62
2.5. K3 DAN PRODUKTIVITAS
Kesehatan kerja occupational health sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja.
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatankedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif,
terhadap penyakitgangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial Tarwaka, 2014:34.
Kecelakaan kerja mempengaruhi produktivitas perusahaan. Di dalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh 3 pilar utama, yaitu: kuantitas quantity,
kualitas quality dan keselamatan safety. Produktivitas hanya dapat dicapai jika ketiga unsur produktivitas tersebut
berjalan secara seimbang.
Kualitas
Kuantitas
Gambar 2.1. Hubungan produktivitas dan K3 Sumber: Soehatman Ramli, 2010: 15
63
2.6. K3 DAN PENGENDALIAN KERUGIAN
Aspek K3 juga berkaitan dengan pengendalian kerugian. K3 bukan hanya menyangkut kecelakaan atau cedera pada manusia, tetapi juga menyangkut sarana
produksi dan aset perusahaan. Setiap kecelakaan baik cedera pada manusia, kebakaran dan kerusakan material dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi.
Banyak kecelakaan yang tidak mengakibatkan korban manusia, tetapi hanya berupa kerusakan sarana produksi yang disebut non injury incident atau damage
accident. Karena itu, salah satu objektif K3 adalah untuk mencegah dan mengendalikan kerugian atau sering disebut loss control management.
Kerugian finansial akibat kerusakan ini jauh lebih besar dibandingkan kerugian akibat cedera pada manusia. Menurut penelitian Frank Bird dalam
bukunya Loss Control Management, untuk setiap 1 kali kecelakaan yang mengakibatkan meninggal, akan terjadi lebih dari 30 kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan yang tidak berakibat cedera pada manusia Soehatman Ramli,2010:16.
64
2.7 KERANGKA TEORI