misel. Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO
-
Na
+
. Di dalam air partikel ini akan terionisasi. Anion-anion R-COO
-
akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat,
sedangkan COO
-
larut dalam air sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.
b. Adsorpsi Selektif
Adsorpsi selektif dari ion-ion dalam larutan oleh partikel koloid menyebabkan terjadinya lapisan listrik rangkap, partikel koloid menyerap ion
positif, ion-ion ini kemudian menyerap ion negatif, tetapi jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif yang ada. Disini terjadi lapisan listrik rangkap, yang
berkedudukan tetap. Contohnya adalah koloid FeOH
3
yang bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H
+
Pararaja, 2008. Tebbut 1982 menyatakan reaksi yang berlangsung untuk memisahkan
warna dengan proses koagulasi sangat tergantung pada pembentukan endapan dari kombinasi zat organik dan anorganik terlarut dengan koagulan, sehingga terdapat
hubungan antara intensitas warna dan dosis koagulan yang diperlukan untuk pemisahan warna. Partikel-partikel yang ada dalam air akan terdestabilisasi
kemudian terflokulasi, flok yang terbentuk akan memisahkan kekeruhan akibat koloid dalam air.
2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi dan Flokulasi
Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Salah satu
28
faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses flokulasi adalah pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi kesempatan partikel melakukan
kontak atau hubungan agar membentuk penggabungan agglomeration. Pengadukan lambat ini dilakukan secara hati-hati karena flok-flok yang besar
akan mudah pecah melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi. Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang
optimum diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berkaitan dan mempengaruhi proses tersebut. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain
adalah pH, suhu, konsentrasi koagulan dan pengadukan. a.
pH Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang
digunakan berada pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan flokulan yang digunakan.
b. Suhu
Proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah kerena peningkatan viskositas dan perubahan struktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat
lolos dari saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur yang sudah
terendap dari proses sedimentasi. c.
Konsentrasi koagulan Konsentrasi koagulan sangat berpengaruh terhadap tumbukan partikel
sehingga penambahan koagulan harus sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Jika konsentrasi koagulan kurang mengakibatkan tumbukan antar
29
partikel berkurang sehingga mempersulit pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu banyak maka flok tidak terbentuk
dengan baik dan dapat menimbulkan kekeruhan kembali. d.
Pengadukan Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan
flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan waktu pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-
flok yang terbentuk akan pecah kembali Pararaja, 2008.
2.5. Moringa oleifera