Tabel 6. Nilai pH setelah penambahan koagulan Sampel
pH Air Limbah
Air Tanah Awal 5,08
6,87 Kontrol 5,1 6,96
PAC 100 mgL 4,8
5,21 M.o 80 mgL
5,67 7,38
M.o 100 mgL 6,2
7,39
Pada sampel yang menggunakan koagulan PAC, pH akan semakin asam seiring penambahan dosis koagulan. Hal ini disebabkan karena pada pengolahan
air, alum memproduksi asam yang akan menurunkan nilai pH. Peningkatan keasaman bisa terjadi karena adanya kation trivalent alumunium yang menjadi
asam Lewis. Sehingga dapat menerima sepasang elektron sunyi Amagloh, 2009. Pada koagulan sintetik PAC, penurunan nilai pH disebabkan terdapatnya ion
hidrogen bebas H
+
yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis, yaitu ketika koagulan bereaksi dengan air. Secara umum semakin banyak koagulan yang digunakan
maka penurunan pH akan semakin tinggi
4.4. Pengaruh Penggunaan M. oleifera Terhadap Perubahan Konduktifitas
Daya hantar dalam air sangat bervariasi, wilayah geografi yang berbeda memiliki perbedaan pula dalam tingkat kelarutan mineralnya karena itu tidak
terdapat nilai standar tetapi tingginya nilai daya hantar dalam air minum tidak dibenarkan bagi konsumen WHO, 2006.
57
Tabel 7. Variasi konsentrasi M. oleifera terhadap konduktifitas
No. Konsentrasi
Moringa Konduktifitas
µScm mgL
Air Limbah
Air Tanah
1 2
3 4
5 6
7 8
20 40
60 80
100 110
120 140
1109,7 1104,7
1102,7 1052,5
1004,65 1005,7
1109,7 1136
225,33 225
221,33 219
216,35 223
228,33 227
Tabel 8. Nilai konduktifitas setelah penambahan koagulan
Sampel Konduktifitas
µScm Air
Limbah Penurunan
Air Tanah
Penurunan Awal
Kontrol PAC
100 mgL M.o
80 mgL M.o
100 mgL 1123
1109,7 1906,3
1052,5 1004,6
‐ 1,184328
‐ 6,277827
10,83874 465
227 238,67
219 216,35
‐ 51,1828
‐ 52,90323
53,47312
Dapat dilihat pada tabel 7 bahwa dosis optimum Moringa oleifera yang diberikan dalam proses penurunan nilai konduktifitas terjadi pada perlakuan
dengan konsentrasi koagulan 100 mgL. Penambahan koagulan Moringa oleifera dengan konsentrasi 100 mgL mampu menurunkan konduktifitas sebesar 10,8
bagi air limbah dan 53 bagi air tanah. Jika dibandingkan dengan konduktifitas awal, penambahan koagulan pada air limbah dapat menurunkan nilai konduktifitas
sebesar 118,4 µScm dan pada air tanah nilainya turun sebesar 248,65 µScm. Dapat dilihat bahwa penurunan nilai konduktifitas dipengaruhi oleh nilai
konduktifitas awal. Pada nilai konduktifitas awal yang lebih rendah, nilainya akan
58
turun lebih besar dibandingkan dengan nilai konduktifitas awal yang tinggi. Namun penggunaan dosis M. oleifera yang melebihi optimum dapat membuat
nilai konduktifitas kembali naik karena adanya ion-ion yang tidak berikatan. Tabel 8 menunjukkan nilai konduktifitas yang semakin meningkat dengan
penambahan koagulan PAC, yaitu pada kontrol air limbah adalah 1109,7 µScm dan setelah penambahan PAC menjadi 1906,3 µScm. Sedangkan pada kontrol air
limbah adalah 227 µScm dan setelah penambahan PAC adalah 238,6
µScm .
Nilai konduktifitas yang tinggi ditentukan berdasarkan adanya ion-ion mineral dan
senyawa anorganik yang terlarut. Penambahan koagulan M. oleifera akan menyebabkan sebagian ion-ion mineral dan senyawa anorganik tersebut
terdispersi kedalam flok yang kemudian akan mengendap dan terpisah dari larutannya. Inilah yang mengakibatkan penurunan daya hantar listrik.
Sedangkan pada penambahan koagulan PAC, nilai konduktifitas pada air menjadi naik disebabkan adanya reaksi antara air dengan logam-logam yang
bersifat asam atau basa. Air juga dapat bereaksi dengan garam yang akan menyebabkan naikknya nilai konduktifitas. Selain itu, alasan lain adalah senyawa
anorganik terdisosiasi dalam air, sehingga dalam air tersebut dapat menghantarkan arus listrik yang sangat besar.
Konduktifitas atau daya hantar listrik air tergantung dari konsentrasi ion dalam air. Dalam proses koagulasinya, biji kelor memberikan
pengaruh yang kecil terhadap derajat keasaman dan konduktifitas. Larutan biji
Moringa oleifera tersebut bereaksi sebagai koagulan polimer alamiah bermuatan
positif.
59
4.5. Pengaruh Penggunaan M. oleifera Terhadap Perubahan Total Koliform