlahan selama 10 menit. Sebanyak 0.1 dan 1.0 mL sampel dan supernatan dari perlakuan dengan
alum dan Moringa diukur dan dimasukkan kedalam tabung uji yang berisi 10 mL medium cair SSLB dan sampel dan supernatan dari perlakuan dengan alum dan
Moringa diukur dan dimasukkan kedalam tabung uji yang berisi 10 mL medium
cair DSLB. Tabung uji lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C. Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan tabel untuk mendapatkan nilai kemungkinan
terbesar dengan tingkat kepercayaan 95.0.
3.3.10. Pengukuran Kadar Logam