4.12. Penentuan Suhu dan pH Awal Terbaik pada Proses Fermentasi

yang digunakan untuk menentukan sumber karbon, sumber nitrogen, dan mineral terbaik adalah yang menghasilkan konsentrasi siklotirosil-prolil paling tinggi. Tabel 2 Komposisi mineral yang digunakan dalam medium fermentasi No Mineral Komposisi 1 Komposisi mineral menurut Sousa et al. 2001 K 2 HPO 4 1 g L -1 , MgSO 4. 7 H 2 O 0,025 g L -1 , ZnSO 4 7 H 2 O 0,025 g L -1 , CaCl 2 .2 H 2 O 0,025 g L -1 , FeSO 4 7 H 2 O 0,025 g L -1 . 2 Komposisi mineral menurut Furtado et al. 2005 KH 2 PO 4 0,6 g L -1 , Mg.SO 4 .7 H 2 O 5 g L -1 , Cu.SO 4 .5 H 2 O 0,001 g L -1 , FeSO 4 .7 H 2 O 0,003 g L -1 3 Komposisi mineral menurut Dhananjeyan et al. 2010 K 2 HPO 4 0,1 g L -1 , Mg.SO 4 .7 H 2 O 0,5 g L -1 , CaCl 2 .2H 2 O 0,1 g L -1 , FeSO 4 .5H 2 O 0,05 g L -1 4 Komposisi mineral menurut Voelker Altaba 2001 CaCl 2 .2H 2 O 0,011 g L -1 , FeSO 4 .5H 2 O 0,007 g L -1 , MnCl 2 .4 H 2 O 0,002 g L -1 , ZnSO 4 .7 H 2 O 0,002 g L -1 , CuSO 4 . H 2 O 0,0004 g L -1 , CoCl 2 .6 H 2 O 0,0004 g L -1 5 Komposisi mineral menurut Dharmaraj et al. 2010 NaCl 0,8 g L -1 , NH 4 Cl 1 g L -1 , KCl. 0,1 g L -1 , KH 2 PO 4 0,1 g L -1 , 0,2 g L -1 MgSO 4 . 7H 2 O, 0,04 g L -1 CaCl 2 2H 2 O. Komposisi medium yang digunakan dalam optimasi medium fermentasi menggunakan Response Surface Methodology meliputi 3 variabel terpilih, yaitu sumber karbon, nitrogen, dan mineral, ditambah 2 g L -1 glukosa, air demineral 250 mL, air laut 750 mL. Keasaman medium fermentasi diatur pada pH 7,5 sebelum dilakukan sterilisasi. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan labu erlenmeyer 250 mL dengan volume kerja sebesar 100 mL. Fermentasi dilakukan selama 144 jam dengan kecepatan agitasi 150 rpm. Ketiga variabel terpilih digunakan sebagai variabel bebas. Sedangkan konsentrasi senyawa aktif yang dihasilkan akibat dari perlakuan 3 variabel bebas tersebut merupakan respon yang akan dicari dalam penelitian ini. Rancangan percobaan untuk mendapatkan data respon yang muncul akibat dari perlakuan digunakan metode Central Composite Design . Selanjutnya untuk menentukan daerah optimum pada respon digunakan metode permukaan respon Response Surface Methodology. Untuk membantu penyelesaian optimasi ini akan digunakan perangkat lunak Design Expert 7. Kisaran dan taraf variabel yang diuji pada optimasi disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Kisaran dan taraf variabel yang diuji pada optimasi komposisi medium Kisaran dan taraf Variabel yang diuji -1,68 -1 0 1 1,68 Konsentrasi sumber karbon g L -1 21,6 25 30 35 38,4 Konsentrasi sumber nitrogen g L -1 6,64 8 10 12 13,36 Penambahan mineral mL larutan stok per liter kaldu fermentasi 3,3 5 7,5 10 11,7 Dalam studi ini digunakan 8 titik faktorial fraksional 2 3-1 , 6 titik bintang, dan 6 titik pusat, sehingga total percobaan adalah 20 percobaan. Nilai pusat perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi sumber karbon 30 g L -1 , konsentrasi nitrogen 10 g L -1 , dan konsentrasi mineral adalah 7,5 mL L -1 . Tabel 4 menunjukkan matrik satuan-satuan percobaan pada optimasi medium fermentasi dalam kode dan nilai asli. Dengan 3 variabel yang diuji maka model kuadratiknya persamaan sebagai berikut Mongomery 1997. Y = bo + b 1 X 1i + b 2 X 2i + b 3 X 3i + b 11 X 1i 2 + b 22 X 2i 2 + b 33 X 3i 2 + b 12 X 1i X 2i + b 12 X 1i X 2i + b 13 X 1i X 3i + b 23 X 2i X 3i Keterangan : Y = konsentrasi senyawa aktif mg L -1 X 1 = konsentrasi sumber karbon g L -1 X 2 = konsentrsi sumber nitrogen g L -1 X 3 = volume penambahan mineral mL. Tabel 4 Matrik Central Composite Design yang mengandung 20 percobaan dengan 3 variabel percoban dalam kode unit. No. X 1 X 2 X 3 Koefisien yang diuji ResponY 1 1 1 1 2 1 -1 -1 3 -1 1 -1 4 1 1 -1 5 1 -1 1 6 -1 1 1 7 -1 -1 1 8 -1 -1 -1 Fraksional 2 3-1 faktorial design 9 -1,68 10 0 -1,68 0 11 0 0 -1,68 12 1,68 0 13 0 1,68 0 Konsentrasi siklotirosil-prolil mg L -1 14 0 0 1,68 Titik bintang 6 titik 15 0 0 0 16 0 0 0 17 0 0 0 18 0 0 0 19 0 0 0 20 0 0 0 Titik pusat 6 titik IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Perlakuan Sampel untuk Isolasi Aktinomisetes

Sebelum dilakukan isolasi aktinomisetes, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan untuk menentukan metode pra-perlakuan sampel yang paling tepat. Pra-perlakuan sampel dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan mikroba yang tidak dikehendaki mikroba kontaminan, sehingga proses isolasi aktinomisetes menjadi lebih mudah. Sampel yang digunakan untuk penentuan metode pra-perlakuan ini adalah sampel yang diambil dari Pantai Anyer Banten. Hasil pra-perlakuan sampel isolasi aktinomisetes disajikan dalam Tabel 5. Pra-perlakuan ke-1 sampai dengan ke-5 menunjukkan mikroba kontaminan menutup seluruh permukaan medium agar Tabel 5. Hal ini akan menekan pertumbuhan aktinomisetes dan mempersulit proses pengambilan koloni aktinomisetes. Pra-perlakuan dengan pemanasan dan pengasaman diharapkan dapat menekan pertumbuhan bakteri Gram-negatif yang banyak terdapat di air laut. Dibandingkan dengan metode 1 sebagai kontrol, metode pemanasan dan pengasaman mampu menekan bakteri kontaminan, terbukti kecepatan pertumbuhan bakteri kontaminan lebih lambat dibandingkan dengan kontrol metode ke-1. Namun demikian metode pemanasan dan pengasaman belum efektif untuk digunakan dalam isolasi ini, karena pada hari ke-3 permukaan medium agar masih dipenuhi oleh bakteri kontaminan, koloni aktinomisetes akan muncul pada hari ke-15 sampai dengan hari ke-21 Hozzein et al. 2008; Dhanasekaran et al. 2009. Seperti halnya metode ke-2 dan ke-3, metode isolasi dengan penambahan sikoloheksimid dan nistatin pada medium isolasi, belum dapat menekan pertumbuhan bakteri kontaminan secara keseluruhan. Pada hari ke-3 pertumbuhan bakteri kontaminan masih menutup seluruh permukaan medium agar. Sikloheksimid dan nistatin hanya efektif menghambat pertumbuhan fungi dan khamir. Dengan demikian mikroba yang mampu tumbuh dan berkembang pada medium yang mengandung sikloheksimid dan nistatin diduga adalah kelompok bakteri. Tabel 5 Hasil pra-perlakuan sampel pada proses isolasi aktinomisetes. Metode ke- Jenis pra-perlakuan Pengamatan pertumbuhan mikroba kontaminan Keterangan 1 Tanpa adanya pra-perlakuan kontrol Sangat banyak Inkubasi hari ke-2, seluruh permukaan medium isolasi dipenuhi mikroba kontaminan 2 Pemanasan sampel pada 60 °C selama 4 jam Banyak Inkubasi hari ke-3, seluruh permukaan medium isolasi dipenuhi mikroba kontaminan 3 Pengasaman sampel pada pH 2 selama 2 Jam Banyak Inkubasi hari ke-3, seluruh permukaan medium isolasi dipenuhi mikroba kontaminan 4 Pemanasan sampel pada 60 °C selama 4 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 dan nistatin 25 μg mL -1 Banyak Inkubasi hari ke-3, seluruh permukaan medium dipenuhi mikroba kontaminan 5 Pengasaman pada pH 2 selama 2 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 dan nistatin 25 μg mL -1 Banyak Inkubasi hari ke-3, seluruh permukaan medium dipenuhi mikroba kontaminan 6 Pemanasan pada 60 °C selama 4 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 , nistatin 25 μg mL -1 , asam nalidiksat 20 μg mL -1 , rifampisin 5 μg mL -1 Sedang Pertumbuhan koloni terpisah dan tidak tertutup oleh mikroba kontaminan 7 Pengasaman pada pH 2 selama 2 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 , nystatin 25 μg mL -1 , asam nalidiksat 20 μg mL -1 , rifampisin 5 μg mL -1 Sedang Pertumbuhan koloni terpisah dan tidak tertutup oleh mikroba kontaminan 8 Pemanasan pada 60 °C selama 4 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 , nistatin 25 μg mL -1 , asam nalidiksat 40 μg mL -1 , rifampisin 10 μg mL -1 Tidak tumbuh Pertumbuhan koloni aktinomisetes juga tertekan tidak tumbuh 9 Pengasaman pada pH 2 selama 2 jam dan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 , nistatin 45 μg mL -1 , asam nalidiksat 30 μg mL -1 , rifampisin 10 μg mL -1 Tidak tumbuh Pertumbuhan koloni aktinomisetes juga tertekan tidak tumbuh. Keterangan : Komposisi medium isolasi; soluble starch 10 g, pepton 2 g, ekstrak khamir 4 g, agar 16 g dalam 1000 mL air laut Selanjutnya penambahan antibiotik rifampisin 5 μg mL -1 dan asam nalidiksat 20 μg mL -1 terlihat mampu menekan pertumbuhan bakteri Gram-postif dan Gram-negatif. Kombinasi antara pra-perlakuan pemanasan atau pengasaman dengan penambahan antibiotik sikloheksimid 100 μg mL -1 , nistatin 25 μg mL -1 , asam nalidiksat 20 μg mL -1 , rifampisin 5 μg mL -1 mampu menekan pertumbuhan mikroba kontaminan, sehingga pada inkubasi sampai dengan hari ke-21 beberapa koloni aktinomisetes dapat tumbuh dan tidak tertutup oleh mikroba kontaminan, baik itu fungi maupun bakteri lainnya. Namun demikian beberapa koloni fungi dan bakteri tetap tumbuh dalam medium agar, dan tidak menutup koloni lainnya. Menurut Seong et al. 2001 pemanasan suspensi sampel pada suhu 70 °C selama 15 menit mampu menurunkan populasi bakteri Gram-negatif dan fungi kontaminan, serta dapat menaikkan rasio koloni aktinomisetes. Penambahan nistatin 50 μg mL -1 dan asam nalidiksat 20 μg mL -1 mampu menekan pertumbuhan fungi dalam medium isolasi. Menurut Pisano et al. 1989 rifampicin 2,5 μg mL -1 efektif menekan pertumbuhan bakteri Gram-negatif. Namun demikian komposisi dan konsentrasi antibiotik dalam medium isolasi yang digunakan akan berbeda tergantung dari biodiversitas mikrooganisme di dalam sampel. Pada penelitian ini penggunaan pra-perlakuan kombinasi pemanasan atau pengasaman sampel yang dikombinasikan dengan sikloheksimid dan nistatin belum sepenuhnya efektif untuk mengurangi sejumlah bakteri kontaminan. Kombinasi metode pra-perlakuan pemanasan atau pengasaman dengan penambahan sikloheksimid 100 μg mL -1 , nistatin 25 μg mL -1 , asam nalidiksat 20 μg mL -1 , rifampisin 5 μg mL -1 dalam medium agar, lebih efektif menghambat mikroba kontaminan dan meningkatkan jumlah koloni aktinomisetes. Rifampisin diketahui efektif menghambat bakteri Gram-negatif dan Gram-positif, serta mampu menghambat mikobakterium yang banyak terdapat di daerah perairan. Namun demikian pada penambahan konsentrasi rifampisin dan asam nalidiksat menjadi dua kalinya pra-perlakuan ke-8 dan ke-9 ternyata berakibat menghambat pertumbuhan koloni aktinomisetes dan mikroba lainnya. Sampai dengan inkubasi 21 hari, belum ada koloni aktinomisetes yang mampu tumbuh pada medium isolasi tersebut. Dengan demikian pada tahap selanjutnya akan digunakan pra-perlakuan dengan metode ke-6 dan ke-7.

IV.2. Isolasi Aktinomisetes

Hasil isolasi aktinomisetes laut yang diambil dari tiga lokasi diperoleh 5 isolat dari pantai utara Cirebon, 29 isolat dari Pantai Anyer Banten, dan 6 isolat dari Pantai Kukup Gunung Kidul Yogyakarta. Jumlah aktinomisetes yang dapat diisolasi setiap bobot sampel sedimen laut relatif lebih sedikit dibandingkan dengan isolasi aktinomisetes dari tanah. Namun demikian potensi untuk mendapatkan mikroba unggul dari aktinomisetes laut lebih besar karena kondisi lingkungan laut yang lebih bervariasi dibandingkan di tanah. Menurut Goodfellow 1983 bahwa walaupun jumlah aktinomisetes yang dapat diisolasi dari laut cenderung lebih sedikit dibandingkan dari tanah namun demikian karakteristik aktinomisetes laut lebih bervariasi dan lebih berpotensi. Pada komposisi medium isolasi dan sejumlah antibiotik yang ditambahkan sama, maka apabila dilihat dari kedua proses pra-perlakuan yaitu dengan menggunakan panas heatshock treatment dan menggunakan pengasaman acid treatment maka terlihat bahwa pra-perlakuan dengan pemanasan lebih efektif dibandingkan pra-perlakuan dengan pengasaman. Praperlakuan pemanasan terbukti mampu menekan pertumbuhan bakteri kontaminan yang biasanya akan tumbuh pada awal inkubasi. Sebaliknya pra-perlakuan asam terbukti masih banyak bakteri kontaminan yang tumbuh dan menyebabkan sulitnya proses pemurnian koloni aktinomisetes. Menurut Hoskisson et al. 2000 perlakuan pemanasan sampel pada 60 °C mampu meningkatkan 5 kali jumlah spora Micromonospora echinospora yang dikulturkan dibandingkan tanpa pemanasan. Disamping mampu menekan bakteri kontaminan perlakuan pemanasan terbukti mampu meningkatkan aktivasi proses respirasi spora dan memacu penggunaan senyawa yang digunakan. Apabila pemanasan dinaikkan menjadi 70 °C, maka waktu yang dibutuhkan untuk proses aktivasi menjadi lebih pendek, namun terjadi pengurangan jumlah spora yang dikulturkan. Pemanasan sampel pada suhu 50 °C selama 30 menit tidak berpengaruh tarhadap pertumbuhan spora yang dikulturkan dibandingkan kontrol. Hal yang sama disampaikan oleh Karwowski 1986 bahwa pemanasan pada suhu 70 °C dalam waktu lebih dari 30 menit berpotensi mengurangi jumlah spora yang dapat dikulturkan pada medium isolasi. Hal yang