Toleransi, habituasi dan adiksi. Habituasi kebiasaan dan adiksi Dosis

25 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamin di dalam tubuh atau terjadinya reaksi khusus antara antigen-antibodi. Gejala-gejala alergi yang terpenting dan sering terjadi adalah pada kulit yaitu urtikaria gatal dan bentol-bentol, kemerah-merahan dan sebagainya. Pada alergi yang lebih hebat dapat berupa demam, serangan asma, anailaksis shock dan lain-lain. Contoh reaksi alergi sangat umum dijumpai pada pasien yang alergi pada pemberian penisilin, dimana akan timbul reaksi gatal, kemerahan dan bengkak. • Fotosensitasi Adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat, terutama pada penggunaan lokal. Tetrasiklin dan turunannya kadang- kadang juga dapat menyebabkan fotosensitasi pada pemakaian oral.

e. Efek toksis

Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menunjukkan efek toksis. Secara umum, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis. Dengan mengurangi dosis, efek dapat dikurangi pula. Salah satu efek toksis yang terkenal yaitu efek teratogen yaitu obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu, mengakibatkan cacat pada janin kasus Thalidomide . Dengan SK MENKES RI No 682Ph636 berlaku sejak1 Januari 1963, maka obat-obat yang mengandung thalidomide, meklizin, dan femotazin dilarang penggunaannya di Indonesia.

f. Toleransi, habituasi dan adiksi.

Toleransi adalah peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus menerus untuk mencapai efek terapeutik yang sama. Macam-macam toleransi yaitu: a. Toleransi primer bawaan, terdapat pada sebagian orang dan binatang tertentu misalnya kelinci sangat toleran untuk atropin. b. Toleransi sekunder, yang bisa timbul setelah menggunakan suatu obat selama beberapa waktu. Organisme menjadi kurang peka terhadap obat tersebut. Hal ini disebut habituasi atau kebiasaan. c. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia serupa fenobarbital dan butobarbital, atau kadang-kadang antara zat- zat yang berlainan misalnya alkohol dan barbital. d. Tachyphylaxis, adalah toleransi yang timbul dengan pesat sekali, bila obat diulangi dalam waktu singkat . Direktorat Pembinaan SMK 2013 26

g. Habituasi kebiasaan dan adiksi

Habituasi adalah kebiasaan dalam mengkomsumsi suatu obat. Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan: 1. Induksi enzim Misalnya barbital dan fenilbutazon, menstimulasi terbentuknya enzim yang menguraikan obat-obat tersebut. 2. Reseptor sekunder yang dibentuk ekstra oleh obat-obat tertentu Misalnya morin sehingga jumlah molekul obat yang dapat menduduki reseptornya akan berkurang. 3. Penghambatan absorpsi setelah pemberian oral, misalnya habituasi bagi preparat arsen. Dengan meningkatkan dosis obat terus menerus pasien dapat menderita keracunan, karena efek sampingnya menjadi lebih kuat pula. Habituasi dapat diatasi dengan menghentikan pemberian obat dan pada umumnya tidak menimbulkan gejala-gejala penghentian abstinensi seperti halnya pada adiksi. Adiksi atau ketagihan berbeda dengan habituasi dalam dua hal yakni : 1. Adanya ketergantungan jasmaniah dan rohaniah dan bila pengobatan dihentikan. 2. Penghentian penggunaan obat adiktif menimbulkan efek hebat secara isik dan mental, yang dinamakan gejala abstinensi.

h. Dosis

Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan tergantung dari banyak faktor antara lain: usia, berat badan, berat ringannya penyakit dan sebagainya. Takaran pemakaian suatu obat umumnya tercantum dalam setiap Farmakope. Sebenarnya yang umum dipakai sekarang adalah dosis pemakaian usual doses atau dosis lazim. Anak-anak kecil terutama bayi yang baru lahir., menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap obat, karena fungsi hati, ginjal serta enzim-enzimnya belum lengkap perkembangannya. Demikian juga untuk orang tua diatas usia 65 tahun. Perkiraan kebutuhan dosis untuk lansia: 65 – 74 tahun : dosis biasa - 10 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20 85 tahun dan lebih : dosis biasa - 30 27 Direktorat Pembinaan SMK 2013

i. Waktu minum obat