akan diobatkan ke dokter modern. Selain pengobatan tradisional ada juga sebagian kecil masyarakat yang menggunakan pengobatan sendiri self treatment dengan
alasan masyarakat percaya pada diri sendiri dan berdasarkan pengalaman masa yang lalu pengobatan sendiri dapat mendatangkan kesembuhan selain itu dikarenakan
ketersediaan obat modern sudah sampai ke pelosok dan dapat dibeli dengan bebas dan dengan harga yang terjangkau.
Worldbank 2008 menyatakan kurangnya kepercayaan terhadap sistem kesehatan publik akibat rendahnya kualitas dan kurangnya tenaga medis di pusat-
pusat pelayanan kesehatan yang kerap terjadi mungkin sedikit banyak menjelaskan fenomena ini.
5.1.9 Hubungan Kecepatan Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja
Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 55 responden menilai kecepatan pelayanan di Puskesmas Raja Maligas dalam kategori kurang baik, 45 responden
menilai dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang antara kecepatan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh bahwa jumlah responden yang berpendapat
kecepatan pelayanan dalam kategori baik lebih banyak yang memanfatkan puskesmas yaitu sebanyak 42,8 daripada responden yang berpendapat kecepatan pelayanan
dalam kategori kurang baik yaitu 1,8. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara kecepatan pelayanan dengan
pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lupioadi 2006 daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang responsif dan tepat kepada kepada
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Dari hasil wawancara diketahui bahwa responden sering dibiarkan menunggu
terlalu lama tanpa alasan yang jelas pada saat pengambilan kartu, menunggu dokter yang belum datang, menunggu petugas kesehatan untuk memulai pengobatan ketika
dokter berhalangan hadir, dan sekedar menunggu obat yang sudah diresepkan dokter di apotek bisa membuat persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Setiap pasien
yang berobat selalu menginginkan pelayanan yang cepat, praktis dan tidak ruwet serta penanganan yang memuaskan sehingga pasien tidak terlalu lama menunggu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang mereka harapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mahdani 2009 yang
menyatakan bahwa pasien mengharapkan pelayanan yang cepat, praktis dan tidak ruwet serta penanganan yang memuaskan memengaruhi kepuasan pasien sehingga
meningkatkan keputusan untuk melakukan kunjungan ke puskesmas. Sedangkan menurut Sukemi 2008 di Puskesmas Simpur Kecamatan
Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung kecepatan pelayanan meliputi kecepatan petugas dalam meberikan pelayanan, kecepatan dalam proses
pendaftaran, dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan juga sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang mereka terima
sehingga memengaruhi kunjungan mereka ke Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
5.1.10 Hubungan Pelayanan Personil terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun
Dari hasil penelitian diketahui 52 responden menyatakan pelayanan personil dalam kategori kurang baik dan 48 dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang
antara pelayanan personil dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa jumlah responden yang menyatakan pelayanan personil baik lebih banyak yang
memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 37,5 daripada responden yang menyatakan pelayanan personil kurang baik yaitu sebanyak 3,8 . Hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara pelayanan personil dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas kecamatan
Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Dari hasil wawancara diketahui pelayanan dokter dinilai kurang baik karena
sebanyak 61 responden yang menyatakan bahwa dokter tidak hadir setiap hari di puskesmas, dan 59 menyatakan bahwa dokter datang selalu terlambat ke
Puskesmas, sehingga mereka sering dibiarkan menunggu terlalu lama atau hanya dilayani perawat. Dokter yang tinggal di wilayah Puskesmas juga dinyatakan lebih
mementingkan pelayanan pasien yang datang ke rumah sekaligus praktek pribadinya daripada melayani pasien yang sudah menunggu di puskesmas. Adanya pergantian
dokter sebanyak 2 dokter diganti selama tahun 2011 juga membingungkan pasien karena sudah terlanjur mengenal dokter yang sering menangani mereka.
Dari hasil observasi peneliti terhadap pelayanan perawat diperoleh hasil bahwa meskipun jumlah perawat di Puskesmas Raja Maligas terbilang minim
berjumlah 6 orang tetapi adanya sistem Puskesmas 24 jam membuat kepala
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas harus membuat kebijakan pembagian tugas antara shift pagi – siang dan shift malam dengan cermat sehingga harus memberdayakan semua petugas kesehatan
yang ada antara lain menempatkan bidan sebagai pendamping dokter dalam mengobati pasien, menjadi petugas pengambil kartu, dan petugas di apotek. Hal
inilah yang membuat responden memiliki persepsi bahwa setiap petugas kesehatan di puskesmas yang mengobati mereka di puskesmas adalah perawat.
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Raja Maligas yang sangat minim sangat memerlukan penambahan jumlah petugas kesehatan bila dilihat dari standar
pelayanan minimal di puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas yaitu sebanyak 12.220 orang
penduduk diperlukan penambahan 2 orang dokter umum menurut SPM rasio dokter umum 40100.000 penduduk, penambahan 4 orang bidan menurut SPM rasio bidan
100100.000 penduduk dan penambahan 8 orang perawat menurut SPM rasio perawat 117,5100.000 penduduk untuk memenuhi standar pelayanan yang baik di
puskesmas Raja Maligas. Selain itu pemahaman responden tentang batasan tentang tugas, tanggung
jawab dan batas kewenangan petugas kesehatan masih sangat minim karena mereka juga berpendapat bahwa perawat juga bisa memberi obat, menyembuhkan penyakit
bahkan menolong persalinan. Dari hasil wawancara dengan diketahui bahwa petugas kesehatan dalam hal
ini perawat bidan yang sedang bertugas di puskesmas tidak hadir setiap hari dan sering datang terlambat sehingga seringkali pasien sampai di puskesmas terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu dan hal ini pasti memengaruhi proses pelayanan kesehatan. Kehadiran petugas kesehatan yang sering terlambat disebabkan karena sebagian petugas bertempat
tinggal di luar wilayah puskesmas seperti Pematang Siantar, Perdagangan dan Hutabayu Raja yang berjarak 18 - 45 km dari puskesmas. Bagi petugas yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas keterlambatan disebabkan menerima pasien pada jam kerja, alasan ini selalu mendapatkan
pembenaran diri dengan alasan menolong orang sakit merupakan kewajiban, juga menerima pembayaran atas jasa pelayanan yang bisa menambah penghasilan karena
kalau cuma mengandalkan gaji pastilah tidak akan cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Hal ini juga mungkin memengaruhi keramahan dan
kesungguhan petugas untuk melayani pasien di Puskesmas dibandingkan di praktek pribadinya.
Worldbank 2008, mengemukakan praktik ganda merupakan penyebab relatif rendahnya angka ketersediaan tenaga kesehatan per pusat layanan kesehatan
karena diperkirakan 65 dari tenaga kesehatan pemerintah memiliki pekerjaan sampingan banyak dari mereka membuka praktik sendiri atau bekerja di fasilitas-
fasilitas kesehatan swasta. Tenaga kesehatan pemerintah yang memiliki pekerjaan sampingan menyatakan bahwa setengah dari pendapatan mereka diperoleh dari
sektor swasta. Dokter, perawat dan bidan merupakan kunci keberhasilan dalam proses
penyembuhan bagi para pasien untuk itu perlu kerjasama yang baik dalam mengusahakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dokter dan petugas kesehatan
Universitas Sumatera Utara
sudah seharusnya memberikan perhatian yang cukup kepada pasien, sabar mendengarkan keluhan pasien serta memberikan penjelasan yang membuat pasien
cukup mengerti tentang penyakit yang diderita dan tentang proses pengobatan yang sedang dijalaninya. Keramahan dokter dan petugas kesehatan juga perlu dijaga dan
ditingkatkan untuk meningkatkan keinginan konsumen dalam hal ini pasien dalam membeli jasa yang ditawarkan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dahlan 2005 yang menyatakan bahwa pelayanan personil dokter dan bidan yang ramah, sabar
mendengarkan keluhan pasien dan memberikan informasi yang dibutuhkan pasien tentang penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani dan keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan rujukan ibu hamil beresiko di rumah sakit umum di Kabupaten Deli Serdang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Harahap 2006 bahwa pelayanan dokter yang lebih cenderung mengarah ke kuratif tanpa diimbangi upaya
preventif berupa saran sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga akan meningkat
apabila pelayanan perawat memiliki komitmen dan terlatih dalam pekerjaannya. Menurut Sukemi 2008 dalam penelitiannya di Puskesmas Simpur
Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa kemampuan petugas kesehatan dokter, perawat, bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh, kemampuan untuk memberikan informasi kesehatan, kerapihan dan kebersihan petugas, pengetahuan dan keterampilan
Universitas Sumatera Utara
petugas dalam memberikan pelayanan, kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif, dan kemampuan untuk menyelesaikan keluhan pasien adalah
komponen-komponen yang sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang mereka terima dan akan memengaruhi kunjungan mereka ke
Puskesmas.
5.1.11 Hubungan Ketersediaan Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 53 responden menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas Raja Maligas dalam kategori kurang baik dan
sebanyak 47 menyatakan dalam kategori baik. Dari hasil tabulasi silang antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa
responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas dalam kategori baik lebih banyak yang memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 40,4 daripada
responden yang menyatakan ketersediaan pelayanan di puskesmas dalam kategori kurang baik yaitu hanya sebanyak 1,9. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai
p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten
Simalungun. Dari hasil wawancara diperoleh hasil mengenai ketersediaan puskesmas
antara lain puskesmas hanya melayani setengah hari pada hari jumat pukul 12.00 puskesmas biasanya sudah tutup, sedangkan untuk hari sabtu puskesmas seringkali
kosong. Untuk laboratorium rata-rata responden menyatakan bahwa tidak ada laboratorium di puskesmas, untuk ketersediaan pemeriksaan kehamilan dan KB
Universitas Sumatera Utara
responden menyatakan kurang nyaman melakukannya di puskesmas lebih nyaman jika dilakukan di rumah bidan. Untuk pelayanan imunisasi beberapa responden
menyatakan jenis imunisasi di puskesmas kurang lengkap dan lebih lengkap jika ke posyandu terutama BCG hal ini sesuai dengan petugas imunisasi yang menyatakan
bahwa jumlah imunisasi BCG memang terbatas. Untuk alat-alat pemeriksaan kebanyakan responden menyatakan kurang
lengkap karena tensi sering rusak, tidak ada alat pemeriksa gula, kolesterol dan asam urat padahal pemeriksaan ini merupakan hal yang penting bagi beberapa responden
karena mereka merasa kesulitan ketika berobat ke pskesmas harus dirujuk lagi ke rumah dokterperawatbidan yang ada di luar puskesmas padahal mereka sedang
berobat ke puskesmas. Dan untuk obat-obatan responden juga menyatakan kurang lengkap karena ada beberapa item obat yang harus dibeli dari luar meskipun sudah
berobat ke puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harahap 2006 yang
menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan dan pada akhirnya akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan di RSUD Sibuhuan Kabupaten Tapanuli Selatan . Demikian pula menurut penelitian Ayu 2005 yang menyatakan bahwa
fasilitas rumah sakit sangat berpengaruh terhadap persepsi pasien di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi dimana semakin baik fasilitas kesehatan yang ada semakin
tinggi kunjungan pasien di RS. Sri Pamela Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang senada juga diteliti oleh Rifai 2005 di Puskesmas Binjai Kota yang mengemukakan bahwa ketersediaan perlengkapan untuk memudahkan pelayanan
kesehatan yang dilakukan terhadap pasien merupakan komponen yang paling penting karena sangat memengaruhi kepuasan pasien dan memengaruhi pemanfaatan
pelayanan pengobatan puskesmas.
5.1.12 Hubungan Biaya Pelayanan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang menyatakan biaya pelayanan mahal sebanyak 52 dan 48 menyatakan murah. Dari hasil tabulasi
silang antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpendapat biaya pelayanan murah lebih banyak
memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 29,2, dibandingkan responden yang
menyatakan biaya pelayanan mahal yaitu hanya sebanyak 11,5 . Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,028 artinya ada hubungan yang bermakna antara
biaya pelayanan dengan pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa biaya Rp. 15.000,- per orang cukup mahal untuk pelayanan di puskesmas apalagi jika tidak ditangani langsung oleh
dokter. Sehingga bila dibandingkan dengan biaya pengobatan di puskesmas, waktu yang dikorbankan, dan biaya perjalanan mereka beranggapan lebih murah bila
berobat ke praktek bidan perawat yang bersedia jika dipanggil ke rumah.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu 2005 yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tarif rumah sakit Sri Pamela Tebing Tinggi dengan
jumlah kunjungan pasien dimana apabila ada peningkatan tarif rumah sakit akan memengaruhi jumlah kunjungan pasien. Hasil penelitian yang sama dikemukakan
oleh Hasibuan 2005 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tarif pelayanan yang dikenakan dengan permintaan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan di Puskesmas Kota Rantauparapat dimana semakin mahal tarif pelayanan yang dikenakan kepada pasien semakin berkurang permintaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut.
5.2 Analisis Multivariat