25. Penyelenggaraan Pembiayan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan 26. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan Masyarakat Rentan
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupatenkota.
2.2 Faktor Sosiodemografi
Sosiodemografi adalah suatu cabang ilmu yang mengkombinasikan ilmu sosial dan ilmu demografi. Sosiodemografi adalah suatu karakteristik seorang
individu ataupun sekumpulan individu. Sosiodemografi terdiri dari umur, ras, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan dan status pernikahan Census Bureau, U.S, 2003.
Secara sosiodemografi penduduk Kabupaten Simalungun terdiri dari 817.720 jiwa. Jumlah penduduk tersebut 407.838 jiwa laki-laki dan 409.882 jiwa perempuan
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 143.026 KK. Untuk tingkat pendidikan yang pernah ditamatkan oleh penduduk Kab. Simalungun adalah sebagai berikut:
tidakbelum pernah sekolah adalah 6,31; tidakbelum tamat SD adalah 52,01; Tamat SD adalah 19,90; tamat SMP adalah 10,75; tamat SMA adalah 8,79;
tamat Diploma adalah 1,29 dan tamat universitas adalah 0,94. Pekerjaan penduduk terbanyak adalah pada sektor pertanian disusul industri dan jasa.
Adapun jumlah penduduk yang ditanggung yaitu pada kelompok umur 0-14 dan diatas 60 tahun adalah sebesar 328.971 jiwa dan jumlah penduduk yang produktif
sebesar 488.749 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Faktor Sosiopsikologi
Sosiopsikologi adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial seperti situasi kelompok,
situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayaannya.
Menurut Taylor, et al sosiopsikologi adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir, memengaruhi dan berhubungan dengan orang lain. Prinsip
sosiopsikologi membantu kita memahami berbagai macam isu penting seperti cara mempromosikan gaya hidup sehat, bahaya merokok.
Menurut Notoatmodjo 2003, faktor sosiopsikologi terdiri dari pengetahuan, sikap, penilaian tentang sesuatu hal, persepsi dan kepercayaan masyarakat termasuk
persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter. Sikap seseorang menilai unit pelayanan kesehatan berasal dari proses evaluasi
dalam dirinya yang memberi kesimpulan nilai dalam bentuk baikburuk, positifnegatif, menyenangkantidak dimana kesemuanya ini dibentuk dari
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain dan emosi sehingga pada akhirnya akan memengaruhi keputusannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Kepercayaan sering diperoleh dari pengalaman orang tua, kakeknenek, atau orang yang bisa dipercaya. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa ada pembuktian terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan, wanita hamil tidak boleh
duduk di depan pintu, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Persepsi
Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan Atkinson, 1991. Chaplin 1999 memandang persepsi
sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan
pengamatan selektif. Di dalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek atau kejadian.
Menurut Zastrow, et al 2004, persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu
objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda- beda oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas
atau tidak oleh adanya pelayanan. Persepsi dapat memengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri
seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi, sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap
informasi tersebut Prawiradilaga dan Eveline, 2004. Taylor, et al menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang mengelola semua
informasi yang tersedia untuk membentuk kesan kita tentang seseorang atau sesuatu hal termasuk membuat penilaian tentang kepribadian atau menyusun hipotesis tentang
jenis seseorang atau sesuatu. Ada enam prinsip yang membentuk persepsi menurut Taylor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Orang membentuk kesan tentang seseorangsesuatu hal dengan cepat berdasarkan informasi minimal dan kemudian menyebut ciri-ciri umum dari
seseorang atau sesuatu hal tersebut. 2. Orang memberi perhatian khusus pada ciri yang paling menonjol darri
seseorang atau sesuatu hal, bukan memerhatikan seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan kualitas yang membuat seseorang atau sesuatu berbeda.
3. Dalam memproses informasi tentang orang lain kita akan memberi makna yang koheren pada perilaku mereka. Kita, sampai tingkat tertentu,
menggunakan konteks perilaku orang lain untuk menyimpulkan makna perilaku, mereka, bukan mengiterpretasikan perilaku secara terpisah.
4. Kita menata persepsi kita dengan mengorganisasikan atau mengelompokkan stimuli. Alih-alih melihat setiap orang sebagi individu tersendiri, kita
cenderung memandang seseorang atau sesuatu sebagai anggota suatu kelompok. Misalnya orang yang berbaju putih kita anggap sebagai dokter,
meskipun belum tentu seseorang tersebut adalah seorang dokter. 5. Kita menggunakan struktur kognitif kita untuk memahami perilaku orang lain.
Untuk mengidentifikasi wanita sebagai dokter, kita menggunakan informasi tentang dokter secara lebih umum ketimbang menarik kesimpulan dari atribut
perempuan itu dan makna perilakunya. 6. Kebutuhan pihak yang memahami dan tujuan personal juga akan
memengaruhi bagaimana dia memandang orang lain. Misalnya, kesan tentang
Universitas Sumatera Utara
seseorang yang ditemui hanya sekali akan berbeda dengan kesan terhadap teman karib.
Menurut Notoatmodjo 2003, persepsi adalah konsep yang dimiliki seseorang tentang orang lain atau sesuatu hal. Misalnya persepsi seseorang tentang
sehat dan sakit. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang sehat dan sakit.
2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang baik dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan Azwar, 1995.
Kualitas pelayanan kesehatan memiliki multidimensi, yaitu kualitas menurut pemakai jasa pelayanan kesehatan pasien dan keluarganya, menurut penyelenggara
pelayanan kesehatan pihak institusi dan petugas pemberi pelayanan kesehatan serta menurut penyandang dana penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut Pohan,
2006.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kualitas dari ketiga pihak tersebut adalah: a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas terutama berhubungan dengan
ketanggapan dan kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, komunikasi petugas dengan pasien, sikap ramah, rendah hati dan kesungguhan.
b. Bagi pihak institusi penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya petugas pemberi pelayanan, mutu pelayanan yang terkait dengan pemakaian
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, juga berhubungan dengan otononomi profesi dokter dan perawat serta profesi lain yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di puskesmas. c. Dari segi pembiayaan, kualitas pelayanan terkait dengan efisiensi pemakaian
sumber daya serta kewajaran pembiayaan kesehatan. Menurut Zeithaml, Berry, dan Parasuraman 1996, ada lima dimensi kualitas
pelayanan yang merupakan indikator ukuran kepuasan seseorang sehingga mau memanfaatkan fasilitas kesehatan, yaitu:
1. Reliability keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang terpercaya dan akurat
2. Responsiveness daya tanggap, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan tanggap
terhadap keinginan konsumen. 3. Assurance jaminan, meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan terhadap
produk jasa secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan
Universitas Sumatera Utara
dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang
ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
4. Emphaty empati, yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian secara individual yang diberikan pegawai kepada pelanggan guna memahami keinginan konsumen.
5. Tangibles bukti langsung, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
Dari beberapa pakar mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang, dapat dirangkum ada 9 sembilan dimensi mutu, yaitu:
1. Manfaat: pelayanan kesehatan yang diberikan menunjukan manfaat dan hasil yang diinginkan
2. Ketepatan: pelayanan kesehatan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan standar keprofesian
3. Ketersediaan: pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tersedia 4. Keterjangkauan: pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dicapai dan mampu
dibiayai pasien 5. Kenyamanan: pelayanan kesehatan dalam suasana yang nyaman
6. Hubungan interpersonal: pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang baik
Universitas Sumatera Utara
7. Waktu: pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian
8. Kesinambungan: pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu
ditindaklanjuti, ibu hamil yang sudah mendapatkan pemeriksaan pertama K1 perlu ditindaklanjuti untuk pemeriksaan selanjutnya
9. Legitimasi dan akuntabilitas: pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum. Sulaeman,
2009 Untuk dapat meningkatkan jumlah pasien puskesmas diharapkan mampu
memberi pelayanan yang bermutu. Mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan dan merekomendasikan
pelayanan kesehatan tersebut pada orang di sekitarnya. Kepuasan konsumen dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen ditinjau dari kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah dirasakan. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dengan mutu yang baik dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Dalam rangka meningkatkan
kunjungan pasien ke puskesmas maka puskesmas harus mampu menampilkan dan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu sehingga mampu
memberikan kepuasan pasien.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kasl dan Cobb di dalam Muzaham 1995 ada tiga alasan pokok seseorang terlibat dengan kegiatan medis dan pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan perilaku sehat
2. Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan perilaku sakit
3. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakitnya tidak bertambah parah peran
sakit - sick role behavior Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberi pelayanan. McKinlay dalam Muzaham 1995 telah mengidentifikasikan lima pendekatan utama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: sudut
ekonomi, sosiodemografi, sosiopsikologi, sosial budaya, dan organisasional. Beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan
menurut Dever 1984 antara lain: 1. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan
Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan atau provider ini terutama dalam hal karakteristik pemberi pelayanan. Karakteristik pemberi pelayanan
kesehatan meliputi perilaku dan kemampuan dokter, petugas kesehatan atau petugas non kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
pasien. Lingkungan kerja di tempat dokter bekerja juga memengaruhi aktifitas profesional mereka yang pada akhirnya akan membentuk sikap, norma dan peraturan
Universitas Sumatera Utara
yang memengaruhi perilaku mereka. Begitu juga dengan jumlah dan jenis tenaga kesehatan tambahan, pekerja lain, peralatan dan penggunaan peralatan yang inovatif
juga memengaruhi perilaku mereka. Dengan kata lain bahwa karakteristik ini terdiri dari sikap dan keterampilan petugas pelayanan kesehatan Dever, 1984.
2. Faktor Sosiokultural sosial budaya Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai
sosial yang ada di masyarakat. a. Teknologi
Dengan adanya perkembangan yang telah dicapai dalam bidang teknologi kedokteran terutama setelah penemuan antibiotika, kemajuan dalam bidang
pencegahan penyakit, serta peningkatan usaha-usaha yang bertujuan memperbaiki standar kehidupan, maka ancaman beberapa penyakit menular seperti cacar, difteri
sekarang sudah jarang ditemukan. Pola penyakit yang berubah sedikit banyak juga memengaruhi pola masyarakat dalam mencari pertolongan medis atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berkunjung ke fasilitas kesehatan bukan lagi semata-mata karena takut mati melainkan karena ingin agar pekerjaannya sehari-hari
tidak terganggu, atau ingin mengembangkan kemampuan fisik dan dan intelektual seoptimal mungkin
b. Nilai-nilai Sosial yang ada di masyarakat Norma, nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi
seseorang dalam bertindak termasuk dalam memanfaaatkan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses
yang memengaruhi proses pelayanan kesehatan interaksi antara pasien dan penyedia pelayanan kesehatan yang meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses
sosial serta proses pelayanan kesehatan. a. Ketersediaan sumber daya
Ketersediaan disini mengacu kepada jumlah dan jenis sumber daya yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
b. Akses geografi Yang dimaksud dengan akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang
memengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh yang harus dikorbankan pengguna
pelayanan kesehatan untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan. c. Akses sosial
Akses sosial terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Dapat diterima mengarah ke faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya
sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Penchansky dan Thomas mendefinisikan dapat diterima sebagai hubungan antara pengguna jasa dengan sikap
dan karakteristik petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
d. Karakteristik struktur dan proses perawatan Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan
pembiayaan yang cukup untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan gedung maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional. Pembiayaan
Puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan pendapatan puskesmas serta sumber- sumber lain seperti askes dan jamkesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan
kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Depkes, 2005.
4. Faktor yang berhubungan dengan konsumen Seseorang akan bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,
apabila ia merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah
merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan perceived need dan diagnosa klinis evaluated
need. Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh: a. Faktor sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,
status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi pendidikan, pekerjaan, penghasilan.
b. Faktor sosiopsikologis yang terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku seseorang dalam pencarian pelayanan kesehatan terutama dengan persepsi individu
atau masyarakat tentang sehat-sakit. Orang yang berpenyakit having a disease dan orang yang sakit having a illness adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalah
suatu kondisi patologis yang objektif, sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit. Dua orang atau lebih secara patologis menderita
suatu jenis penyakit yang sama. Bisa jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari yang lain, dan bahkan orang yang satunya lagi tidak merasa sakit. Hal ini disebabkan
karena evaluasi atau persepsi mereka yang berbeda tentang sakit. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak
merasakan sakit disease but no illness sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka timbul berbagai macam perilaku dan usaha termasuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo 2003 respons seseorang apabila mengalami sakit adalah sebagai berikut:
1. Tidak bertindak apa-apa no action Alasan seseorang tidak melakukan apa-apa antara lain bahwa kondisi yang
demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya
akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang masyarakat lebih memprioritaskan tugas atau pekerjaan lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Alasan
Universitas Sumatera Utara
lain yang sering terdengar sehingga sesesorang tidak melakukan apa-apa terhadap penyakitnya adalah fasilitas kesehatan yang jauh letaknya, petugas kesehatan tidak
simpatik, judes, tidak simpatik, pelayanan yang terlalu lama dan lain sebagainya. 2. Tindakan mengobati sendiri self treatment
Alasan yang sering timbul sehingga melakukan pengobatan sendiri antara lain masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian
pengobatan keluar tidak diperlukan. 3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional traditional
remedy Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih
menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya
daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat daripada hal-hal yang
dianggapnya masih asing. Misalnya dukun beranak dan pengobatan yang lahir dari kebudayaan masyarakat lebih dekat pada kebudayaan masyarakat sehingga lebih
mudah diterima daripada dokter, bidan dan perawat yang masih asing bagi mereka begitu juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatannya pun masih asing bagi
kebudayaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke warung-warung obat chemist shop dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu
Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar dikontrol. Namun demikian sampai sejauh ini
pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan bukan hanya untuk
pencegahan saja makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.
5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan ke dalam
balai pengobatan, Puskesmas, dan rumah sakit. 6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
dokter praktek private medicine Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain menurut
Rosenstock yang dikutip oleh Anderson 1974, ada empat kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: kepekaan seseorang terhadap penyakit,
persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit, persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelayanan kesehatan dan persepsi
seseorang terhadap hambatan-hambatan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Donnabedian dalam Dever, pemanfaatan pelayanan kesehatan
merupakan interaksi antara konsumen dan pemberi pelayanan yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural meliputi teknologi, norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat,
Universitas Sumatera Utara
faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial dan karakteristik struktur dan proses perawatan, faktor yang berhubungan dengan
konsumen meliputi sosiodemografis, akses sosial, dan karakteristik struktur dan proses perawatan, dan faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan meliputi
sosioekonomi dan karakteristik pemberi pelayanan.
2.5 Landasan Teori