32
sekaligus mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu : aqidah, ibadah, mua’malah, akhlak, sejarah, dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta uraian mengenai anjuran, janji, dan ancaman.
Secara garis besar, materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah yang tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah,
sebagaimana yang dijabarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dikembangkan secara luas lagi sesuai kultur Islam yang murni serta
bersumber dari keduanya. Namun sekalipun demikian, harus disadari bahwa dalam penyampaian materi dakwah juga memerlukan prioritas-
prioritas lainnya, seperti situasi dan kondisi kemasyarakatan secara tepat.
D. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan “Ta’lim”. Kata “Majelis” dalam bahasa arab berasal dari kata “Jalasa-
Yajlisu” yang berarti duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Masdar” yang mengandung arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa
Arab Munjid dikatakan bahwa kata ”Majelis” berarti tempat duduk yang didalamnya berkumpulnya orang-orang. Secara terminology, Majelis
Taklim memiliki arti tempat untuk melakukan syiar dakwah Islam. Di dalam ensiklopedi Islam dikatakan juga secara definisi Majelis Taklim
33
adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.
Dengan demikian penulis berargumen tentang Majelis Taklim adalah tempat berkumpulnya orang-orang untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang positif, mengenai tempatnya itu dapat berupa masjid, rumah, mushollah atau juga tempat khusus yang di bangun suatu kegiatan.
Kini, majelis taklim terorganisasi dalam struktur tingkat nasional yang disebut Badan Kontak Majelis Taklim BKMT yang diketuai oleh Hj.
Tuti Alawiyah, dan mampu menyelenggarakan beberapa kali kegiatan yang positif.
28
2. Fungsi Majelis Taklim
Majelis Taklim mempunyai fungsi sebagai berikut : d.
Meluruskan akidah e.
Memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah SWT dengan baik dan benar
f. Amar ma’ruf nahi munkar
g. Menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak akidah umat
h. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.
3. Klasifikasi Majelis Taklim
Keberadaan Majelis Taklim bagi kehidupan masyarakat memberikan keadaan positif karena nilai-nilai ajaran Islam perlahan-lahan
meresap kedalam perilaku positif masyarakat dan sangat signifikan dalam menciptakan dan membina kesehatan mental mereka sendiri.
Majelis Taklim merupakan lembaga yang bersifat informal, sehingga pelaksanaannya tidak hanya di tempat peribadatan saja. Namun
28
Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1990, h. 186.
34
terkadang pada tempat-tempat umum lainnya kerap terjadi. Seperti halnya kantor, hotel, balai pertemuan dan lain-lain. Hal ini memberikan gambaran
bahwa perbedaan itu bukan dikarenakan fungsinya tetapi mengikuti lingkungan anggota Majelis Taklim itu sendiri.
Dalam hal ini, dijelaskan mengenai pengklasifikasian berdasarkan lingkungan dan kegiatan-kegiatan organisasi, diantaranya:
a. Majelis Taklim pinggiran. Istilah ini menunjukkan pada masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya. b.
Majelis Taklim gedongan. Istilah gedongan ini,menunjukkan pada tataran masyarakat ekonomi menengah keatas dan terpelajar.
c. Majelis Taklim kompleks. Istilah kompleks ini menunjukkan pada
instansi tertentu yang memfasilitasi karyawannya.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Biografi Ustad Taufiqurrahman
1. Riwayat Hidup Ustad Taufiqurrahman
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mencoba memaparkan berbagai hal yang berhubungan dengan da’i muda ini, beliau adalah Ustad
Taufiqurrahman. Beliau dilahirkan di kota Jakarta, tepatnya pada tanggal 4 Juni 1980. Kultur Betawi cukup kental mengalir dalam dirinya, karena
lahir dari orang tua, yang kedua-duanya asli Betawi yaitu Alm Bapak H. Moh Sidup dan Ibu Hj. Rohaya. Beliau anak kelima dari enam bersaudara.
Ustad Taufiqurrahman berstatus menikah dengan seorang gadis yang berasal dari kultur Betawi pula, istri beliau bernama Maspupah,
beliau dikaruniai seorang anak laki-laki, yang bernama Muhamad Azril al- Ghifari. Usianya kini genap 4 tahun, keluarga kecil Ustad Taufiqurrahman
sangatlah harmonis dan penuh dengan kasih sayang.
1
Pada tahun 2004, beliau berhasil mendapat gelar Sarjana Hukum Islam di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an PTIQ Fakultas Syariah. Hal
itu memberikan gambaran bahwa profesi da’i memiliki kesinambungan dengan tamatan pilihan jurusan beliau pada saat kuliah. Beliau merupakan
seorang aktivis terutama di bidang keagamaan. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa pengalaman organisasi yang beliau aktif di dalamnya. Di
antaranya ketua umum Ikatan Da’i Muda IDAM pada tahun 2000 dan
1
Wawancara Pribadi dengan Ustad Taufiqurrahman, Jakarta, 15 April 2010.
35