pemasukan oksigen yang cukup besar yang berasal dari hasil fotosintesis plankton, kerapatan vegetasi sekitar yang rimbun dan juga oksigen yang berasal dari kontak
langsung dengan udara.
Menurut Barus 2004, nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh temperatur dan
juga aktifitas fotosintesis darri tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Disamping pengukuran konsentrasi, biasanya dilakukan pengukuran terhadap kejenuhan
oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimun atau tidak.
4.5.9 Kandungan Organik Substrat Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kandungan organik substrat pada
semua stasiun penelitian berkisar antara 0,836 – 4,032 . Kandungan organik substrat tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 4,032 . Tingginya nilai organik
substrat pada stasiun 5 disebabkan adanya pengaruh aktivitas perkebunan seperti unsur organik pupuk yang menyebabkan kandungan organik yang masuk ke
sungai menjadi tinggi dan substrat dasar pada lokasi tersebut adalah pasir berlumpur dimana pasir berlumpur mampu mengikat bahan-bahan organik lebih
baik dibandingkan bebatuan.
Menurut Barnes and Mann 1994 menyatakan substrat dasar suatu perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan hewan makrozoobentos
yaitu sebagai habitat hewan tersebut. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kadar bahan organik substrat.
Selanjutnya Welch 1952 dalam Siregar 2009, kehadiran spesies dalam suatu komunitas makrozoobentos didukung oleh kandungan organik yang tinggi, akan
tetapi belum tentu menjamin kelimpahan makrozoobentos tersebut, karena tipe substrat ikut menentukan.
4.6 Analisis Korelasi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai analisis korelasi keanekaragaman makrozoobentos dengan faktor fisik kimia perairan seperti pada
Tabel 4.6..
Tabel 4.6. Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Makrozoobentos dengan
Faktor Fisik Kimia Perairan
Temperatur Intensitas
Cahaya Penetrasi
Cahaya pH
DO BOD5
Kejenuhan Oksigen
Kec. Arus
Kadar Organik
Substrat H
’ +0,639
+0,497 +0,090
+0,319 -0,132
+0,082 +0,173
+0,473 +0,551
Keterangan : - = Korelasi Negatif Berlawanan
+ = Korelasi Positif Searah
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa uji analisis korelasi pearson antara faktor fisik kimia perairan dengan indeks keanekaragaman H’ berbeda tingkat
dan juga arah korelasinya. Nilai + menunjukkan korelasi yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman H’, yaitu seperti
pada temperatur, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH, BOD5, kejenuhan oksigen, kecepatan arus dan kadar organik substrat. Hal ini berarti bahwa semakin
besar nilai faktor fisik kimia tersebut, maka akan meningkatkan nilai indeks keanekaragaman pada batas toleransi yang masih dapat ditolerir. Nilai -
menunjukkan korelasi yang berlawanan antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman, dalam arti bahwa semakin tinggi nilai faktor
fisik kimia maka akan semakin rendah nilai indeks keanekaragaman pada kondisi yang masih dapat ditolerir juga yaitu seperti nilai kandungan oksigen terlarut.
Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa faktor fisik kimia yang berkorelasi searah dan berhubungan kuat adalah temperatur.
Artinya semakin tinggi nilai temperatur semakin meningkat juga keanekaragaman makrozoobentos.
Menurut Odum 1993, bahwa temperatur air pada suatu perairan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makrozoobentos,
pada umumnya temperatur di atas 30º C dapat menekan pertumbuhan populasi. Hewan bentos pada masa perkembangan awal sangat rentan terhadap temperatur
tinggi dan pada tingkatan tertentu dapat mempercepat siklus hidup sehingga lebih cepat menjadi dewasa. Menurut James dan Evison 1979, suhu yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan semakin rendahnya kelarutan oksigen yang menyebabkan sulitnya organisme akuatik dalam respirasi yang disebabkan rendahnya oksigen.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap keanekaragaman makrozoobentos di
perairan Sungai Asahan, Sumatera Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Makrozoobentos yang didapatkan sebanyak 40 genus terdiri dari 39 famili, 15
ordo, 5 kelas dan 3 filum. Kepadatan makrozoobentos tertinggi pada stasiun 1 dijumpai pada genus Hydrospysche sebesar 223,4 indm2, stasiun 2 dijumpai
pada genus Hydrospysche sebesar 87,6 indm2, stasiun 3 dijumpai pada genus Baetis sebesar 72,8 indm2, stasiun 4 dijumpai pada genus Ostrinia sebesar
80,2 indm2, stasiun 5 dijumpai pada genus sphaerium sebesar 55,55 indm2. b. Indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 2,53 dan
terendah pada stasiun 1 sebesar 1,37 dan indeks keseragaman E tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,93 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0,48.
c. Berdasarkan nilai Indeks Similaritas IS yang didapatkan, stasiun yang mempunyai kriteria mirip adalah antara stasiun 4 dengan 5, stasiun 1 dengan 2,
stasiun 1 dengan 3, stasiun 2 dengan 3.
d. Temperatur air merupakan faktor fisik kimia yang berkorelasi searah dan berhubungan kuat dengan indeks keanekaragaman H’ makrozoobentos.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
Universitas Sumatera Utara