4.2 Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran
Makrozoobentos
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh nilai Kepadatan Populasi ind.m2, Kepadatan Relatif dan
Frekuensi Kehadiran pada setiap stasiun penelitian pada Tabel 4.2.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada stasiun 1 dan stasiun 2, genus Hydrospsyche memiliki nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekeunsi
kehadiran tertinggi masing-masing di stasiun 1 sebesar 223,4 indm2 K, 64,6 KR, dan 88,88 FK, di stasiun 2 sebesar 87,6 indm2 K, 52,6 KR, dan
100 FK. Tingginya nilai kepadatan populasi dan kepadatan relatif dari genus Hydrospysche pada kedua stasiun disebabkan kondisi lingkungan yang hampir
sama yang mendukung kehidupannya seperti, substrat dasar berupa bebatuan. Menurut Maramis 2009, makroinvertebrata bentik Hydrospsyche lebih menyukai
habitat berbatuan untuk membangun selubung pelindung sebagai rumahnya dan untuk perangkap makanan.
Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah pada stasiun 1 ada pada genus Limnophila, Pelocoris dan Calopteryx sebesar 1,23
indm2 K, 0,35 KR, dan 11,11 FK. Hal ini disebabkan karena kondisi fisik perairan khususnya kecepatan arus menghambat pertumbuhan genus tersebut.
Menurut Bouchard 2012, genus Calopteryx paling sering ditemukan di tepi sungai dengan air yang mengalir lambat dan menyukai habitat pada massa akar,
ranting dan rumput. Genus Limnophila dan Pelocoris juga biasa ditemukan pada aliran sungai yang kecil yang berarus rendah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 2 Nilai Kepadatan Populasi ind.m2, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran pada setiap stasiun penelitian
No. Genus
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
Stasiun 5 K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
1 Palaemonetes
- -
- -
- -
2,46 0,98
22,22 7,4
2,96 55,55
9,87 5,37
55,55 2
Helichus -
- -
- -
- 1,23
0,49 11,11
- -
- -
- -
3 Stenelmis
- -
- 1,23
0,7 3
11,11 2,46
0,98 11,11
- -
- -
- -
4 Berosus
- -
- -
- -
1,23 0.49
11,11 -
- -
- -
- 5
Psephenus 3,7
1,07 22,22
- -
- -
- -
- -
- -
- -
6 Scirtes
2,46 0,71
11,11 6,17
3,7 44,44
2,46 0,98
22,22 39,5
15,8 100
- -
- 7
Lathrobium 2,46
0,71 22,22
- -
- -
- -
- -
- -
- -
8 Limnophila
1,23 0,35
11,11 -
- -
- -
- -
- -
- -
- 9
Baetis 7,4
2,14 22,22
7,4 4,4
4 33,33
72,8 29,07 66,66
- -
- -
- -
10 Callibaetis
- -
- -
- -
3,7 1,47
22,22 -
- -
- -
- 11
Eurylophella 2,46
0,71 22,22
1,23 0,7
3 11,11
- -
- -
- -
- -
- 12
Stenacron -
- -
- -
- 3,7
1,47 22,22
- -
- -
- -
13 Potamanthus
14,8 2,28
55,55 9,87
5,9 2
66,66 16,04 6,04
66,66 3,7
1,48 11,11
- -
- 14
Ameleteus -
- -
- -
- 3,7
1,47 11,11
- -
- -
- -
15 Gerris
- -
- -
- -
- -
- -
- -
1,23 0,66
11,11 16
Pelocoris 1,23
0,35 11,11
1,23 0,7
3 11,11
2,46 0,98
11,11 3,7
1,48 22,22
14,81 8,05
66,66 17
Rhagovelia -
- -
1,23 0,7
3 11,11
- -
- -
- -
- -
- 18
Ostrinia -
- -
- -
- -
- -
80,2 32,1
88,88 25,9
14,09 77,77
19 Corydaulus
4,93 1,42
44,44 -
- -
- -
- -
- -
- -
- 20
Anax -
- -
- -
- 7,4
2,95 44,44
- -
- -
- -
21 Calopteryx
1,23 0,35
11,11 3,7
2,2 2
11,11 3,7
1,47 33,33
7,4 2,96
22,22 3,7
2,01 33,33
22 Argia
2,46 0,71
11,11 -
- -
1,23 0,49
11,11 -
- -
- -
- 23
Progomphus -
- -
- -
- -
- -
18,5 7,42
66,66 1,23
0,66 11,11
24 Hagenius
- -
- 1,23
0,7 11,11
- -
- -
- -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
3 25
Pachydiplax 2,46
0,71 22,22
- -
- 1,23
0,49 11,11
- -
- -
- -
26 Macromia
22,2 6,43
44,44 2,46
1,4 7
22,22 4,93
1,96 22,22
1,23 0,49
11,11 3,7
2,09 33,33
27 Sweltsa
41,97 12,1
66,66 22,2
13, 3
77,77 16,04 6,4
33,33 -
- -
- -
- 28
Leuctra 3,7
1,07 22,22
- -
- -
- -
- -
- -
- -
29 Nemoura
- -
- 1,23
0,7 3
11,11 -
- -
- -
- -
- -
Tabel 4.2 Lanjutan
No. Genus
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
Stasiun 5 K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
30 Neoperla
- -
- 1,23
0,7 3
11,11 -
- -
- -
- -
- -
31 Glossosoma
- -
- -
- -
- -
- 1,23
0,49 11,11
- -
- 32
Hydropsyche 223,4
64,6 88,88
87,6 52,
6 100
22,2 8,87
55,55 2,46
0,98 22,22
- -
- 33
Chimarra 7,4
2,14 33,33
18,5 11,
1 55,55
64,1 25,6
66,66 -
- -
- -
- 34
Sphaerium -
- -
- -
- -
- -
55,55 22,2
66,66 56,7
30,85 88,88
35 Corbicula
- -
- -
- -
- -
- 18,5
7,42 44,44
3,7 2,01
22,22 36
Pomatiopsis -
- -
- -
- -
- -
9,87 3,95
44,44 9,87
5,37 44,44
37 Tryonia
- -
- -
- -
- -
- -
- -
8,64 4,7
44,44 38
Goniobasis -
- -
- -
- -
- -
- -
- 39,5
21,4 88,88
39 Melanoides
- -
- -
- -
- -
- -
- -
4,93 2,68
33,33 40
Planaria -
- -
- -
- 17,28
6,89 66,66
- -
- -
- -
Jumlah 345,9
97,85 166,5
99, 8
250,3 99,5
249,2 99,7
183,7 99,8
Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
Stasiun 1 : Daerah Kontrol 02033’06,6” LU – 099018’53,7” BT Stasiun 2 : Daerah Pariwisata 02033’17,3” LU – 099018’23,8” BT
Stasiun 3 : Bendungan PLTA PT.INALUM 02033’34,3” LU – 099018’36,7” BT Stasiun 4 : Daerah Pemukiman 02033’53,0” LU – 099020’05,9” BT
Stasiun 5: Daerah Perkebunan 02033’42,4” LU - 099021’32,5” BT
Universitas Sumatera Utara
Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekeunsi Kehadiran terendah pada stasiun 2 terdapat pada genus Stenelmis, Eurylophella, Pelocoris, Rhagovelia,
Hagenius, Nemoura dan Neoperla sebesar 1,23 indm2 K, 0,8 KR, dan 11,11 FK. Hal ini karena kondisi lingkungan didaerah ini kurang mendukung
bagi kehidupan bentos tersebut seperti kandungan organik yang rendah. Menurut Koesbiono 1979, Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai organisme dasar, bentos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka
pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan bentos.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada stasiun 3, genus Baetis memiliki nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi
sebesar 72,8 indm2 K, 29,07 KR, dan 66,66 FK. Hal ini karena kondisi lingkungan perairan yang sesuai untuk pertumbuhan Baetis yaitu substrat berupa
bebatuan berpasir. Menurut Susilowati 2007, genus Baetis ditemukan di daerah dengan substrat batuan berpasir, kayu, vegetasi atau bekas tanaman di aliran yang
deras.
Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekeunsi Kehadiran terendah ada pada genus Helichus, Berosus, Argia, dan Pachydiplax, sebesar 1,23 indm2 K, 0,49
KR, dan 11,11 FK. Hal ini karena kondisi lingkungan yang kurang sesuai dengan kehidupannya yaitu jenis substrat, kandungan organik substrat yang
rendah. Menurut Hutchinson 1993, keanekaragaman makrozoobentos di perairan juga dipengaruhi oleh jenis substrat dan kandungan organik substrat.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada stasiun 4, genus Ostrinia memiliki nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekeunsi kehadiran tertinggi
sebesar 80,2 indm2 K, 32,1 KR, dan 88,88 FK. Tingginya nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran dari genus Ostrinia
disebabkan kondisi lingkungan yang mendukung seperti kecepatan arus yang tenang sebesar 0,5 ms. Menurut Andriana 2008, genus Ostrinia termasuk
Universitas Sumatera Utara
kedalam kelompok Lepidoptera dimana kelompok ini biasa ditemukan pada perairan yang berarus tenang dan substrat berbatu atau berpasir.
Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah ada pada genus Macromia dan Glossoma, sebesar 1,23 indm2 K, 0,49 KR, dan
11,11 FK. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk kehidupannya seperti substrat berpasir. Menurut Lock and
William 1981, suatu individu akan dapat berkembang dengan baik pada habitat yang khusus yaitu pada perairan yang mempunyai tumbuhan air yang rapat
dibawah batang tumbuhan dan substrat batu-batuan.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada stasiun 5, genus Sphaerium memiliki nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran
tertinggi sebesar 56,7 indm2 K, 30,85 KR, dan 88,88 FK. Tingginya nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran dari genus
Sphaerium disebabkan kondisi perairan yang mendukung bagi kehidupan genus ini. Kondisi perairan yang dangkal dengan substrat dasar lumpur berpasir sangat
cocok bagi kehidupan genus ini. Pennak 1978, menyatakan bahwa genus Sphaerium didapatkan pada hampir semua substrat dasar, terutama substrat
lumpur berpasir. Umumnya jumlah Sphaerium akan melimpah pada tempat yang dangkal serta pada perairan dengan pH=6, akan tetapi genus Sphaerium juga
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap pH sehingga dapat hidup pada perairan dengan pH 6.
Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah ada pada genus Gerris dan Progomphus sebesar 1,23 indm2 K, 0,69 KR, dan 11,11
FK. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk kehidupan genus-genus tersebut seperti kecepatan arus yang tinggi dan
kondisi substrat lumpur berpasir. Menurut Bouchard 2012, genus Gerris biasa ditemukan pada daerah yang berarus tinggi dan genus Progomphus biasa
ditemukan pada perairan yang mengalir dan hidup pada substrat berpasir atau berlumpur.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 1 yaitu Psephenus, Lathrobium, Limnophila, Corydaulus, dan Leuctra. Hal ini
disebabkan nilai kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi yaitu 7,8 mgL yang mempengaruhi penyebaran dari makrozoobentos. Menurut Setyobudiandi
1997 dalam Daeli et al. 2013, kandungan oksigen terlarut DO merupakan salah satu faktor lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
dari hewan bentos.
Genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 2 yaitu Hagenius, Rhagovelia, Nemoura dan Neoperla. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan
yang sesuai dengan kehidupan makrozoobentos seperti temperatur yang rendah, kecepatan arus dan substrat berbatu. Menurut Hynes 1976, genus Hagenius
adalah hewan yang menyukai pada habitat yang berbatu. Menurut Bouchard 2012, Rhagovelia biasanya ditemukan pada sungai yang memiliki kecepatan arus
yang tinggi dan substrat berbatu dan kayu. Menurut Mahajoeno et al., 2001, genus Nemoura dan Neoperla yang merupakan ordo Plecoptera merupakan
insekta hemimetabola, larva ordo ini dicirikan hidup pada air dingin yang mengalir.
Beberapa genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 3 yaitu Berosus, Callibaetis, Stenacron, Ameleteus, Anax, dan Planaria. Hal ini
disebabkan karena genus tersebut lebih menyukai hidup pada substrat dasar berbatu dan berpasir. Menurut Hutchinson 1993, Planaria dapat berkembang
dengan baik pada perairan yang memiliki substrat dasar berbatu. Selanjtunya Welch 1980, menyatakan bahwa struktur substrat dasar akan menentukan
kelimpahan dan komposisi jenis hewan makrozoobentos.
Genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 4 yaitu Glossoma. Hal ini disebabkan kisaran toleransi genus Glossoma sangat sempit
terhadap kondisi fisik kimia perairan sehingga hanya dapat pada habitat tertentu yang mendukung kehidupannya. Desmukh 1992 menyatakan bahwa komunitas
alami biasanya ada beberapa jenis yang melimpah dan banyak jenis yang jarang. Suin 2002, menyatakan bahwa daya dukung lingkungan turut menentukan laju
populasi.
Universitas Sumatera Utara
Genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 5 yaitu Gerris. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupan genus
tersebut seperti kecepatan arus. Bouchard 2012, menyatakan bahwa genus Gerris biasanya ditemukan pada sungai yang memiliki kecepatan arus yang tinggi.
4.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman Makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian