4.5.5 Kecepatan Arus Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kecepatan pada semua stasiun
penelitian berkisar antara 0,5 – 0,9 ms. Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 0,9 ms dan terendah terdapat pada stasiun 2 dengan 4 sebesar
0,5 ms. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik sungai dimana pada stasiun 5 tidak banyak lekukan dan lebih lebar sedangkan stasiun 2 dengan 4
terdapat banyak lekukan sungai.
Menurut Hawkes 1979 dalam Susilowati 2007, kekuatan arus dapat mengikis sedimen sungai bahkan menghanyutkan hewan-hewan dasar dan juga
adaptasi yang mempengaruhi kemampuan bergerak komunitas biotanya. Organisme yang hidupnya menetap pada substrat sangat membutuhkan arus untuk
membawa makanan, oksigen dan lain-lain. Kecepatan arus berpengaruh langsung terhadap pembentukan substrat dasar perairan dan berpengaruh tidak langsung
terhadap pembentukan komposisi bentos. Selanjutnya Odum 1993, menjelaskan bahwa kecepatan arus air di sungai tergantung pada kemiringan, kekasaran
substrat, kedalaman dan lebar sungai.
4.5.6 Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kandungan oksigen terlarut pada semua stasiun penelitian berkisar antara 7 – 7,8 mgL. Nilai tertinggi
terdapat pada stasiun 1 sebesar 7,8 mgL dan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 7 mgL. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut masih dapat
ditoleransi makrozoobentos. Sumber utama oksigen terlarut dalam air berasal dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan juga dari proses
fotosintesis. Air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui aktivitas respirasi dari organisme akuatik. Kisaran toleransi
makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda Barus, 2004. Kandungan oksigen terlarut dalam air mempunyai peranan dalam menentukan
untuk kelangsungan hidup makrozoobentos. Selanjutnya Sastrawijaya 1991, menyatakan kehidupan makrozoobentos dapat bertahan jika oksigen terlarut
sebanyak 5 mgL dan tergantung juga terhadap daya tahan organisme.
Universitas Sumatera Utara
4.5.7 BOD5 Biochemical Oxygen Demand Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kandungan BOD5 pada semua
stasiun penelitian berkisar antara 1,6 -1,9 mgL Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 1,9 mgL. Tingginya nilai BOD5 pada stasiun 5 disebabkan
banyaknya bahan-bahan organik yang terkandung di lokasi tersebut. Bahan-bahan organik tersebut berasal dari lahan perkebunan sawit yang banyak
menyumbangkan limbah yang mengandung unsur organik pupuk ke badan perairan. Adanya perbedaan nilai BOD5 di setiap lokasi penelitian disebabkan
oleh perbedaan jumlah bahan organik yang terkandung di perairan tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen.
Menurut Wardhana 2004, bahan buangan limbah organik biasanya berasal dari bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah
pertanian, kotoran manusia, kotoran hewan, dan lain sebagainya. Menurut Brower et al., 1990, nilai konsentrasi BOD rendah menunjukkan kualitas suatu perairan
masih baik, dimana apabila konsumsi oksigen selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl, maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila
konsumsi oksigen berkisar antara 10 – 20 mgl menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya Wardhana 2004, menyatakan
bahwa peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah
terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
4.5.8 Kejenuhan Oksigen Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan oksigen pada semua
stasiun penelitian berkisar antara 84,72 – 93,08 . Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 93,08 dan stasiun 2 memiliki kejenuhan terendah sebesar
84,72 . Tingginya kejenuhan oksigen pada stasiun 1 berkaitan dengan tingginya nilai kandungan oksigen terlarut pada stasiun tersebut, dimana suhu pada stasiun
itu sebesar 23ºC. Hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit, sehingga mampu mendukung pertumbuhan makrozoobentos. Sumber
Universitas Sumatera Utara
pemasukan oksigen yang cukup besar yang berasal dari hasil fotosintesis plankton, kerapatan vegetasi sekitar yang rimbun dan juga oksigen yang berasal dari kontak
langsung dengan udara.
Menurut Barus 2004, nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh temperatur dan
juga aktifitas fotosintesis darri tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Disamping pengukuran konsentrasi, biasanya dilakukan pengukuran terhadap kejenuhan
oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimun atau tidak.
4.5.9 Kandungan Organik Substrat Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kandungan organik substrat pada
semua stasiun penelitian berkisar antara 0,836 – 4,032 . Kandungan organik substrat tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 4,032 . Tingginya nilai organik
substrat pada stasiun 5 disebabkan adanya pengaruh aktivitas perkebunan seperti unsur organik pupuk yang menyebabkan kandungan organik yang masuk ke
sungai menjadi tinggi dan substrat dasar pada lokasi tersebut adalah pasir berlumpur dimana pasir berlumpur mampu mengikat bahan-bahan organik lebih
baik dibandingkan bebatuan.
Menurut Barnes and Mann 1994 menyatakan substrat dasar suatu perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan hewan makrozoobentos
yaitu sebagai habitat hewan tersebut. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kadar bahan organik substrat.
Selanjutnya Welch 1952 dalam Siregar 2009, kehadiran spesies dalam suatu komunitas makrozoobentos didukung oleh kandungan organik yang tinggi, akan
tetapi belum tentu menjamin kelimpahan makrozoobentos tersebut, karena tipe substrat ikut menentukan.
4.6 Analisis Korelasi