dideritanya sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dan merasakan rasa sakit yang begitu parah. Adanya persepsi bahwa penyakit ringan seperti flu dan batuk bukan
merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai menyebabkan kematian sehingga responden merasa tidak perlu untuk segera mendapatkan pelayanan medis.
Beberapa responden berpendapat jika mengalami gejala sakit ringan dan merasa masih bisa bekerja pastilah mereka akan tetap pergi bekerja. Ada juga yang
berpendapat bahwa pengobatan untuk sakit ringan masih bisa ditunda sampai hari pekan datang setiap hari selasa dan memungkinkan baginya untuk belanja
sekaligus berobat jadi bisa mengerjakan dua hal sekaligus sehingga pekerjaannya di ladang atau berdagang tidak sampai tertunda. Hal seperti ini sangat mungkin
memengaruhi kunjungannya ke puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tampubolon 2011 yang
menyatakan bahwa persepsi tentang penyakit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit dimana responden
yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 63,701 kali dalam memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit dibandingkan dengan
responden yang memiliki persepsi tidak baik tentang penyakit
5.1.8 Hubungan Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis
Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja
Kabupaten Simalungun
Dari hasil gambaran proporsi kepercayaan responden terhadap pelayanan medis terlihat bahwa responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik dan
baik terhadap pelayanan medis terlihat tidak jauh berbeda. Sebanyak 59 responden
Universitas Sumatera Utara
memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap pelayanan medis dan 41 responden dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000
artinya ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan terhadap medis dengan pemanfaatan puskesmas Raja Maligas kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten
Simalungun. Dari hasil tabulasi silang antara kepercayaan terhadap pelayanan medis
dengan pemanfaatan puskesmas terlihat jumlah responden yang memiliki kepercayaan terhadap pelayanan medis dalam kategori baik lebih banyak yaitu
sebanyak 43,9 yang memanfaatkan puskesmas sedangkan responden yang memiliki kepercayaan terhadap pelayanan medis dalam kategori kurang baik yaitu hanya
sebanyak 3,4. Kepercayaan terhadap pelayanan medis di Puskesmas Raja Maligas berada
pada kategori kurang baik mungkin diakibatkan masyarakat yang pernah datang ke puskesmas kecewa karena tidak bertemu dengan dokter, dan pada akhirnya hanya
dilayani oleh bidan atau perawat. Lamanya responden harus menunggu untuk mendapatkan pelayanan, kebanyakan pasien dirujuk ke praktek dokter atau ke rumah
sakit tanpa ditangani terlebih dahulu merupakan alasan responden tidak percaya bahwa puskesmas mampu menyelesaikan masalah kesehatan mereka.
Kedekatan emosional antara masyarakat dengan bidan perawat yang tinggal satu desa dengan mereka serta pengalaman dari responden atau anggota keluarga
yang pernah berobat sebelumnya membuat mereka lebih nyaman dan lebih percaya jika berobat ke praktek bidan perawat tersebut. Selain bidan perawat yang
Universitas Sumatera Utara
berpraktek di desa mereka ada juga 2 - 3 orang perawat yang berasal dari luar wilayah desa mereka yang melakukan pengobatan keliling di desa tersebut sehingga mereka
merasa tidak perlu lagi berobat ke puskesmas. Selain itu beberapa responden juga berpendapat bahwa dari pengalaman masa
lalu mereka selalu mencoba mengobati sendiri dulu penyakit tertentu dan dirasa ringan atau memang tidak dapat disembuhkan bila berobat ke puskesmas seperti
terkilir yang akan sembuh hanya jika diurut, atau membeli obat dari toko obat karena toko obat tersebut dimiliki dan dijaga oleh perawat jadi mereka juga merasa aman
untuk mengkonsumsi obat tersebut. Menurut Syafriadi, dkk 2008 di Puskesmas Baru di Kabupaten Muko-muko
Bengkulu, kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola kebudayaan mereka. Pada sebagian masyarakat terutama di
kalangan orangtua dan berpendidikan rendah masih menganggap bahwa penyakit penyakit tertentu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat supranatural dan pelanggaran
dari suatu pantangan yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini memengaruhi masyarakat dalam mencari pertolongan pengobatan kepada dukun terutama dalam
keadaan mendadak dan pada penyakit tertentu. Pemahaman terhadap penyakit tersebut memengaruhi pola pengobatan dan pemilihan alternatif pengobatan. Setidak-
tidaknya konsep pengobatan tradisional Jawa yang memiliki pandangan kosmologis tentang penyakit, memandang penyakit tidak saja apa yang menyebabkan sakit,
melainkan juga bagaimana dan mengapa seseorang menjadi sakit. Akibat konsep tersebut, berbagai penyakit yang dipercaya sebagai akibat guna-guna, misalnya, tidak
Universitas Sumatera Utara
akan diobatkan ke dokter modern. Selain pengobatan tradisional ada juga sebagian kecil masyarakat yang menggunakan pengobatan sendiri self treatment dengan
alasan masyarakat percaya pada diri sendiri dan berdasarkan pengalaman masa yang lalu pengobatan sendiri dapat mendatangkan kesembuhan selain itu dikarenakan
ketersediaan obat modern sudah sampai ke pelosok dan dapat dibeli dengan bebas dan dengan harga yang terjangkau.
Worldbank 2008 menyatakan kurangnya kepercayaan terhadap sistem kesehatan publik akibat rendahnya kualitas dan kurangnya tenaga medis di pusat-
pusat pelayanan kesehatan yang kerap terjadi mungkin sedikit banyak menjelaskan fenomena ini.
5.1.9 Hubungan Kecepatan Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja