Pengaruh Penggunaan M. oleifera Terhadap Oksigen Terlarut

tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Penurunan kadar logam ini juga mungkin terjadi karena protein kationik dari Moringa berikatan dengan muatan negatif dari senyawa yang mengikat ion-ion logam tersebut sehingga ion logam terendapkan. pH alkali yang ditimbulkan oleh penambahan koagulan Moringa juga memungkinkan ion-ion logam yang bermuatan positif terendap sebagai hidroksida logam yang tidak larut karena M. oleifera melepaskan gugus OH - . Hal ini didukung fakta bahwa pada perlakuan tanpa koagulan, untuk mengendapkan logam dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali air kapur misalnya sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air 10,5. Hal ini tentu saja tidak efektif pada pengolahan air limbah dan air tanah karena akan membutuhkan proses tambahan untuk menurunkan nilai pH.

4.7. Pengaruh Penggunaan M. oleifera Terhadap Oksigen Terlarut

Zat pencemar dalam air limbah industri teksil terdiri dari bahan organik dan anorganik yang mempunyai sifat terlarut atau terdispersi dalam air serta padatan kasarnya, seperti sisa serat dan benang. Zat warna tekstil bisa merupakan suatu senyawa organik maupun anorganik yang akan mengakibatkan peningkatan nilai BOD. Penghilangan zat terlarut yang berasal dari zat warna pada air limbah tekstil akan menurunkan BOD air limbah tersebut. 64 Tabel 10. Nilai DO dan BOD Sampel Nilai DO mgL Penurunan DO Nilai BOD mgL Penurunan BOD hari 7 hari Air Limbah Kontrol 14 7,2 ‐ 6,8 ‐ Air Limbah + PAC 12,4 6,1 11,5 6,3 7 Air Limbah + M.o 11,2 5,2 20 6 11,7 Air Tanah Kontrol 10,8 4,4 ‐ 6,4 ‐ Air Tanah + PAC 10 3,8 8 6,2 3 Air Tanah + M.o 8,4 3,2 22 5,2 18 Hasil yang terlihat pada tabel 10 menunjukkan bahwa penambahan koagulan dapat mempengaruhi penurunan nilai oksigen terlarut pada air limbah dan air tanah. Nilai DO air limbah kontrol yang awalnya 14 mgL, setelah ditambahkan Moringa oleifera dengan dosis 100 mgL nilai DO menjadi 11,2 mgL, terjadi penurunan sebesar 20. Sedangkan dengan penggunaan PAC, nilai DO mengalami penurunan sebesar 11,5. Pada air tanah, Moringa oleifera menurunkan nilai DO dari 10,8 mgL menjadi 8,4 mgL, terjadi penurunan sebesar 22. Pada PAC hanya terjadi penurunan nilai DO sebesar 8. Nilai kebutuhan oksigen biologi BOD juga mengalami penurunan dari air limbah kontrol 6,8 mgL menjadi 6 mgL setelah penambahan koagulan M. oleifera, terjadi penurunan 11,7. Sedangkan penggunaan koagulan PAC menurunkan nilai BOD sebesar 7. Pada air tanah, penambahan koagulan Moringa oleifera menurunkan nilai BOD dari 6,4 mgL hingga 5,2 mgL, terjadi penurunan sebesar 18, sedangkan dengan penambahan koagulan PAC hanya mampu menurunkan sebesar 3. Pada penambahan koagulan, nilai DO turun dikarenakan bertambahnya zat anorganik PAC dan zat organik Moringa oleifera yang menyebabkan 65 kebutuhan oksigen bertambah untuk digunakan sebagai pengoksidasi zat-zat tersebut, sehingga nilai oksigen terlarutnya akan lebih rendah.

4.8. Karakterisasi Penggunaan Koagulan M. oleifera