1. Apakah alokasi dan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS sudah tepat pada
sasarannya? 2.
Bagaimana pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bagi siswa kurang mampu?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang di harapkan menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana perbandingan alokasi dan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bagi siswa kurang mampu di
SMPN 1 Bilah Hulu dan SMP Swasta Bina Widya Aeknabara, Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memperoleh sebuah
gambaran yang jelas mengenai masalah yang terjadi pada kedua sekolah dan siswa kurang mampu.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta mengenai
kebijakan sekolah dalam memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bagi siswa kurang mampu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kegunaan dana yang diberikan sekolah
kepada siswa dalam melengkapi kebutuhan sekolah serta memberikan pengaruh dalam melakukan kegiatan siswa di sekolah.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis
Universitas Sumatera Utara
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang alokasi dan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah
BOS bagi siswa kurang mampu yang dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi terutama dalam perspektif sosiologi pendidikan dan studi kebijakan publik. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada pemerintah untuk mengefektifkan program Bantuan Operasional Sekolah BOS di seluruh Indonesia. Sehingga dapat menjadi
masukan dan bahan pertimbangan selanjutnya bagi dinas pendidikan dan pemerintah daerah Kabupaten Labuhanbatu. Serta dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai bahan latihan
dan pembentukan pola pikir ilmiah yang rasional dalam menghadapi realita sosial.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KERAGKA TEORI
2.1. Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Pendidikan
Menurut Robert K. Merton Ritzer Goodman, 2008:141 suatu sistem yang telah mandiri dapat ditandai dengan adanya fungsi manifest nyata dan fungsi latent tersembunyi.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan memiliki fungsi manifest dengan tujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakatnya adalah sebagai berikut: a harus
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yaitu pendidikan dibuat untuk mengembangkan suatu keyakinan di dalam diri peserta didik, kebiasaan berfikir, dan bertindak
yang dianggap perlu diharapkan dalam masyarakat, b pendidikan harus mempertahankan solidaritas sosial dengan mengembangkan rasa saling memiliki hak dan kewajiban peserta didik
serta keterikatan pada cara hidupnya di dunia pendidikan, c pendidikan harus menyampaikan pengetahuan yang meliputi warisan sosial, d mengembangkan potensi demi pemenuhan
kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat serta mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional dan bebas, e mengembangkan cakrawala dan kretifitas peserta didik, f
pendidikan juga diharapkan mengembangkan pengetahuan baru, g mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, h mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan
pribadi demi kepentingan masyarakat, i melestarikan kebudayaan, j menanamkan keterampilan yang dibutuhkan sebagai partisispasi dalam demokrasi.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu fungsi latentnya tersembunyi yang tidak direncanakan lembaga pendidikan bagi masyarakatnya yaitu: a pemupukan keremajaan peserta didik, b pengurangan
pengendalian orang tua, c penyediaan sarana untuk pembangkangan d dipertahankannya sistem kelas sosial, e sekolah merupakan tempat penitipan anak.
Dari fungsi pendidikan yang dikemukakan Merton di atas dapat dilihat bahwa pendidikan sangat berpengaruh besar dalam mengubah pola pikir masyarakat untuk mengembangkan potensi
diri. Akan tetapi saat ini pendidikan di Indonesia masih belum mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan. Karena telah masih rendahnya pemerataan pendidikan bagi semua warga
negara, khususnya bagi generasi penerus bangsa. Berdasarkan hasil pengumuman yang di keluarkan Departemen Pendidikan pada tahun 2007 menunjukkan, secara nasional pendidikan di
Sumatera Utara berada di peringkat ke 8. Dapat dikatakan bahwa Sumatera Utara berada di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Bali. Prestasi ini tentu kabar duka cita
yang mendalam bagi perkembangan pendidikan Sumatera Utara karena daerah ini yang sarat dengan masyarakat pendidik di tingkat nasional, kaya dengan sumber daya manusia, syarat
dengan lembaga pendidikan dari berbagai tingkatan hanya dapat mencapai peringkat delapan http:www.waspada.co.idindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=11183 diakses pada
14 November 2011 pukul 16:30. Dengan ini sangat dibutuhkan peran pemerintah dalam melakukan pemerataan
pendidikan di daerah ini dengan cara membuat kebijakan dalam mensejahterakan rakyatnya di dunia pendidikan secara merata. Karena pemerataan pendidikan sangat penting dilakukan guna
untuk melancarkan aktifitas belajar mengajar masyarakat dalam menggali potensi-potensi yang ada di dunia pendidikan. Pemerataan tersebut dapat berupa menigkatkan daya tampung
penerimaan peserta didik, pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana lainnya serta
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan tenaga kerja guru ke berbagai daerah-daerah terpencil yang jauh dari jangkauan pemerintah agar seluruh masyarakat dapat memiliki pendidikan yang layak. Oleh karena itu
pemerintah telah membuat kebijakan yang diharapkan oleh masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan seluruh masyarakat di Indonesia.
Dalam hal ini dapat dilihat melalui pernyataan James E. Anderson yang bercerita tentang kebijakan publik. James E. Anderson mendefenisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang
ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah misalnya partai politik.
Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi, pertanian,
industri, pertahanan dan lain sebagainya Subarsono, 2005:2. Kebijakan dilaksanakan harus dengan kesepakatan bersama melalui permasalahan-permasalahan yang terjadi dan kebutuhan
masyarakat dengan tujuan untuk mensejahterakan warga negaranya. Hal ini berkenaan dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencanangkan pemerataan
pendidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah BOS untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat dan memiliki beberapa proses yang harus dilewati sehingga kebijakan
tersebut dapat terealisasikan tepat pada sasarannya. Menurut Michael Howlet dan Ramesh 1995:11 dalam Subarsono, 2005:13-14 menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri
dari lima tahapan sebagai berikut: 1.
Penyusunan agenda, yaitu suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Dalam proses ini, kebijakan muncul berdasarkan masalah-masalah yang
terjadi pada saat ini. Misalnya kebijakan Bantuan Operasional sekolah BOS muncul karena naiknya harga sembako dan meninggkatnya harga bahan bakar minyak di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia membuat perekonomian masyarakat semakin lemah sehingga tidak mampu membayar biaya pendidikan anak. Padahal pendidikan itu sangat penting bagi seluruh
masyarakat agar tidak tertinggal oleh zaman. 2.
Formulasi kebijakan, yaitu proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah. Disini menjelaskan bagaimana cara pemerintah memecahkan permasalahan kemiskinan
agar masyarakat mampu mengenyam pendidikan tanpa menambah beban ekonomi mereka. 3.
Pembuatan kebijakan, yaitu proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan. Pembuatan kebijakan dilakukan apabila
kebijakan tersebut benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi suatu pemecah permasalahan bagi pemerintah dalam mengurangi beban masyarakatnya. Misalnya
dikeluarkannya kebijakan progaram dana Bantuan Opersional Sekolah BOS guna untuk mengurangi biaya pendidikan bagi masyarakat miskin.
4. Implementasi kebijakan, yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai
hasil. Dalam pelaksaannya, pemerintah merealisasikan program dan Bantuan Operasional Sekolah BOS dengan harapan dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia.
5. Evaluasi kebijakan, yaitu proses untuk memonitor dan menilai hasil kinerja kebijakan.
Setelah kebijakan tersebut diimplementasikan, pemerintah mengevaluasi kebijakan tersebut dengan cara melakukan pengawasan serta menilai berhasil atau tidaknya kebijakan
tersebut. Dari proses kebijakan diatas maka pemerintah dapat merealisasikan kebijakan kepada
masyarakat. Dalam proses pembuatan kebijakan perlu juga melakukan pendekatan terhadap lingkungan. Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan tidak dapat dilepaskan dari
Universitas Sumatera Utara
pengruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan karena pengaruh lingkungan dan ditransformasikan ke dalam suatu sistem politik Subarsono, 2005:14. Kebijakan dibuat
berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan oleh DPR dan MPR sehingga kebijakan tidak lepas dari kendalinya. Begitu juga kebijakan publik yang telah dibuat dengan tujuan untuk
mengontrol pemerintah yang di fokuskan pada sektor pendidikan nasional dalam melaksakan amanat yang telah disepakati bersama.
Kebijakan yang dicanangkan pemerintah melalui program Bantuan Operasional Sekolah BOS telah memiliki berbagai macam hasil yang telah dicapai untuk meringankan beban
masyarakat terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdahulu, yang melihat berbagai keanekaragaman cara pemerintah maupun
sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Menurut Rusdianto 2011 dalam penelitiannya di kecamatan Bluluk kabupaten Lamongan, telah menemui berbagai perbedaan
dalam pelaksanaan program tersebut. “Dalam pengalokasian dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, sekolah masih banyak ditemui kelemahan-kelemahannya. Dimana prioritas
penggunaan dana di sekolah belum menunjukkan keberpihakannya terhadap sasaran yang menjadi target kebijakan, yaitu siswa miskin, sebagian besar dana Bantuan Operasional Sekolah
BOS masih tersedot pada anggaran belanja pegawai. Keberadaan RAPBS yang diterapkan sebagai fungsi kontrol dan acuan dalam penggunaan Bantuan Operasional Sekolah BOS
belum berjalan sebagaimana mestinya, RAPBS hanya sebatas formalitas bagi sekolah untuk mendapatkan dana BOS. Program BOS juga belum menunjukkan dampak yang progresif dalam
menekan laju angka putus sekolah, permasalahan murid putus sekolah ternyata bukan semata- mata karena biaya pendidikan yang membumbung tinggi”.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS belum sepenuhnya mengurangi
Universitas Sumatera Utara
tingkat putus sekolah di Indonesia, karena pemerintah belum matang dalam menyusun strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah masih saja berbicara tentang dana yang di
butuhkan sekolah-sekolah. Sekolah juga masih kebingungan untuk membagi waktu dan kebutuhan materi yang paling diprioritaskan demi berjalannya kegiatan belajar mengajar guru
dan siswa. Padahal sekolah harus berjalan secara bersamaan dalam melaksanakan program tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu pemikiran Robert K. Merton yaitu tentang fungsional, fungsi manifes nyata, fungsi laten tersembunyi, disfungsi, dan
nonfungsional dalam suatu sistem Ritzer Goodman, 2008:141. Bagi Robert K. Merton pendekatan fungsional bukanlah suatu teori komperehensif dan terpadu, melainkan suatu strategi
untuk analisa. Strategi ini merupakan suatu titik tolak dan memberikan suatu bimbingan, tetapi teori-teori taraf menengah yang dikembangkan dari titik tolak ini harus mampu berada dalam
kesatuannya sendiri yang didukung oleh data empiris yang sesuai Paul, 1990:146. Dari teori tersebut dapat diartikan bahwa setiap kebijakan yang dibuat pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan melalui pendidikan akan berjalan dengan teratur apabila strategi pengambilan kebijakan harus sesuai dengan sistematika pengawasan, kebutuhan sekolah maupun masyarakat,
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah masing-masing sehingga kebijakan yang dikeluarkan dalam mengentaskan kemiskinan dapat berfungsi. Maka sangat dibutuhkan
pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam melihat situasi masyarakat disuatu daerah tersebut.
Berlandaskan pemikiran Robert K. Merton mengenai fungsi kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS telah terbagi menjadi dua yaitu fungsi manifest dan fungsi latent.
Fungsi manifest dalam Bantuan Operasional Sekolah BOS sangat diinginkan oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang membutuhkan. Dengan kata lain, dana Bantuan Operasional Sekolah BOS yang diketahui masyarakat terutama peserta didik adalah memiliki pendidikan yang layak dan tidak di pungut
biaya sedikitpun kepada siswa. Sehingga dengan adanya dana Bantuan Operasional Sekolah BOS diharapakan agar siswa siswi memiliki mutu pendidikan yang sangat baik tanpa ada
hambatan berupa kurangnya biaya sekolah. Fungsi manifest dari dana Bantuan Operasional Sekolah BOS juga dapat diilihat pada
peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 37 tahun 2010 yang mengingat pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebenarnya sudah
mengamanatkan tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaan dan pembangunan pendidikan ini. Selain itu di dalam pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa “negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Dari pasal tersebut telah melatarbelakangi terselenggaranya pengalokasian dana Bantuan Operasional Sekolah BOS
yang dibuat oleh pemerintah. Berikut adalah fungsi manifest Bantuan Operasional Sekolah BOS yang berisikan tentang alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah BOS berdasarkan
peraturan menteri pendidikan nomor 37 tahun 2010 yang di tetapkan sebagai berikut:
1. Tim manajemen Bantuan Operasional Sekolah BOS kabupatenkota dengan koordinasi tim manajemen Bantuan Operasional Sekolah BOS provinsi menyerahkan data jumlah siswa tiap sekolah
kepada kementerian pendidikan nasional.
2. Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, kementerian pendidikan nasional membuat alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah BOS tiap kabupatenkota untuk selanjutnya dikirim ke kementerian
keuangan.
3. Kementerian keuangan menetapkan alokasi anggaran sementara per kabupatenkota melalui peraturan menteri keuangan.
4. Alokasi prognosa definitif Bantuan Operasional Sekolah BOS akan ditetapkan setelah kementerian keuangan menerima data rekonsiliasi mengenai jumlah sekolah da jumlah siswa tahun ajaran baru
2011-2012 dari kementerian pendidikan nasional.
Universitas Sumatera Utara
5. Alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh kementerian pendidikan nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui
pejabat pengelola keuangan daerah atas usulan dinas pendidikan kabupatenkota berdasarkan data jumlah siswa.
6. Alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah BOS per sekolah untuk periode Januari-Juni 2011 didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan periode Juli-Desember 2011 didasarkan
pada data tahun pelajaran 2011-2012.
Dari hasil kebijakan pemerintah dalam mencanangkan program dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, bahwa pemanfaatan atau pengguanaan dana Bantuan Operasional
Sekolah BOS harus berpedoman pada panduan pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah BOS tahun anggaran 2011. Penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS di
sekolah harus berdasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim manjemen Bantuan Operasional Sekolah BOS sekolah, dewan guru, dan komite sekolah. Dana Bantuan
Operasional Sekolah BOS harus di daftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKASRAPBS, disamping dana yang diperoleh dari pemerintah daerah atau sumber lain. Dari
seluruh dana Bantuan Operasional Sekolah BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah menggunakan dana tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pembelianpenggandaan buku teks pelajaran. Jenis buku yang dibelidigandakan untuk SMP sebanyak 2 macam buku yaitu a pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, dan b seni budaya dan
keterampilan. Jika buku dimaksud belum ada di sekolahbelum mencukupi sebanyak jumlah siswa, maka sekolah wajib membelimenggandakan sebanyak jumlah siswa. Jika jumlah buku telah terpenuhi
satu siswa satu buku, baik yang telah dibeli dari dana Bantuan Operasional Sekolah BOS maupun dari pemerintah daerah, maka sekolah tidak harus menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS
untuk pembelianpenggandaan buku tersebut. Selain daripada iu, dana Bantuan BOS juga boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya yang mecukupi sejumlah siswa;
2. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah
bebas pungutan, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lainnya yang
relevan;
3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, Usaha Kesehatan Sekolah
UKS dan sejenisnya misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam peajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswaguru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat
olahraga, alat kesenian dan biaya pendaftaran mengikuti lomba;
Universitas Sumatera Utara
4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa misalnya untuk fotocopypenggandaan soal, honor koreksi, ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor
siswa;
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koranmajalah pendidikan, minuman dan
makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor;
6. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan
jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset;
7. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubinkeramik dan perawatan fasilitas
sekolah lainnya;
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. 9. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKGMGMP dan KKSMKKS. Khusus untuk sekolah
yang memperoleh hibahblock grant pengembangan KKGMGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS untuk
peruntukan yang sama;
10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana yang
akan menjadi barang inventaris sekolah misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll;
11. Pembiayaan pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah BOS seperti alat tulis kantor ATK termasuk tinta printer, CD dan flash disk, penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka
penyusunan laporan Bantuan Operasional Sekolah BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana Bantuan Operasional Sekolah BOS di BankPT Pos;
12. Pembelian computer desktopwork station dan printer untuk kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran;
13. Bila seluruh komponen 1 sd 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari Bantuan Operasional Sekolah BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana Bantuan Operasional Sekolah BOS tersebut dapat
digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik, peralatan UKS dan mebeler sekolah.
Dalam penggunaannya yang sudah ditetapkan pemerintah diatas, terdapat larangan yang tidak diperbolehkan pemerintah sama sekali untuk menggunakan dana Bantuan Operasional
Sekolah tersebut. Adapun yang menjadi larangan dalam mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS tersebut adalah sebagai berikut.
1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan. 2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour karya wisata dan sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD kecamatankabupatenkotaprovinsipusat, atau pihak lainnya walaupun pihak sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sekolah hanya
diperbolehkan menanggung biaya untuk siswaguru yang ikut serta dalam kegaitan tersebut.
5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru. 6. Membeli pakaianseragam bagi gurusiswa untuk kepentingan pribadi bukan inventaris sekolah.
7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat. 8. Membangun gedungruangan baru.
9. Membeli bahanperalatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. 10. Menanamkan saham.
11. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuhwajar, misalnya guru kontrakguru bantu.
12. Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaanacara keagamaan.
13. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihansosialisasipendampingan terkait program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar dinas pendidikan provinsikabupatenkota dan kementerian
pendidikan nasional.
Dari penggunaannya sudah jelas tertera bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah BOS sudah ada upaya pemerintah dalam peningkatan fasilitas sekolah, guru dan juga siswanya dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Akan tetapi disisi lain, amanat yang jelas-jelas memiliki dasar untuk dijalankan sesuai dengan pernyataan diatas bahwasanya masih ada yang melakukan
tindak kecurangan dalam mengalokasikan diberikan pemerintah. Misalnya saja penyalahgunaan yang sudah jelas tidak diperbolehkan untuk penggunaan dana dalam kegiatan diatas. Sehingga
terjadi disfungsi yaitu mengalami sebuah krisis pengetahuan karena telah membuat struktur dan sistem pendidikan kehilangan fungsinya.
Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Robert K. Merton dalam Paul, 1990:153 tentang disfungsi laten atau masalah yang muncul dari tindakan manusia, banyak fungsi positif
yang menguntungkan masyarakat atau diri seseorang sebagai individu berupa hasil produk sampingan yang tidak dimaksudkan dari tindakan-tindakan yang diarahkan pada tujuan-tujuan
lain. Dengan kata lain bahwa fungsi kebijakan disalahgunakan oleh sistem dalam mencari
Universitas Sumatera Utara
keuntungan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah BOS. Dari peraturan menteri pendidikan Republik Indonesia nomor 37 tahun 2010 sudah terlihat jelas bahwa kebijakan yang
akan direalisasikan oleh pemerintah kepada sekolah dan siswanya namun terjadi penyelewengan serta kurangnya pengawasan dalam mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS
yang dilakukan oleh oknum pendidikan yang tidak bertanggung jawab. Selain itu masih ada infrastruktur sekolah yang tidak layak pakai, masih ada beban siswa dalam pembelian buku
pelajaran, gaji para honorer yang tersendat, dan dana khusus untuk siswa kurang mampu dipotong oleh pihak sekolah tanpa ada alasan yang jelas.
Hal seperti inilah yang dinamakan disfungsi laten yaitu fungsi yang diharapkan masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak telah beralih fungsi menjadi
kerugian dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang disalahgunakan oleh oknum yang terdapat di instansi pendidikan. Karena telah terjadi ketidakmerataannya
pengalokasian dana Bantuan Operasional Sekolah BOS dari pemerintah maupun pihak sekolah terutama untuk siswa kurang mampu yang seharusnya memiliki bantuan secara eksklusif berupa
uang transportasi tetapi kurang terealisasikan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan pihak sekolah belum mampu menjalankan amanah yang sudah tertera pada peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan nomor 37 tahun 2010 dalam mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS dengan baik. Hadirnya kebijakan dalam program Bantuan
Operasional Sekolah BOS yang tujuannya sebagai pemerataan pendidikan dianggap positif dalam kehidupan masyarakat. Tetapi kebijakan tersebut tidak semua dipandang positif bahkan
kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bisa dianggap negatif apabila kebijakan tersebut digunakan sebagai alat untuk mencari keuntungan pribadi bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Masyarakat memandang negatif karena merasa telah dirugikan dan tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuai lagi dengan apa yang dijanjikan oleh pemerintah. Misalanya tidak adanya bantuan yang di khususkan untuk siswa kurang mampu dan kurang tepatnya sasaran pihak sekolah dalam
memberikan dana bantuan kepada siswa yang sebenarnya tidak layak mendapatkan dana khusus
untuk siswa kurang mampu.
Sedangkan fungsi latennya merupakan fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak diketahui perubahannya mengenai kebijakan Bantuan Operasional Sekolah BOS yang dapat
dilihat dari pengaruh dana Bantuan Operasional Sekolah BOS terhadap minat belajar dan prestasi siswa. Pada awalnya kebijakan ini hanya terlihat sebatas kebutuhan materi yang menjadi
suatu wadah untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar di sekolah, tetapi disatu sisi telah memiliki pengaruh terhadap perkembangan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dinetralisir dengan cara meningkatkan fasilitas infrastruktur yang baik dan kebutuhan sekolah yang cukup lengkap demi membatu meningkatkan mutu pendidikan siswa
terutama bagi siswa kurang mampunya. Selain itu Merton juga mengemukakan konsep nonfungsional yaitu sebagai akibat-akibat
yang sama sekali tidak relevan dengan sistem yang sedang diperhatikan Ritzer Goodman, 2008:140. Kebijakan Bantuan Operasioanal Sekolah BOS dilihat berfungsi apabila seluruh
sistem dan struktur sosial yang di dalamnya berjalan sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Akan tetapi ketika sudah terjadi kesalahan yang bersifat nonfungsional di dalam sistem berarti
salah satu sistem tidak berjalan karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi dalam lembaga pendidikan maupun masyarakatnya. Misalnya ketika dana Bantuan Operasional Sekolah BOS
merugikan sekolah-sekolah yang dikarenakan terbatasnya dana yang diberikan membuat pihak sekolah kewalahan dalam mengatur dana yang dialokasikan pemerintah sementara kebutuhan
sekolah setiap saat bertambah mengikuti perkembangan pendidikan bagi peserta didiknya. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu sebagian pihak sekolah memandang bahwa dengan adanya dana Bantuan Operasional Sekolah BOS dapat merugikan mereka. Karena tidak adanya dana cadangan dalam menutupi
segala kebutuhan sekolah, misalnya penambahan guru honor yang disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar yang ada di sekolah sehingga secara otomatis kebutuhan sekolah akan
bertambah untuk menggaji guru honor tersebut sedangkan jatah yang diberikan pemerintah masih sesuai dengan jumlah siswanya maka kegiatan belajar mengajar pun dibatasi dengan
kuantitas tenaga pengajar yang cukup minim.
2.2. Fungsi Pendidikan Sebagai Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan bukan lagi sekedar masalah kesenjangan pendapatan, tetapi lebih kompleks lagi menyangkut ketidakberdayaan, ketiadaan pengetahuan dan keterampilan, serta kelangkaan
akses pada modal dan sumber daya. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara lain pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses
terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sedangkan hak-hak dasar yang diakui secara umum adalah terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekeraan dan hal-hal untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik Djantika, 2009:3. Fungsi pendidikan dalam pengentasan kemiskinan dapat dilihat melalui pendekatan
ekonomis yang melihat masalah pendidikan sebagai sarana untuk peningkatan produktifitas. Menurut perspektif Amartya Sen dan Jeffrey Sachs dalam Djantika, 2009:4 menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pengentasan kemiskinan melalui pendidikan yang dibutuhkan adalah kemerdekaan dalam pengembangan pribadi manusia. Proses memenjarakan kemerdekaan pribadi atau tidak
mengembangkan kemampuan seseorang tentunya tidak dapat diharapkan untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan. Selain itu penuntasan kemiskinan bukan hanya dapat dicapai
melalui pengembangan satu sektor tertentu saja tetapi berbagai sektor penting yang berkenaan dengan kepentingan seluruh masyarakat. Salah satu program pentingnya adalah pendidikan serta
pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Dengan pendidikan yang baik, setiap orang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, mempnyai pilihan untuk mendapatkan
pekerjaan menjadi lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan demikian pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan menghilangkan masalah sosial, untuk
kemudian meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
2.3. Fungsi Pendidikan Sebagai Mobilitas Sosial