13
Direktorat Pembinaan SMK 2013
Zat-zat lipoil yang larut dalam lemak dan tidak bermuatan listrik umumnya lebih mudah melintasi membran sel dibandingkan dengan zat-zat hidroil yang
bermuatan listrik ion
a. Sistim transportasi obat
Untuk dapat mentransport obat ketempat yang tepat dalam tubuh molekul zat kimia harus dapat melintasi membrane semi permiabel berdasarkan adanya
perbedaan konsentrasi, antara lain melintasi dinding pembuluh ke ruang antar jaringan interstitium. Pada proses ini beberapa mekanisme transport memegang
peranan yaitu:
1. Transport pasif : tidak menggunakan energi, misalnya perjalanan molekul
obat melintasi dinding pembuluh ke ruang antar jaringan interstitium, yang dapat terjadi melalui dua cara :
•
Filtrasi melalui pori-pori kecil dari membran. Zat-zat yang diiltrasi adalah air dan zat-zat hidroil yang molekulnya lebih
kecil dari pori, seperti alkohol, urea BM 200
•
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel. Zat lipoil lebih lancar penerusannya dibandingkan zat hidroil.
2. Transport aktif : memerlukan energi. Pengangkutan dilakukan dengan
mengikat zat hidroil makro molekul pada protein pengangkut spesiik yang umumnya berada di membran sel carrier. Setelah membran dilintasi
obat dilepaskan kembali. Glukosa, asam amino, asam lemak dan zat gizi lain di absorpsi dengan cara transport aktif. Berbeda dengan difusi, cepatnya
penerusan pada transport aktif tidak tergantung dari konsentrasi obat.
Gambar 1.4. Proses transportasi obat menggunakan carrier
Direktorat Pembinaan SMK 2013
14
3. Endosistosis Pinosistosis dan fagositosis
Pada pinositosis tetesan-tetesan cairan kecil diserap dari saluran cerna, sedangkan pada fagositosis yang diserap adalah zat padat, membran
permukaan tertutup keatas dan bahan ekstrasel ditutup secara vesikular.
Gambar 1.5 : Proses transportasi obat a pinositosis b fagositosis,
b. Absorpsi
Absorpsi suatu obat adalah pengambilan obat dari permukan tubuh termasuk juga mukosa saluran cerna atau dari tempat-tempat terntentu pada organ dalaman
ke dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Karena obat baru dapat menghasilkan efek terapeutik bila tercapai konsentrasi yang sesuai pada tempat
kerjanya, maka absorpsi yang cukup menjadi syarat untuk suatu efek terapeutik, kecuali untuk obat yang bekerja lokal dan antasida.
Absorbsi obat umumnya terjadi secara pasif melalui proses difusi. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah sifat
isikokima bahan obat, terutama sifat stereokimia dan kelarutannya seperti :
•
Besar partikel
•
Bentuk sediaan obat
•
Dosis
•
Rute pemberian dan tempat pemberian
•
Waktu kontak dengan permukaan absorpsi
•
Besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi
•
Nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi
•
Integritas membran
•
Aliran darah organ yang mengabsorbsi
15
Direktorat Pembinaan SMK 2013
Gambar 1.6. Berbagai tempat terjadinya proses absorpsi obat
c. Absorpsi obat melalui rute oral