Jenis Penelitian Analisis Multivariat Kesimpulan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat “explanatory research” penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

faktor sosiodemografi umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan, faktor sosiopsikologi persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter dan pelayanan kesehatan kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan terhadap pemanfaatan puskesmas oleh penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun, adapun pemilihan puskesmas tersebut berdasarkan cakupan kunjungan yang rendah dan berada di bawah target SPM yaitu 15 selama tiga tahun berturut-turut dan cakupan pelayanan kesehatannya masih berada di bawah target SPM dengan objek penelitian pada kepala keluarga atau salah satu anggota rumah tangga yang dianggap paling mengetahui dan mewakili jawaban untuk rumah tangga yang bersangkutan yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan terhitung dari bulan maret sampai dengan juni 2012. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun sebanyak 3687 KK pada tahun 2011.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian. Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Rahkmat 1998, sebagai berikut: N 3687 n = = = 97,36 100 N.d² + 1 3687 0,1² + 1 Dimana : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel d = Jumlah Presisi yang ditetapkan 10 Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 KK yang akan diambil dengan cara proporsional random sampling. Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing wilayah kerja Puskesmas, menurut Prasetyo 2005 digunakan rumus: ������ = �������� ����� �������� � ����� ������ Maka sampel pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Jumlah Sampel Menurut Desa No. Kecamatan Perhitungan Jumlah Sampel 1. Desa Raja Maligas I 5733687 x 100 16 2. Desa Raja Maligas II 5733687 x 100 16 3. 4. 5. Desa Bahal Batu Desa Silakkidir Desa Dolok Sinumbah 5453687 x 100 7833687 x 100 12133687 x 100 15 21 32 TOTAL 100 Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa maka selanjutnya dilakukan pemilihan sampel dengan cara simple random sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap desa. Adapun syarat yang ditentukan adalah responden yang bisa berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan oleh tenaga pengumpul data intervewersurveyor dan agar data yang diperoleh lebih akurat maka tenaga pengumpul data lebih dahulu dilatih cara pengambilan data yang sesuai dengan fakta. Berdasarkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil dinas kesehatan Kabupaten Simalungun, buku register pasien tahun 2011 yang ada di Puskesmas Raja Maligas, dan data penduduk Raja Maligas.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan terlebih dahulu dilakukan sebelum dilakukan pengumpulan data primer agar kuesioner layak digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 30 KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Perdagangan dengan alasan puskesmas tersebut juga memiliki ciri yang sama dengan puskesmas yang akan diteliti yaitu sama-sama memiliki tingkat kunjungan yang rendah. a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang Universitas Sumatera Utara merupakan jumlah skor setiap pertanyaan Singarimbun, 1995. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment Corelation r, dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi r 0,3 maka variabel tersebut dikatakan valid. 1. Uji Validitas Variabel Sosiodemografi Hasil uji validitas variabel sosiodemografi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sosiodemografi valid. 2. Uji Validitas Variabel Sosiopsikologi Hasil uji validitas variabel sosiopsikologi persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sosiopsikologi valid. 3. Uji Validitas Variabel Pelayanan Kesehatan Hasil uji validitas variabel pelayanan kesehatan kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pelayanan kesehatan valid. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah isilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih Universitas Sumatera Utara terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu Singarimbun, 1995. Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabititas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji memberikan nilai alpha cronbach 0,60, maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas variabel bebas faktor sosiodemografi, sosiopsikologi dan pelayanan kesehatan diperoleh bahwa seluruh variabel bebas mempunyai nilai r alpha cronbach 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel bebas dikatakan reliabel. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah faktor ciri demografi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan, faktor sosiopsikologi persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis dan pelayanan kesehatan kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Umur adalah lamanya waktu hidup responden berdasarkan ulang tahun terakhir 2. Jenis kelamin adalah ciri biologis yang melekat pada diri responden 3. Status perkawinan adalah status pernikahan yang dimiliki responden 4. Jumlah keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden 5. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti responden dan mendapat ijazah 6. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menjadi mata pencarian responden 7. Persepsi terhadap penyakit adalah segala sesuatu yang menyangkut persepsi responden yang meliputi pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit 8. Kepercayaan terhadap pelayanan medis adalah keyakinan responden terhadap manfaat yang diharapkan dari pengobatan yang dilakukan di puskesmas 9. Kecepatan pelayanan adalah lamanya waktu responden mendapatkan pelayanan kesehatan mulai dari pasien datang sampai mendapat pelayanan awal 10. Pelayanan personil adalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis berdasarkan keramahtamahan dan daya tanggap terhadap kebutuhan pasien Universitas Sumatera Utara 11. Ketersediaan pelayanan adalah persepsi pasien terhadap kelengkapan fasilitas, pelayanan dan peralatan di puskesmas 12. Biaya pelayanan adalah tanggapan pasien mengenai jumlah uang yang dikeluarkan untuk pelayanan di puskesmas. 13. Pemanfaatan puskesmas adalah keputusan yang dibuat responden atau anggota keluarga responden untuk memanfaatkan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. 3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Pengukuran variabel bebas Pengukuran variabel bebas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas Variabel Pertanyaan Kategori Bobot Nilai Hasil Pengukuran Skala Ukur 1.Umur Umur Kuesioner 1. Dewasa dini 2. Dewasa madia 3. Dewasa lanjut 1. 18-40 2. 41-60 3. 60 Interval 2.Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kuesioner

1. Laki-laki 2. Perempuan

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal 3.Status Perkawinan Status perkawinan Kuesioner 1. DudaJanda 2. Kawin 1.DudaJanda 2.Kawin Nominal 4.Jumlah Keluarga Jumlah keluarga Kuesioner 1. 5 orang 2. ≤ 5 orang 1. Banyak 2. Sedikit Ordinal 5.Tingkat Pendidikan Pendidikan terakhir Kuesioner 1. SD 2. SMP 3. SLTA 4. PT 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Ordinal Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Lanjutan 6. Pekerjaan Pekerjaan Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja 1. PNS swasta petani 2. Ibu rumah tangga Pengangguran Nominal 7. Persepsi thp Penyakit 1 – 2 2 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 1 2 3 4 ≤Median :Kurang Baik Median :Baik Ordinal 3 – 4 2 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 4 3 2 1 8. Kepercayaan thp Pelayanan Medis 1 – 6 6 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 4 3 2 1 ≤Median :Kurang Baik Median :Baik Ordinal 7 1 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 1 2 3 4 9. Kecepatan Pelayanan 6 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 4 3 2 1 ≤Median :Kurang Baik Median :Baik Ordinal 10. Pelayanan Personil 18 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju 4 3 2 1 ≤Median :Kurang Baik Median : Baik Ordinal 11. Ketersedia an Pelayanan 10 1. Sangat Lengkap 2. Lengkap 3. Tdk Lengkap 4. Sgt Tdk Lengkap 4 3 2 1 ≤Median :Kurang Baik Median :Baik Ordinal 12. Biaya Pelayanan 3 1.SangatSetuju 2. Setuju 3.Tidak Setuju 4.Sgt Tdk Setuju 1 2 3 4 ≤Median : Mahal Median : Murah Ordinal Universitas Sumatera Utara

3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat pada penelitian ini adalah mengukur variabel pemanfaatan Puskesmas. Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Terikat Variabel Perta nyaan Alternatif Jawaban Bobo t Nilai Kategori Hasil Pengukuran Skala Ukur Pemanfaatan Puskesmas 1 Ya Tidak 1 a. Memanfaatkan b. Tidak Memanfaatkan 1: Memanfaatkan 0: Tdk Memanfaatkan Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini mencakup: a. Analisis Univariat, yaitu analisis variabel bebas untuk mengetahui distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya. b. Analisis Bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, untuk mengetahui hubungan antara faktor demografi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan, faktor sosiopsikologi persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter dan pelayanan kesehatan kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara c. Analisis Multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk menganalisis variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Demografis Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Puskesmas Raja Maligas berada di wilayah kerja Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Kecamatan Hutabayu Raja terletak kurang lebih 70 km dari ibukota kabupaten yaitu Pamatang Raya. Pada Kecamatan Hutabayu Raja terdapat 2 puskesmas yaitu Puskesmas Hutabayu Raja yang terletak di ibukota kecamatan dan Puskesmas Raja Maligas yang terletak kurang lebih 7 km dari ibukota kecamatan. Luas wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas kurang lebih 42 km² yang terdiri dari lima desa yaitu desa Silakkidir, desa Raja Maligas I, desa Raja Maligas II, desa Bahal Batu, dan desa Dolok Sinumbah. Puskesmas Raja Maligas memiliki jumlah penduduk 12.220 jiwa pada tahun 2011 dengan jumlah laki-laki sebanyak 5615 jiwa dan jumlah perempuan 6110 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 3687 KK yang tersebar di masing-masing desa dengan perincian sebagai berikut: desa Raja Maligas I sebanyak 573 KK, desa Raja Maligas II sebanyak 573 KK, desa Bahal Batu sebanyak 545 KK, desa Silakkidir sebanyak 783 KK dan desa Dolok Sinumbah sebanyak 1213 KK. Mata pencaharian penduduk mayoritas bertani, PNS, karyawan perkebunan, pedagang dan pekerjaan tidak tetap, seperti terlihat pada tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Menurut Desa No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK 1. Desa Raja Maligas I 2.162 573 2. Desa Raja Maligas II 2.301 573 3. Desa Bahal Batu 2.023 545 4. Desa Silakkidir 2.898 783 5. Desa Dolok Sinumbah 2.836 1213 Total 12.220 3687 Batas-batas wilayah puskesmas Raja Maligas, yaitu: 1. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Bosar Maligas 2. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Bosar Maligas 3. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Jawamaraja 4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Tanah Jawa.

4.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Raja Maligas

Puskesmas Raja Maligas didirikan pada tahun 1982. Sarana kesehatan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas yang terdiri dari puskesmas induk, puskesmas pembantu, pos kesehatan desa poskesdes, klinik perkebunan, balai pengobatan swasta, toko obat, praktik dokter, praktik bidan, praktik perawat seperti terlihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Maligas No Sarana Kesehatan Jumlah 1. Puskesmas Induk 1 unit 2. Puskesmas Pembantu 2 unit 3. Pos Kesehatan Desa 1 unit 4. Klinik Perkebunan Swasta 1 unit 5. Balai Pengobatan Swasta 4 unit Universitas Sumatera Utara 6. Toko Obat 3 unit 7. Praktik Dokter 1 unit 8. Praktik Bidan 5 unit 9. Praktik Perawat 6 unit Sarana pendukung kesehatan wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas adalah sebagai berikut : 1. Posyandu : 22 unit 2. Kader posyandu : 240 orang Puskesmas Raja Maligas dalam menjalankan semua program didukung oleh berbagai fasilitas yang meliputi gedung puskesmas permanen, sumber daya manusia, obat-obatan, alat-alat kesehatan, administrasi, imunisasi dan sumber keuangan. Puskesmas Raja Maligas memiliki fasilitas gedung yang terdiri dari beberapa ruangan seperti terlihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Fasilitas Gedung di Puskesmas Raja Maligas No. Ruangan Jumlah 1. Poliklinik Umum 1 buah 2. Poliklinik Gigi 1 buah 3. Ruang KIAKB 1 buah 4. Apotek 1 buah 5. Gudang Obat 1 buah 6. Ruang Administrasi dan TU 1 buah 7. Ruang Kartu 1 buah 8. Ruang Tunggu dan Ruang Rapat 1 buah 9. Ruang Gizi 1 buah 10. Ruang Dokter 1 buah 11. Laboratorium dan Imunisasi 1 buah 12. Kamar Mandi 1 buah Total 12 buah Universitas Sumatera Utara Tenaga medis non medis di Puskesmas Raja Maligas jumlahnya 17 orang, yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, dan petugas TU seperti terlihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Medis Non Medis di Puskesmas Raja Maligas No Jenis Tenaga Medis Non Medis Jumlah 1. Dokter umum 1 orang 2. Dokter gigi 1 orang 3. Bidan 8 orang 4. Perawat 6 orang 5. Perawat gigi - 6. Asisten apoteker - 7. Gizi - 8. Kesehatan lingkungan - 9. Analis - 10. SKM - 11. Tata usaha - Total 16 orang 4.2 Gambaran Sosiodemografi, Sosiopsikologi, Pelayanan Kesehatan dan Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Variabel independen dalam penelitian ini meliputi sosiodemografi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, sosiopsikologi persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis, dan pelayanan kesehatan kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan.

4.2.1 Sosiodemografi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 41 - 60 tahun sebanyak 51, responden berumur 18 - 40 tahun sebanyak 38 dan responden Universitas Sumatera Utara berumur 60 tahun sebanyak 11. Jumlah responden perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda yaitu 51 perempuan dan 49 laki-laki. Status perkawinan responden terbanyak adalah kawin 87 dan duda janda sebanyak 13. Jumlah keluarga responden dengan jumlah banyak dan sedikit juga tidak jauh berbeda yaitu responden yang memiliki jumlah keluarga yang banyak 5 orang sebanyak 52 dan sedikit ≤5 orang sebanyak 48. Tingkat pendidikan setingkat SMP dan SMA adalah tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan responden yaitu 55, disusul setingkat SD sebesar 29 dan Perguruan Tinggi 16. Responden paling banyak bekerja bertani, PNS,pedagang dan karyawan perkebunan yaitu sebanyak 70 dan yang tidak bekerja pekerjaan tidak tetap, ibu rumah tangga sebesar 30, terlihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosiodemografi Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Jumlah Keluarga, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Responden No Sosiodemografi Jumlah Persen 1 Umur 18 - 40 tahun Dewasa dini 38 38 41 - 60 tahun Dewasa madia 51 51 60 tahun Dewasa lanjut 11 11 Total 100 100 2 Jenis Kelamin Perempuan 51 51 Laki-laki 49 49 Total 100 100 3 Status Perkawinan Kawin 87 87 DudaJanda 13 13 Total 100 100 4 Jumlah Keluarga Universitas Sumatera Utara Banyak 5 orang 52 52 Sedikit ≤5 orang 48 48 Total 100 100 5 Tingkat Pendidikan SD Rendah 29 29 SMPSLTA Sedang 55 55 Perguruan Tinggi Tinggi 16 16 Total 100 100 6 Pekerjaan Bekerja 70 70 Tidak Bekerja 30 30 Total 100 100

4.2.2 Sosiopsikologi

Hasil penelitian terhadap karakteristik sosiopsikologi terdiri dari persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis. 4.2.2.1 Persepsi terhadap Penyakit Hasil penelitian terhadap persepsi responden terhadap penyakit, sebanyak 69 responden sangat setuju untuk segera mencari informasi dan pertolongan dokter tenaga medis bila mengalami gejala sakit. Sebanyak 70 setuju untuk tetap bekerja jika menderita gejala sakit. Sebanyak 49 tidak setuju bahwa penyakit akan bertambah parah apabila dibiarkan tanpa pengobatan. Sebanyak 42 sangat setuju mereka rentan terhadap penyakit. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi terhadap Penyakit No Persepsi terhadap Penyakit Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1 Persepsi untuk segera mencari informasi dan pertolongan medis 69 69 7 7 21 21 3 3 100 100 Universitas Sumatera Utara 2 Persepsi untuk tetap pergi bekerja jika menderita gejala sakit ringan 18 18 70 70 12 12 100 100 3 Persepsi tentang keparahan penyakit bila dibiarkan tanpa pengobatan 15 15 29 29 49 49 7 7 100 100 4 Persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit 42 42 37 37 13 13 8 8 100 100

4.2.2.2 Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis

Hasil penelitian terhadap kepercayaan terhadap pelayanan medis, sebanyak 49 sangat setuju untuk segera mencari informasi medis jika mengalami gejala sakit. Sebanyak 48 setuju bahwa puskesmas mampu menyelesaikan masalah kesehatan mereka. Sebanyak 80 setuju bahwa penjelasan dokter bisa membuat mereka mengerti tentang penyakit yang diderita. Sebanyak 77 setuju bahwa dokter selalu menjelaskan tentang pengobatan yang sedang dijalani. Sebanyak 60 setuju dokter dan petugas medis mampu menyembuhkan penyakit mereka. Sebanyak 80 setuju untuk percaya sepenuhnya terhadap pengobatan medis. Sebanyak 46 sangat setuju bahwa ada jenis pengobatan tertentu yang tidak dapat dilakukan di puskesmas. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis No Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1 Segera mencari informasi medis jika mengalami gejala sakit 49 49 48 48 3 3 100 100 2 Kepercayaan responden terhadap kemampuan puskesmas menyelesaikan masalah kesehatan 13 13 48 48 32 32 7 7 100 100 3 kepercayaan responden bahwa penjelasan dokter bisa membuat mereka mengerti tentang penyakit yang diderita 16 16 80 80 4 4 100 100 Universitas Sumatera Utara 4 Kepercayaan bahwa dokter selalu menjelaskan tentang pengobatan yang sedang dijalani 14 14 77 77 9 9 100 100 5 Kepercayaan ttg kemampuan petugas medis menyembuhkan penyakit 12 12 60 60 28 28 100 100 6 Kepercayaan responden sepenuhnya terhadap pengobatan yang dilakukan dokter 13 13 80 80 6 6 1 1 100 100 7 Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan yang tidak dapat dilakukan di puskesmas 46 46 18 18 21 21 15 15 100 100 Berdasarkan hasil koding setiap kategori dari total pembobotan keempat indikator variabel persepsi terhadap penyakit, maka diperoleh hasil bahwa mayoritas responden yaitu 61 memiliki persepsi yang kurang baik dan 39 responden memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit. Untuk variabel kepercayaan terhadap pelayanan medis maka diperoleh hasil bahwa sebanyak 59 responden memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap pelayanan medis dan 41 responden memiliki kepercayaan yang baik terhadap pelayanan medis. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Sosiopsikologi No Kategori Sosiopsikologis Jumlah Persen 1 Persepsi terhadap Penyakit Kurang Baik 61 61 Baik 39 39 Total 100 100 2 Kepercayaan terhadap Medis Kurang Baik 59 59 Baik 41 41 Total 100 100 Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Pelayanan Kesehatan 4.2.3.1 Kecepatan Pelayanan Hasil penelitian tentang kecepatan pelayanan, sebanyak 59 responden setuju bahwa puskesmas buka setiap hari. Sebanyak 49 responden tidak setuju bahwa jam kerja puskesmas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebanyak 37 menyatakan tidak setuju petugas kesehatan hadir setiap hari di puskesmas. Sebanyak 39 menyatakan tidak setuju petugas kesehatan datang tepat waktu. Sebanyak 30 menyatakan sangat tidak setuju dokter selalu datang tepat waktu ke puskesmas. Sebanyak 39 responden setuju bahwa waktu menunggu sampai pelayanan dimulai tidak memakan waktu terlalu lama. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecepatan Pelayanan No Kecepatan Pelayanan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1. Puskesmas buka setiap hari 30 30 59 59 11 11 100 100 2. Jam kerja puskesmas sesuai dengan kebutuhan masyarakat 9 9 38 38 49 49 4 4 100 100 3. Dokter hadir setiap hari 6 6 33 33 37 37 24 24 100 100 4. Petugas kesehatan hadir tiap hari 25 25 35 35 39 39 1 1 100 100 5. Dokter datang tepat waktu 25 25 16 16 29 29 30 30 100 100 6. Waktu menunggu sampai pelayanan dimulai tidak lama 25 25 39 39 32 32 4 4 100 100

4.2.3.2 Pelayanan Personil

Hasil penelitian terhadap pelayanan personil terdiri dari pelayanan dokter, perawat dan bidan. Untuk pelayanan dokter sebanyak 75 responden setuju bahwa pelayanan dokter di puskesmas baik. Sebanyak 58 responden setuju bahwa dokter selalu menanyakan tentang penyakit yang diderita. Sebanyak 40 responden tidak Universitas Sumatera Utara setuju bahwa dokter di puskesmas sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien. Sebanyak 39 responden tidak setuju dokter selalu memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan. Sebanyak 70 responden setuju dokter dapat diandalkan dalam pengobatan. Sebanyak 68 menyatakan setuju bahwa dokter mampu memberikan jalan keluar atas penyakit yang diderita. Untuk pelayanan perawat pada sebanyak 60 responden setuju pelayanan perawat baik. Sebanyak 56 responden setuju perawat selalu menanyakan tentang penyakit yang diderita. Sebanyak 46 responden setuju perawat sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien. Sebanyak 44 responden tidak setuju perawat memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan. Sebanyak 48 responden tidak setuju bahwa perawat dapat diandalkan dalam pengobatan. Sebanyak 46 responden tidak setuju bahwa perawat mampu memberikan jalan keluar atas penyakit yang diderita. Untuk pelayanan bidan, sebanyak 73 responden setuju pelayanan bidan baik. Sebanyak 73 responden setuju bidan selalu menanyakan tentang penyakit yang diderita. Sebanyak 50 responden setuju bidan sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien. Sebanyak 47 responden setuju bidan memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan. Sebanyak 49 responden tidak setuju bahwa bidan dapat diandalkan dalam pengobatan. Sebanyak 49 responden tidak setuju bahwa bidan mampu memberikan jalan keluar atas penyakit yang diderita. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pelayanan Personil No Pelayanan Dokter Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sanga t Tidak Setuj u Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1 Pelayanan dokter baik 15 15 75 75 10 10 100 100 2 Dokter menanyakan tentang penyakit yang diderita 31 31 58 58 11 11 100 100 3 Dokter sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien 29 29 31 31 40 40 100 100 4 Dokter memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan 28 28 32 32 39 39 1 1 100 100 5 Dokter dapat diandalkan dalam pengobatan 8 8 70 70 19 19 3 3 100 100 6 Dokter mampu memberikan jalan keluar atas penyakit yang diderita 9 9 68 68 21 21 2 2 100 100 Pelayanan Perawat 1 Pelayanan perawat baik 11 11 60 60 27 27 2 2 100 100 2 Perawat menanyakan tentang penyakit yang diderita 14 14 56 56 28 28 2 2 100 100 3 Perawat sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien 7 7 46 46 44 44 3 3 100 100 4 Perawat memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan 11 11 41 41 44 44 4 4 100 100 Tabel 4.10 Lanjutan 5 Perawat dapat diandalkan dalam pengobatan 1 1 46 46 48 48 5 5 100 100 6 Perawat memberikan jalan keluar atas penyakit yg diderita 5 5 44 44 46 46 5 5 100 100 Pelayanan Bidan 1 Pelayanan bidan baik 11 11 73 73 16 16 100 100 2 Bidan menanyakan tentang penyakit yang diderita 11 11 73 73 16 16 100 100 3 Bidan sabar mendengar keluhan dan pertanyaan pasien 10 10 50 50 39 39 1 1 100 100 4 Bidan memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan 10 10 47 47 41 41 2 2 100 100 5 Bidan dapat diandalkan dalam pengobatan 4 4 43 43 49 49 4 4 100 100 6 Bidan mampu memberikan jalan keluar atas penyakit yang diderita 3 3 45 45 49 49 3 3 100 100 Universitas Sumatera Utara

4.2.3.3 Ketersediaan Pelayanan

Hasil penelitian terhadap ketersediaan pelayanan, sebanyak 42 responden setuju bahwa puskesmas tersedia untuk melayani pasien setiap hari. Sebanyak 49 responden tidak setuju bahwa pemeriksaan laboratorium di puskesmas lengkap. Sebanyak 32 responden sangat tidak setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dan KB di puskesmas lengkap. Sebanyak 48 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa pelayanan imunisasi di puskesmas selalu lengkap. Sebanyak 30 responden setuju bahwa puskesmas memiliki apotek. Sebanyak 49 responden setuju bahwa puskesmas memiliki fasilitas pendukung pelayanan ruang pemeriksaan, ruang konsultasi, ruang tunggu, dan toilet. Sebanyak 49 sangat tidak setuju bahwa puskesmas memiliki alat-alat pemeriksaan kesehatan yang lengkap. Sebanyak 49 sangat tidak setuju bahwa puskesmas memiliki obat-obatan sesuai kebutuhan pasien. Sebanyak 50 setuju bahwa puskesmas memiliki sarana air dan penerangan listrik. Sebanyak 46 responden setuju bahwa puskesmas bersih dan indah. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Penilaian Responden Mengenai Ketersediaan Pelayanan di Puskesmas Raja Maligas No Ketersediaan Pelayanan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1 Puskesmas melayani pasien setiap hari 25 25 42 42 24 24 9 9 100 100 2 Puskesmas melayani pemeriksaan laboratorium 9 9 4 4 49 49 38 38 100 100 3 Puskesmas melayani pemeriksaan kehamilan dan KB 11 11 26 26 31 31 32 32 100 100 4 Puskesmas melayani imunisasi 7 7 19 19 26 26 48 48 100 100 Universitas Sumatera Utara 5 Puskesmas memiliki apotek 12 12 30 30 30 30 28 28 100 100 6 Puskesmas memiliki fasilitas pendukung pelayanan 19 19 49 49 25 25 7 7 100 100 7 Puskesmas memiliki alat-alat pemeriksaan kesehatan 7 7 9 9 35 35 49 49 100 100 8 Puskesmas memiliki obat-obatan sesuai kebutuhan pasien 7 7 25 25 19 19 49 49 100 100 9 Puskesmas memiliki sarana air dan penerangan listrik 18 18 50 50 6 6 26 26 100 100 10 Puskesmas selalu bersih dan indah 14 14 46 46 21 21 19 19 100 100

4.2.3.4 Biaya Pelayanan

Hasil penelitian terhadap biaya pelayanan, sebanyak 48 responden tidak setuju bahwa biaya pelayanan yang ditetapkan puskesmas terlalu mahal. Sebanyak 43 responden setuju bahwa pelayanan yang diterima tidak sebanding dengan biaya yang ditetapkan puskesmas dan sebanyak 47 setuju bahwa biaya di fasilitas kesehatan lain lebih murah dibandingkan biaya di puskesmas. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan No Biaya Pelayanan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F1 F2 F3 F4 ∑F 1 Biaya yang ditetapkan puskesmas terlalu mahal 23 23 48 48 30 30 1 1 100 100 2 Biaya yang diterima tidak sebanding dengan biaya yang ditetapkan puskesmas 28 28 26 26 43 43 3 3 100 100 3 Biaya di faskes lain lebih murah dibandingkan puskesmas 31 31 21 21 47 47 1 1 100 100 Berdasarkan hasil koding setiap kategori diperoleh hasil untuk variabel kecepatan pelayanan sebanyak 55 responden menyatakan kurang baik dan 45 Universitas Sumatera Utara baik. Untuk variabel pelayanan personil 52 responden menyatakan kurang baik dan 48 baik. Untuk variabel ketersediaan pelayanan sebanyak 53 responden menyatakan kurang baik dan 47 baik. Untuk variabel biaya pelayanan 52 responden menyatakan mahal, dan 48 murah. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kategori Pelayanan Kesehatan No Kategori Pelayanan Kesehatan Jumlah Persen 1 Kecepatan Pelayanan Kurang Baik 55 55 Baik 45 45 Total 100 100 2 Pelayanan Personil Kurang Baik 52 52 Baik 48 48 Total 100 100 4 Ketersediaan Pelayanan Kurang Baik 53 53 Baik 47 47 Total 100 100 5 Biaya Pelayanan Mahal 52 52 Murah 48 48 Total 100 100 4.2.4 Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Pemanfaatan puskesmas diukur berdasarkan pendapat responden yaitu apakah responden atau anggota keluarga pernah datang ke puskesmas pada tahun 2011. Hasil penelitian terlihat pada Tabel 4.14. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Tahun 2011 No Pemanfaatan Puskesmas Jawaban Ya Persen Tidak Persen Responden atau anggota keluarga pernah datang ke puskesmas pada tahun 2011 20 20 80 80 4.3 Tabulasi Silang Antara Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Puskesmas 4.3.1 Hubungan Sosiodemografi dengan Pemanfaatan Puskesmas Dari hasil tabulasi silang antara umur dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 38 responden yang berumur 18 - 40 tahun, sebanyak 23,7 yang memanfaatkan puskesmas, dari 51 responden yang berumur 41 - 60 tahun sebanyak 17,6 yang memanfaatkan puskesmas dan dari 11 responden yang berumur 60 tahun sebanyak 18,2 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi- square diperoleh nilai p = 0,770, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 51 responden perempuan sebanyak 23,5 yang memanfaatkan puskesmas, dan dari 49 responden laki-laki sebanyak 16,3 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,368, artinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang antara status perkawinan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 87 responden berstatus kawin sebanyak 18,4 yang memanfaatkan puskesmas dan dari 13 responden yang berstatus duda janda sebanyak 30,8 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,287 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara jumlah keluarga dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 52 responden yang memiliki jumlah keluarga yang banyak 5 orang sebanyak 21,2 yang memanfaatkan puskesmas dan dari 48 responden yang memiliki jumlah keluarga sedikit ≤ 5 orang sebanyak 18,8 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,764 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah keluarga dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 29 responden yang berpendidikan SD sebanyak 6,9 yang memanfaatkan puskesmas, dari 55 responden yang berpendidikan SMPSMA sebanyak 23,6 yang memanfaatkan puskesmas, dan dari 16 responden yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 31,2 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,089 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 70 responden yang bekerja sebanyak 23,4 yang memanfaatkan puskesmas, dan dari 30 responden yang tidak bekerja sebanyak 6,0 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,102 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.15. Tabel 4.15 Hubungan Sosiodemografi Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Jumlah Keluarga, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja N o Sosiodemografi Pemanfaatan Puskesmas Nil ai p Ya Tidak Jumlah F F F 1 Umur 0,770 18-40 tahun 9 23,7 29 76,3 38 1 41-60 tahun 9 17,6 42 82,4 51 1 60 tahun 2 18,2 9 81,8 11 100 2 Jenis Kelamin 0,368 Perempuan 12 2 3, 5 3 9 7 6, 5 5 1 1 Laki-laki 8 1 6, 3 4 1 8 3, 7 4 9 1 3 Status Perkawinan 0,2 87 Kawin 1 6 1 8, 4 7 1 8 1, 6 8 7 1 Universitas Sumatera Utara DudaJanda 4 3 0, 8 9 6 9, 2 1 3 1 4 Jumlah Keluarga 0,7 64 Banyak 11 2 1, 2 4 1 7 8, 8 5 2 1 Sedikit 9 1 8, 8 3 9 8 1, 2 4 8 1 5 Tingkat Pendidikan 0,0 89 Rendah 2 6, 9 2 7 9 3, 1 2 9 1 Sedang 1 3 2 3, 6 4 2 7 6, 4 5 5 1 Tinggi 5 3 1, 2 1 1 6 8, 8 1 6 1 6 Pekerjaan 0,1 02 Bekerja 1 7 2 3, 4 5 3 7 5, 7 7 1 Tidak Bekerja 3 6, 2 7 9 0, 3 1

4.3.2 Hubungan Sosiopsikologi dengan Pemanfaatan Puskesmas

Dari hasil tabulasi silang antara persepsi terhadap penyakit dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 61 responden yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap penyakit sebanyak 8,2 yang memanfaatkan puskesmas. Dari 39 responden yang memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit sebanyak 38,5 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square Universitas Sumatera Utara diperoleh nilai p = 0,000, artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap penyakit dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara kepercayaan terhadap pelayanan medis dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 59 responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap pelayanan medis sebanyak 3,4 yang memanfaatkan puskesmas. Dari 41 responden yang memiliki kepercayaan yang baik terhadap pelayanan medis 43,9 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,0003 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan terhadap pelayanan medis dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Hasil penelitian terlihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16 Hubungan Sosiopsikologi dengan Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja No Sosiopsikologis Pemanfaatan Puskesmas Nilai p Tidak Ya Total F1 F2 F 1 Persepsi terhadap Penyakit 0,000 Kurang Baik 56 91,8 5 8,2 61 100 Baik 24 61,5 15 38,5 39 100 2 Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis 0,000 Kurang Baik 57 96,6 2 3,4 59 100 Baik 23 56,1 18 43,9 41 100 4.3.3 Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun Dari hasil tabulasi silang antara kecepatan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 55 responden yang berpendapat kecepatan pelayanan kurang baik 1,8 yang memanfaatkan puskesmas dan dari 45 responden Universitas Sumatera Utara yang berpendapat kecepatan pelayanan baik sebanyak 42,2 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara kecepatan pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara pelayanan personil dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 52 responden yang menyatakan pelayanan personil kurang baik 3,8 yang memanfaatkan puskesmas, dan dari 48 responden yang menyatakan pelayanan personil baik sebanyak 37,5 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara pelayanan personil dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 53 responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas kurang baik sebanyak 1,9 yang memanfaatkan puskesmas dan dari 47 responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas baik sebanyak 40,4 yang memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Dari hasil tabulasi silang antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa dari 52 responden yang menyatakan biaya pelayanan mahal sebanyak 11,5 yang memanfaatkan puskesmas, dan dari 48 responden yang menyatakan biaya pelayanan murah sebanyak 29,2 yang Universitas Sumatera Utara memanfaatkan puskesmas. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,028 artinya ada hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas. Hasil penelitian ini dapat terlihat pada tabel 4.17. Tabel 4.17 Hubungan Pelayanan Kesehatan Kecepatan Pelayanan, Pelayanan Personil, Ketersediaan Pelayanan, Biaya Pelayanan dengan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja No Pelayanan Kesehatan Pemanfaatan Puskesmas Nilai p Tidak Ya Total F1 F2 F 1 Kecepatan Pelayanan 0,000 Kurang Baik 54 98,2 1 1,8 55 100 Baik 26 57,8 19 42,2 45 100 2 Pelayanan Personil 0,000 Kurang Baik 50 96,2 2 3,8 52 100 Baik 30 62,5 18 37,5 48 100 3 Ketersediaan Pelayanan 0,000 Kurang Baik 52 98,1 1 1,9 53 100 Baik 28 59,6 19 40,4 47 100 4 Biaya Pelayanan 0,028 Mahal 46 88,5 6 11,5 52 100 Murah 34 70,8 14 29,2 48 100 4.4 Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel bebas faktor sosiodemografi, faktor sosiopsikologis dan pelayanan kesehatan yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik berganda dengan metode enter. Namun, sebelum uji multivariat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat. Universitas Sumatera Utara Variabel yang terpilih untuk dimasukkan kedalam uji multivariat ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis bivariat didapat nilai p 0,25 yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap penyakit, kepercayaan terhadap pelayanan medis, kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan, dan biaya pelayanan maka variabel ini akan dimasukkan ke dalam uji multivariat. Faktor yang akan dipertimbangkan untuk masuk tiap seleksi dilihat dari nilai p setiap variabel. Pada setiap tahapan seleksi, variabel yang tidak signifikan dikeluarkan satu per satu mulai dari variabel yang memiliki nilai p terbesar. Setiap tahap selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga seleksi terakhir diperoleh variabel yang seluruhnya berhubungan signifikan p 0,05. Dari hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun adalah kepercayaan terhadap pelayanan medis. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai OR Exp {B} dengan kekuatan hubungan OR = 76,267. Hasil analisis dapat terlihat pada tabel 4.18 dibawah ini : Tabel 4.18 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda dengan Metode Enter No. Variabel B Nilai P Exp B 1. Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis 4,334 0,000 76,267 2. Kecepatan Pelayanan 3,737 0,003 41,986 3. Ketersediaan Pelayanan 2,855 0,030 17,380 Constant -8,658 0,000 0,000 Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis regresi logitik ini, diperoleh model persamaan sebagai berikut: P = 1 1+� −� dimana, y= -8,658 + 4,334 kepercayaan terhadap pelayanan medis + 3,737 kecepatan pelayanan + 2,855 ketersediaan pelayanan Contoh interpretasi pada salah seorang responden penelitian : Seorang responden, berumur 37 tahun, perempuan, menikah, pendidikan SMA dan bekerja. Kepercayaan terhadap pelayanan medis baik, kecepatan pelayanan baik, ketersediaan pelayanan baik, pelayanan bidan baik, biaya pelayanan kesehatan murah, dan persepsi terhadap penyakit baik, maka peluang responden tersebut untuk memanfaatkan puskesmas adalah : y= -8,658 + 4,334 kepercayaan terhadap pelayanan medis + 3,737 kecepatan pelayanan + 2,855 ketersediaan pelayanan y= -8,658 + 4,334 1 + 3,737 1 + 2,855 1 y= 2,268 maka persamaannya adalah p = 1 1+2,7 −2,268 p = 0,90 Universitas Sumatera Utara Artinya probabilitas responden untuk memanfaatkan puskesmas dengan karakteristik yang sama seperti di atas untuk memanfaatkan puskesmas adalah 90. BAB 5 Universitas Sumatera Utara PEMBAHASAN

5.1 Analisis Bivariat

5.1.1 Hubungan Umur Responden terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian memperlihatkan bahwa umur 41 – 60 tahun dewasa madia adalah umur terbanyak pada responden yaitu 51, kemudian umur 18 – 40 tahun dewasa dini yaitu 38 dan yang paling sedikit umur 60 tahun dewasa lanjut yaitu 11. Jumlah ini tidak jauh berbeda dari data pada profil dinas kesehatan Kabupaten Simalungun yang menyatakan bahwa umur dewasa madia adalah jumlah terbanyak yang ada pada masyarakat Kecamatan Hutabayu Raja yaitu sebesar 50, disusul dewasa dini 40 dan yang terkecil adalah dewasa lanjut 10. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,770, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur responden dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas, ini berarti pada tiga kelompok umur tersebut proporsi yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan puskesmas tidak jauh berbeda, ini dapat dilihat dari proporsi tabulasi silang dimana pemanfaatan puskesmas oleh responden kelompok umur dewasa dini sebanyak 23,7, dewasa madia sebanyak 17,6 dan kelompok umur dewasa lanjut sebanyak 18,2. Hal yang hampir sama ditunjukkan pada responden yang tidak memanfaatkan puskesmas yaitu 76,3 pada kelompok umur dewasa dini, 82,4 pada kelompok dewasa madia, dan 81,8 pada kelompok umur dewasa lanjut. Universitas Sumatera Utara Menurut WHO 1997, klasifikasi umur dan kelompok umur yang perlu mendapat perhatian, yaitu umur 12 tahun, 15 tahun, 35 – 44 tahun dan 65-74 tahun. Kelompok umur 35-44 tahun ini dianggap merupakan standar untuk memantau kondisi kesehatan orang dewasa. Menurut Fuchs 1998, Zubkoff 1981 dalam Hasibuan 2009, faktor umur sangat memengaruhi permintaan seseorang terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin bertambah umur seseorang maka permintaan terhadap pelayanan kuratif semakin bertambah, sementara permintaan terhadap pelayanan preventif akan semakin menurun. Sehingga melihat kenyataan ini seharusnya umur lanjut lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dari hasil wawancara dalam penelitian ini responden yang berusia 60 tahun dewasa lanjut memang mengakui lebih banyak mengalami sakit ringan seperti gampang lelah dan batuk ringan dan biasanya tidak langsung berobat ke pelayanan medis seperti ke puskesmas, ke praktek dokter bidan perawat tapi cukup istirahat ataupun tetap dibawa bekerja karena mereka menganggap hal itu adalah hal yang biasa pada usia lebih lanjut dan hal ini secara tidak langsung memengaruhi responden untuk memanfaatkan puskesmas. Sedangkan untuk responden berusia 18- 40 tahun lebih banyak memanfaatkan pelayanan puskesmas antara lain karena membawa anak untuk berobat. Hasil penelitian yang berbeda dikemukan oleh Tampubolon 2011 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemanfaatan Universitas Sumatera Utara Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit hal ini diakibatkan karena insidensi penyakit karies pada umur dewasa dini lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain. 5.1.2 Hubungan Jenis Kelamin Responden terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proporsi responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 51 perempuan dan 49 laki-laki. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,368, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun, ini berarti proporsi responden laki-laki dan perempuan yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan puskesmas tidak jauh berbeda. Perempuan yang memanfaatkan puskesmas sebanyak 23,5 dan laki-laki sebanyak 16,3. Hal yang hampir sama juga ditunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan yang tidak memanfaatkan puskesmas sebanyak 76,5 dan laki-laki sebanyak 83,7. Pada umumnya permintaan wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini disebabkan wanita mempunyai insidensi penyakit untuk beberapa jenis penyakit tertentu yang lebih tinggi daripada laki-laki dan alasan lain dikarenakan waktu kerja wanita lebih pendek sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibandingkan laki-laki. Dari hasil wawancara diketahui bahwa adanya persepsi kesamaan tugas dan tanggung jawab dalam mencari nafkah dalam keluarga antara laki-laki dan perempuan terutama pada responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani Universitas Sumatera Utara membuat tidak ada perbedaan yang nyata pada kunjungan ke puskesmas pada laki- laki dan perempuan. Tetapi dalam hal membawa anak ke puskesmas biasanya lebih sering dilakukan oleh istri karena biasanya anak yang sakit akan merasa lebih tenang dan aman bila dibawa oleh ibunya berobat ke puskesmas daripada dibawa oleh ayahnya. Mungkin hal inilah yang membuat responden perempuan yang memanfaatkan puskesmas lebih banyak daripada laki-laki . Hasil penelitian yang sama juga dikemukan oleh Trimurthy 2008 di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan ulang pelayanan rawat jalan di puskesmas tersebut. 5.1.3 Hubungan Status Perkawinan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian menunjukkan status perkawinan responden yang terbanyak adalah kawin yaitu sebesar 87 sedangkan responden yang tidak kawin duda janda hanya 13. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,287 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja. Dari hasil tabulasi silang antara status perkawinan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh bahwa jumlah responden berstatus kawin yang memanfaatkan puskesmas lebih kecil dari proporsi responden yang berstatus dudajanda yaitu sebanyak 18,4 pada responden yang berstatus kawin dan sebanyak 30,8 pada responden yang berstatus dudajanda hal ini mungkin diakibatkan waktu luang yang Universitas Sumatera Utara dimiliki responden yang berstatus dudajanda lebih longgar sehingga memungkinkan mereka untuk memanfaatkan puskesmas. Dari hasil observasi peneliti juga bisa melihat bahwa kelompok dudajanda lebih senang ketika bertemu dengan teman berstatus sama karena merasa memiliki nasib yang sama sehingga menimbulkan kenyamanan dan merasa lebih gembira karena bisa bersosialisasi selama mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Hal senada dikemukakan oleh Laili 2008 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan pemanfaatan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, dikemukakan bahwa responden yang berstatus tidak kawin adalah responden terbanyak yang memanfaatkan rumah sakit dengan alasan ada atau tidaknya pendapatan dan berhubungan dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk pendamping di rumah sakit. 5.1.4 Hubungan Jumlah Keluarga terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki jumlah keluarga banyak 5 orang dan responden yang memiliki jumlah sedikit ≤5 orang tidak jauh berbeda, yaitu 52 pada responden yang memiliki jumlah keluarga yang banyak dan 48 pada responden yang memiliki jumlah keluarga sedikit. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,764 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah keluarga dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang antara jumlah keluarga dengan pemanfaatan puskesmas dapat dilihat bahwa pemanfaatan puskesmas oleh responden yang memiliki jumlah keluarga yang banyak dan responden yang memiliki jumlah keluarga sedikit tidak jauh berbeda. Pemanfaataan puskesmas pada responden yang memiliki jumlah keluarga banyak yaitu sebanyak 21,2 dan responden yang memiliki jumlah keluarga sedikit sebanyak 18,8. Hal ini mungkin diakibatkan jumlah pengeluaran yang lebih banyak pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak dibandingkan pengeluaran keluarga dengan jumlah anggota keluarga sedikit. Dari hasil wawancara diketahui bahwa kepala keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan jumlah banyak lebih terbuka terhadap pengobatan di puskesmas karena jika ditinjau dari segi biaya pengobatan di puskesmas lebih murah sehingga bisa memperkecilmenekan biaya pengeluaran sehari-hari. 5.1.5 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan setingkat SMPSMA sedang yaitu sebanyak 55, kemudian setingkat SD rendah sebanyak 29 dan Perguruan Tinggi tinggi sebanyak 16. Dari hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan puskesmas terlihat bahwa responden yang memanfaatkan puskesmas paling banyak pada responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 31,2, kemudian responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang Universitas Sumatera Utara sebanyak 23,6 dan yang paling kecil adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 6,9 . Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,089 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Pendidikan yang dimiliki seseorang secara tidak langsung memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan karena pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran seseorang akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa 10 orang dari 29 responden yang tingkat pendidikan rendah tidak menamatkan pendidikan SD, sementara pada tingkat pendidikan tinggi rata-rata adalah tamatan D1 dan D2 keguruan. Meskipun responden terdiri dari responden yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup bervariasi mulai dari rendah, sedang dan tinggi tetapi persepsi mereka tentang penyakit tidak begitu jauh berbeda karena mayoritas responden memiliki persepsi yang kurang baik terhadap penyakit. Dari hasil penelitian juga dapat terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi belum tentu akan memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Rifai 2005 yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan di Puskesmas Binjai Kota. Universitas Sumatera Utara 5.1.6 Hubungan Pekerjaan Responden terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah reponden yang paling banyak adalah bekerja yaitu 70 dan yang tidak bekerja adalah sebanyak 30. Pekerjaan responden yang paling banyak adalah petani, PNS, karyawan perkebunan dan pedagang, sedangkan responden yang tidak bekerja paling banyak merupakan ibu rumah tangga dan yang tidak memiliki pekerjaan tetap seperti pekerja upahan di ladang atau sawah. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,102 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun, terlihat dari hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki pekerjaan yang memanfaatkan puskesmas lebih banyak yaitu 23,4, daripada responden yang tidak memiliki pekerjaan yaitu hanya sebesar 6,0. Hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa responden yang tidak memiliki pekerjaan menetap lebih memilih memanfaatkan pelayanan perawat bidan yang tinggal berdekatan dengan mereka karena ketika responden atau anggota keluarga mengalami sakit dan tidak sedang memegang uang cukup untuk biaya pengobatan mereka diperbolehkan membayar di kemudian hari setelah memiliki uang, berbeda dengan berobat ke puskesmas yang harus membayar secara tunai. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Laili 2008 yang mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dimana pemanfaatan rumah sakit lebih tinggi pada responden yang tidak memiliki pekerjaan karena responden paling banyak adalah petani dan nelayan yang harus pergi bekerja setiap hari, sehingga tidak mungkin memanfaatkan pelayanan rumah sakit karena harus mencari nafkah secara harian artinya tidak bekerja, tidak dapat makan. 5.1.7 Hubungan Persepsi Penyakit terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden lebih banyak berada pada kategori kurang baik yaitu 61 sedangkan responden yang memiliki persepsi terhadap penyakit dalam kategori baik hanya sebanyak 39. Dari hasil tabulasi silang antara persepsi terhadap penyakit dengan pemanfaatan puskesmas terlihat bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap penyakit dalam kategori baik memanfaatkan puskesmas lebih banyak yaitu sebanyak 38,5 daripada responden yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap penyakit yaitu sebanyak 8,2 responden. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000, artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap penyakit dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Berdasarkan hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa pasien akan datang berobat ke puskesmas ke fasilitas kesehatan lain apabila penyakit yang Universitas Sumatera Utara dideritanya sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dan merasakan rasa sakit yang begitu parah. Adanya persepsi bahwa penyakit ringan seperti flu dan batuk bukan merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai menyebabkan kematian sehingga responden merasa tidak perlu untuk segera mendapatkan pelayanan medis. Beberapa responden berpendapat jika mengalami gejala sakit ringan dan merasa masih bisa bekerja pastilah mereka akan tetap pergi bekerja. Ada juga yang berpendapat bahwa pengobatan untuk sakit ringan masih bisa ditunda sampai hari pekan datang setiap hari selasa dan memungkinkan baginya untuk belanja sekaligus berobat jadi bisa mengerjakan dua hal sekaligus sehingga pekerjaannya di ladang atau berdagang tidak sampai tertunda. Hal seperti ini sangat mungkin memengaruhi kunjungannya ke puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tampubolon 2011 yang menyatakan bahwa persepsi tentang penyakit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit dimana responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 63,701 kali dalam memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik tentang penyakit

5.1.8 Hubungan Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis

Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil gambaran proporsi kepercayaan responden terhadap pelayanan medis terlihat bahwa responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik dan baik terhadap pelayanan medis terlihat tidak jauh berbeda. Sebanyak 59 responden Universitas Sumatera Utara memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap pelayanan medis dan 41 responden dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan terhadap medis dengan pemanfaatan puskesmas Raja Maligas kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Dari hasil tabulasi silang antara kepercayaan terhadap pelayanan medis dengan pemanfaatan puskesmas terlihat jumlah responden yang memiliki kepercayaan terhadap pelayanan medis dalam kategori baik lebih banyak yaitu sebanyak 43,9 yang memanfaatkan puskesmas sedangkan responden yang memiliki kepercayaan terhadap pelayanan medis dalam kategori kurang baik yaitu hanya sebanyak 3,4. Kepercayaan terhadap pelayanan medis di Puskesmas Raja Maligas berada pada kategori kurang baik mungkin diakibatkan masyarakat yang pernah datang ke puskesmas kecewa karena tidak bertemu dengan dokter, dan pada akhirnya hanya dilayani oleh bidan atau perawat. Lamanya responden harus menunggu untuk mendapatkan pelayanan, kebanyakan pasien dirujuk ke praktek dokter atau ke rumah sakit tanpa ditangani terlebih dahulu merupakan alasan responden tidak percaya bahwa puskesmas mampu menyelesaikan masalah kesehatan mereka. Kedekatan emosional antara masyarakat dengan bidan perawat yang tinggal satu desa dengan mereka serta pengalaman dari responden atau anggota keluarga yang pernah berobat sebelumnya membuat mereka lebih nyaman dan lebih percaya jika berobat ke praktek bidan perawat tersebut. Selain bidan perawat yang Universitas Sumatera Utara berpraktek di desa mereka ada juga 2 - 3 orang perawat yang berasal dari luar wilayah desa mereka yang melakukan pengobatan keliling di desa tersebut sehingga mereka merasa tidak perlu lagi berobat ke puskesmas. Selain itu beberapa responden juga berpendapat bahwa dari pengalaman masa lalu mereka selalu mencoba mengobati sendiri dulu penyakit tertentu dan dirasa ringan atau memang tidak dapat disembuhkan bila berobat ke puskesmas seperti terkilir yang akan sembuh hanya jika diurut, atau membeli obat dari toko obat karena toko obat tersebut dimiliki dan dijaga oleh perawat jadi mereka juga merasa aman untuk mengkonsumsi obat tersebut. Menurut Syafriadi, dkk 2008 di Puskesmas Baru di Kabupaten Muko-muko Bengkulu, kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola kebudayaan mereka. Pada sebagian masyarakat terutama di kalangan orangtua dan berpendidikan rendah masih menganggap bahwa penyakit penyakit tertentu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat supranatural dan pelanggaran dari suatu pantangan yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini memengaruhi masyarakat dalam mencari pertolongan pengobatan kepada dukun terutama dalam keadaan mendadak dan pada penyakit tertentu. Pemahaman terhadap penyakit tersebut memengaruhi pola pengobatan dan pemilihan alternatif pengobatan. Setidak- tidaknya konsep pengobatan tradisional Jawa yang memiliki pandangan kosmologis tentang penyakit, memandang penyakit tidak saja apa yang menyebabkan sakit, melainkan juga bagaimana dan mengapa seseorang menjadi sakit. Akibat konsep tersebut, berbagai penyakit yang dipercaya sebagai akibat guna-guna, misalnya, tidak Universitas Sumatera Utara akan diobatkan ke dokter modern. Selain pengobatan tradisional ada juga sebagian kecil masyarakat yang menggunakan pengobatan sendiri self treatment dengan alasan masyarakat percaya pada diri sendiri dan berdasarkan pengalaman masa yang lalu pengobatan sendiri dapat mendatangkan kesembuhan selain itu dikarenakan ketersediaan obat modern sudah sampai ke pelosok dan dapat dibeli dengan bebas dan dengan harga yang terjangkau. Worldbank 2008 menyatakan kurangnya kepercayaan terhadap sistem kesehatan publik akibat rendahnya kualitas dan kurangnya tenaga medis di pusat- pusat pelayanan kesehatan yang kerap terjadi mungkin sedikit banyak menjelaskan fenomena ini.

5.1.9 Hubungan Kecepatan Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja

Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil penelitian diketahui bahwa 55 responden menilai kecepatan pelayanan di Puskesmas Raja Maligas dalam kategori kurang baik, 45 responden menilai dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang antara kecepatan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh bahwa jumlah responden yang berpendapat kecepatan pelayanan dalam kategori baik lebih banyak yang memanfatkan puskesmas yaitu sebanyak 42,8 daripada responden yang berpendapat kecepatan pelayanan dalam kategori kurang baik yaitu 1,8. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara kecepatan pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara Menurut Lupioadi 2006 daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang responsif dan tepat kepada kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Dari hasil wawancara diketahui bahwa responden sering dibiarkan menunggu terlalu lama tanpa alasan yang jelas pada saat pengambilan kartu, menunggu dokter yang belum datang, menunggu petugas kesehatan untuk memulai pengobatan ketika dokter berhalangan hadir, dan sekedar menunggu obat yang sudah diresepkan dokter di apotek bisa membuat persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Setiap pasien yang berobat selalu menginginkan pelayanan yang cepat, praktis dan tidak ruwet serta penanganan yang memuaskan sehingga pasien tidak terlalu lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang mereka harapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mahdani 2009 yang menyatakan bahwa pasien mengharapkan pelayanan yang cepat, praktis dan tidak ruwet serta penanganan yang memuaskan memengaruhi kepuasan pasien sehingga meningkatkan keputusan untuk melakukan kunjungan ke puskesmas. Sedangkan menurut Sukemi 2008 di Puskesmas Simpur Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung kecepatan pelayanan meliputi kecepatan petugas dalam meberikan pelayanan, kecepatan dalam proses pendaftaran, dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan juga sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang mereka terima sehingga memengaruhi kunjungan mereka ke Puskesmas. Universitas Sumatera Utara 5.1.10 Hubungan Pelayanan Personil terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil penelitian diketahui 52 responden menyatakan pelayanan personil dalam kategori kurang baik dan 48 dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang antara pelayanan personil dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa jumlah responden yang menyatakan pelayanan personil baik lebih banyak yang memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 37,5 daripada responden yang menyatakan pelayanan personil kurang baik yaitu sebanyak 3,8 . Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara pelayanan personil dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Dari hasil wawancara diketahui pelayanan dokter dinilai kurang baik karena sebanyak 61 responden yang menyatakan bahwa dokter tidak hadir setiap hari di puskesmas, dan 59 menyatakan bahwa dokter datang selalu terlambat ke Puskesmas, sehingga mereka sering dibiarkan menunggu terlalu lama atau hanya dilayani perawat. Dokter yang tinggal di wilayah Puskesmas juga dinyatakan lebih mementingkan pelayanan pasien yang datang ke rumah sekaligus praktek pribadinya daripada melayani pasien yang sudah menunggu di puskesmas. Adanya pergantian dokter sebanyak 2 dokter diganti selama tahun 2011 juga membingungkan pasien karena sudah terlanjur mengenal dokter yang sering menangani mereka. Dari hasil observasi peneliti terhadap pelayanan perawat diperoleh hasil bahwa meskipun jumlah perawat di Puskesmas Raja Maligas terbilang minim berjumlah 6 orang tetapi adanya sistem Puskesmas 24 jam membuat kepala Universitas Sumatera Utara Puskesmas harus membuat kebijakan pembagian tugas antara shift pagi – siang dan shift malam dengan cermat sehingga harus memberdayakan semua petugas kesehatan yang ada antara lain menempatkan bidan sebagai pendamping dokter dalam mengobati pasien, menjadi petugas pengambil kartu, dan petugas di apotek. Hal inilah yang membuat responden memiliki persepsi bahwa setiap petugas kesehatan di puskesmas yang mengobati mereka di puskesmas adalah perawat. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Raja Maligas yang sangat minim sangat memerlukan penambahan jumlah petugas kesehatan bila dilihat dari standar pelayanan minimal di puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas yaitu sebanyak 12.220 orang penduduk diperlukan penambahan 2 orang dokter umum menurut SPM rasio dokter umum 40100.000 penduduk, penambahan 4 orang bidan menurut SPM rasio bidan 100100.000 penduduk dan penambahan 8 orang perawat menurut SPM rasio perawat 117,5100.000 penduduk untuk memenuhi standar pelayanan yang baik di puskesmas Raja Maligas. Selain itu pemahaman responden tentang batasan tentang tugas, tanggung jawab dan batas kewenangan petugas kesehatan masih sangat minim karena mereka juga berpendapat bahwa perawat juga bisa memberi obat, menyembuhkan penyakit bahkan menolong persalinan. Dari hasil wawancara dengan diketahui bahwa petugas kesehatan dalam hal ini perawat bidan yang sedang bertugas di puskesmas tidak hadir setiap hari dan sering datang terlambat sehingga seringkali pasien sampai di puskesmas terlebih Universitas Sumatera Utara dahulu dan hal ini pasti memengaruhi proses pelayanan kesehatan. Kehadiran petugas kesehatan yang sering terlambat disebabkan karena sebagian petugas bertempat tinggal di luar wilayah puskesmas seperti Pematang Siantar, Perdagangan dan Hutabayu Raja yang berjarak 18 - 45 km dari puskesmas. Bagi petugas yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas keterlambatan disebabkan menerima pasien pada jam kerja, alasan ini selalu mendapatkan pembenaran diri dengan alasan menolong orang sakit merupakan kewajiban, juga menerima pembayaran atas jasa pelayanan yang bisa menambah penghasilan karena kalau cuma mengandalkan gaji pastilah tidak akan cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Hal ini juga mungkin memengaruhi keramahan dan kesungguhan petugas untuk melayani pasien di Puskesmas dibandingkan di praktek pribadinya. Worldbank 2008, mengemukakan praktik ganda merupakan penyebab relatif rendahnya angka ketersediaan tenaga kesehatan per pusat layanan kesehatan karena diperkirakan 65 dari tenaga kesehatan pemerintah memiliki pekerjaan sampingan banyak dari mereka membuka praktik sendiri atau bekerja di fasilitas- fasilitas kesehatan swasta. Tenaga kesehatan pemerintah yang memiliki pekerjaan sampingan menyatakan bahwa setengah dari pendapatan mereka diperoleh dari sektor swasta. Dokter, perawat dan bidan merupakan kunci keberhasilan dalam proses penyembuhan bagi para pasien untuk itu perlu kerjasama yang baik dalam mengusahakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dokter dan petugas kesehatan Universitas Sumatera Utara sudah seharusnya memberikan perhatian yang cukup kepada pasien, sabar mendengarkan keluhan pasien serta memberikan penjelasan yang membuat pasien cukup mengerti tentang penyakit yang diderita dan tentang proses pengobatan yang sedang dijalaninya. Keramahan dokter dan petugas kesehatan juga perlu dijaga dan ditingkatkan untuk meningkatkan keinginan konsumen dalam hal ini pasien dalam membeli jasa yang ditawarkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dahlan 2005 yang menyatakan bahwa pelayanan personil dokter dan bidan yang ramah, sabar mendengarkan keluhan pasien dan memberikan informasi yang dibutuhkan pasien tentang penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani dan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan rujukan ibu hamil beresiko di rumah sakit umum di Kabupaten Deli Serdang. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Harahap 2006 bahwa pelayanan dokter yang lebih cenderung mengarah ke kuratif tanpa diimbangi upaya preventif berupa saran sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga akan meningkat apabila pelayanan perawat memiliki komitmen dan terlatih dalam pekerjaannya. Menurut Sukemi 2008 dalam penelitiannya di Puskesmas Simpur Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa kemampuan petugas kesehatan dokter, perawat, bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, kemampuan untuk memberikan informasi kesehatan, kerapihan dan kebersihan petugas, pengetahuan dan keterampilan Universitas Sumatera Utara petugas dalam memberikan pelayanan, kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif, dan kemampuan untuk menyelesaikan keluhan pasien adalah komponen-komponen yang sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang mereka terima dan akan memengaruhi kunjungan mereka ke Puskesmas. 5.1.11 Hubungan Ketersediaan Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 53 responden menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas Raja Maligas dalam kategori kurang baik dan sebanyak 47 menyatakan dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas dalam kategori baik lebih banyak yang memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 40,4 daripada responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas dalam kategori kurang baik yaitu hanya sebanyak 1,9. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Dari hasil wawancara diperoleh hasil mengenai ketersediaan puskesmas antara lain puskesmas hanya melayani setengah hari pada hari jumat pukul 12.00 puskesmas biasanya sudah tutup, sedangkan untuk hari sabtu puskesmas seringkali kosong. Untuk laboratorium rata-rata responden menyatakan bahwa tidak ada laboratorium di puskesmas, untuk ketersediaan pemeriksaan kehamilan dan KB Universitas Sumatera Utara responden menyatakan kurang nyaman melakukannya di puskesmas lebih nyaman jika dilakukan di rumah bidan. Untuk pelayanan imunisasi beberapa responden menyatakan jenis imunisasi di puskesmas kurang lengkap dan lebih lengkap jika ke posyandu terutama BCG hal ini sesuai dengan petugas imunisasi yang menyatakan bahwa jumlah imunisasi BCG memang terbatas. Untuk alat-alat pemeriksaan kebanyakan responden menyatakan kurang lengkap karena tensi sering rusak, tidak ada alat pemeriksa gula, kolesterol dan asam urat padahal pemeriksaan ini merupakan hal yang penting bagi beberapa responden karena mereka merasa kesulitan ketika berobat ke pskesmas harus dirujuk lagi ke rumah dokterperawatbidan yang ada di luar puskesmas padahal mereka sedang berobat ke puskesmas. Dan untuk obat-obatan responden juga menyatakan kurang lengkap karena ada beberapa item obat yang harus dibeli dari luar meskipun sudah berobat ke puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harahap 2006 yang menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan dan pada akhirnya akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Sibuhuan Kabupaten Tapanuli Selatan . Demikian pula menurut penelitian Ayu 2005 yang menyatakan bahwa fasilitas rumah sakit sangat berpengaruh terhadap persepsi pasien di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi dimana semakin baik fasilitas kesehatan yang ada semakin tinggi kunjungan pasien di RS. Sri Pamela Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara Hal yang senada juga diteliti oleh Rifai 2005 di Puskesmas Binjai Kota yang mengemukakan bahwa ketersediaan perlengkapan untuk memudahkan pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap pasien merupakan komponen yang paling penting karena sangat memengaruhi kepuasan pasien dan memengaruhi pemanfaatan pelayanan pengobatan puskesmas. 5.1.12 Hubungan Biaya Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang menyatakan biaya pelayanan mahal sebanyak 52 dan 48 menyatakan murah. Dari hasil tabulasi silang antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpendapat biaya pelayanan murah lebih banyak memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 29,2, dibandingkan responden yang menyatakan biaya pelayanan mahal yaitu hanya sebanyak 11,5 . Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,028 artinya ada hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa biaya Rp. 15.000,- per orang cukup mahal untuk pelayanan di puskesmas apalagi jika tidak ditangani langsung oleh dokter. Sehingga bila dibandingkan dengan biaya pengobatan di puskesmas, waktu yang dikorbankan, dan biaya perjalanan mereka beranggapan lebih murah bila berobat ke praktek bidan perawat yang bersedia jika dipanggil ke rumah. Universitas Sumatera Utara Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu 2005 yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tarif rumah sakit Sri Pamela Tebing Tinggi dengan jumlah kunjungan pasien dimana apabila ada peningkatan tarif rumah sakit akan memengaruhi jumlah kunjungan pasien. Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Hasibuan 2005 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tarif pelayanan yang dikenakan dengan permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauparapat dimana semakin mahal tarif pelayanan yang dikenakan kepada pasien semakin berkurang permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut.

5.2 Analisis Multivariat

Berdasarkan analis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda metode Enter diperoleh tiga variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun yaitu kepercayaan terhadap pelayanan medis, ketersediaan pelayanan, dan pelayanan personil pelayanan bidan. Namun variabel yang mempunyai nilai Exp B yang paling besar adalah variabel kepercayaan terhadap pelayanan medis sehingga variabel inilah yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun artinya semakin baik kepercayaan terhadap pelayanan medis maka pemanfaatan puskesmas akan semakin baik. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh sosiodemografi dan sosiopsikologi dan pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun dapat disimpulkan bahwa : 1. Proporsi umur responden 41- 60 tahun dewasa madia 51, jenis kelamin responden perempuan 51, status perkawinan responden kawin 87, jumlah keluarga responden yang memiliki jumlah keluarga banyak 5 orang 52, tingkat pendidikan responden setingkat SMP SMA sedang 55, responden yang bekerja petani, PNS, karyawan Perkebunan dan pedagang 70. Persepsi terhadap penyakit dalam kategori kurang baik 61, kepercayaan terhadap pelayanan medis dalam kategori kurang baik 59, kecepatan pelayanan dalam kategori kurang baik 55, pelayanan dalam kategori kurang baik 52, ketersediaan pelayanan dalam kategori kurang baik 53, dan biaya pelayanan dalam kategori mahal 52. 2. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan pemanfaatan Universitas Sumatera Utara Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Sedangkan persepsi terhadap penyakit, kepercayaan terhadap pelayanan medis, kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. 3. Variabel kepercayaan terhadap pelayanan medis merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

6.2 Saran

Dokumen yang terkait

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

1 13 101

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 1 9

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 2

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 4

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 25

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Pers

0 0 31

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

0 0 55

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas - Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

0 1 25

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

0 2 13

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

0 0 19