SIMPULAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PELATIHAN OTOMOTIF DALAM MEMPERSIAPKAN WARGA BELAJAR MEMASUKI DUNIA KERJA DI BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI) SEMARANG

132 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 5.1.1 Manajemen penyelenggaraan pelatihan otomotif dalam mempersiapkan warga belajar memasuki dunia kerja di Balai Latihan Kerja Industri BLKI Semarang meliputi : 5.1.1.1 Perencanaan Pelatihan Otomotif Perencanaan merupakan dasar bagi kegiatan tindakan pada waktu yang akan datang dan memerlukan pemikiran tentang apa yang perlu dikerjakan, dimana dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya Sutarto, 2012: 2. Perencanaan pelatihan diawali dengan Training Need Analysis TNA. Tujuannya untuk mengetahui kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dan dilaksanakan oleh satu orang seksi program dan satu instruktur dengan wawancara di perusahaan. Hasil TNA diolah sesuai SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Seksi penyelenggaraan mempersiapkan rencana jadwal pelatihan. Rencana dimulai dari dari pendaftaran hingga pembukaan. Pelatihan otomotif sepeda motor ini diselenggarakan pada tahap 8 tahun 2014. Seksi kerjasama dan pemasaran mempersiapkan sosialisasi program dan rekruitmen. Sosialisasi dilakukan melalui media massa dan elektronik. Rekruitmen dilakukan 3 tahap seleksi yaitu administrasi, tertulis dan wawancara. Hasil rekruitmen memperoleh 16 warga belajar. Sub Bagian Tata Usaha mempersiapkan sarana prasarana pelatihan meliputi fasilitas kelas, media, alat praktek dan fasilitas yang diberikan kepada warga belajar. Instruktur mempersiapkan dengan membuat kurikulum dan silabus yang mengacu pada CBT berisi materi Fisik, Mental, Disipln dan kompetensi mekanik sepeda motor. Selain itu instruktur juga merumuskan tujuan, menentukan metode ,media, sumber, dan evaluasi pembelajaran. 1.5.1.2 Pengorganisasian Pelatihan Otomotif Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan antara fungsi personalia agar kegiatan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan Sutarto, 2012: 3. Dalam pengorganisasian, wewenang kepala BLKI Semarang dibantu 4 seksi yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Program dan Evaluasi, Seksi Penyelenggaraan, serta Seksi Kerjasama dan Pemasaran. Koordinasi selalu dilakukan berupa rapat diawal perencanaan dan diakhir evaluasi yang dipimpin oleh Kepala BLKI. 1.5.1.3 Pelaksanaan Pelatihan Pelaksanaan merupakan fungsi fundamental karena tidak aka nada output yang dihasilkan tanpa tindaklanjut kegiatan Sutomo, 2011: 14. Pelatihan dilaksanakan menggunakan model Competency Basic Training dengan total waktu 320 jam. Teori 30 dan praktek 70. Pendidikan nonformal terlihat pada pemberian porsi praktek yang jauh lebih banyak dibanding teori. Sementara materi pelatihan meliputi materi softskill Fisik, Mental, Disiplin FMD dan hardskill berupa komponen sepeda motor. Materi softskill diberikan untuk mempersiapkan warga belajar memasuki dunia kerja karena perusahaan lebih mementingkan sikap. Pemberian materi softskill FMD ini dilaksanakan 3 hari. Hal ini jarang dilakukan pada pelatihan lain, tetapi BLKI berkomitmen tetap melaksanakan orientasi FMD. Sementara materi hardskillsnya meliputi servis rutin, merawat sistem bahan bakar, memperbaiki kopling, rem, sistem starter, sistem penerangan, dan pengapian. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu ceramah, demonstrasi dan tanya jawab. Disela pembelajaran juga diberikan motivasi dunia kerja. Kehadiran warga belajar sangat baik terlihat pada presensi siswa yaitu 99,39 yang terdiri dari Alpha 0,30 , Sakit 0 , dan Ijin 0,30 . Pembiasaan untuk mempersiapkan memasuki dunia kerja dengan kegiatan apel pagi, baris berbaris, kebersihan kelas serta sanksi. 1.5.1.4 Pengawasan Pelatihan Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan guna menjamin bahwa semua pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya Sutomo, 2011: 17. Pengawasan dilaksanakan 3 kali. oleh seksi program dan evaluasi, seksi penyelenggaraan, dan seksi kerjasama pemasaran. Monitoring ini meliputi monitor sarana prasarana peralatan teori praktek, fasilitas dan proses pembelajaran. Namun untuk monitoring lulusan belum dilakukan mengingat tenaga, waktu dan biaya yang cukup besar untuk memonitor seluruh warga belajar. Biasanya dilakukan hanya degan sampling secara acak. 1.5.1.5 Evaluasi Pelatihan Otomotif Evaluasi merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan pengambilan keputusan Sudjana, 2007: 252. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh instruktur dengan melakukan penilaian dari buku kerja, gambar, praktek dengan target waktu, dan wawancara. Warga belajar diberikan kebebasan untuk memilih waktu siap melakukan tes praktek dan siapa pengujinya. Selain itu juga diberikan kesempatan mengulang selama 3 kali. Apabila melampaui akan diberikan tugas lain. Sementara evaluasi program dilaksanakan oleh seksi program dan evaluasi pada akhir pelatihan dengan membagikan angket yang meliputi evaluasi program, instruktur, metode, media, sarana prasarana dan proses pelatihan. 5.1.2 Hambatan pelatihan dapat berasal dari lingkungan internal maupun eksternal Sudjana, 2007: 101. Hambatan penyelenggaraan pelatihan otomotif dalam mempersiapkan warga belajar memasuki dunia kerja yaitu karakteristik warga belajar yang yang berbeda, kurangnya minat baca warga belajar, fasilitas sarana prasarana praktek yang rusak dan hilang, partisipasi warga belajar yang relatif masih rendah dan pemantauan pengawasan terhadap lulusan yang belum dilakukan.

5.2 SARAN