Interaksi secara farmakodinamik. Prinsip-prinsip Farmakodinamik

29 Direktorat Pembinaan SMK 2013 diabsorpsi contohnya adalah interaksi antibiotika tetrasiklin, luorokuinolon dengan besi Fe dan antasida yang mengandung Al, Ca, Mg, terbentuk senyawa khelat yang tidak larut sehingga obat antibiotika tidak diabsorpsi. Interaksi yang terjadipada proses distribusi terjadi karena pergeseran ikatan protein plasma. Contohnya, fenilbutazon dapat menggeser warfarin ikatan protein 99 dan tolbutamid ikatan protein 96 sehingga kadar plasma warfarin dan tolbutamid bebas meningkat. Interaksi yang terjadi pada proses metabolisme obat terjadi dengan mekanisme berupa: penghambatan inhibisi metabolisme, induksi metabolisme, dan perubahan aliran darah hepatik. Hambatan ataupun induksi enzim pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap obat-obat atau zat-zat yang merupakan substrat enzim mikrosom hati sitokrom P450 CYP. Interaksi yang terjadi pada proses ekskresi obat, dapat terjadi melalui mekanisme pada proses ekskresi melalui empedu dan pada sirkulasi enterohepatik, sekresi tubuli ginjal, dan karena terjadinya perubahan pH urin. Gangguan dalam ekskresi melalui empedu terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transport yang sama, contohnya kuinidin menurunkan ekskresi empedu digoksin, probenesid menurunkan ekskresi empedu rifampisin.

m. Interaksi secara farmakodinamik.

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem isiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun proil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasiikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari. Contoh interaksi pada reseptor yang bersifat antagonistik misalnya: interaksi antara β-bloker dengan agonis-β2 pada penderita asma; interaksi antara penghambat reseptor dopamine haloperidol, metoclo-pramid dengan levodopa pada pasien parkinson. Direktorat Pembinaan SMK 2013 30

C. Rangkuman

Proses perjalanan obat untuk mencapai target site, sampai menghasilkan efek terapeutik membutuhkan proses yang cukup panjang. Selain fakator zat aktif, sekumpulan faktor-faktor formulasi obat sangat berpengaruh terhadap efek terapeutik efek farmakologis yang ditimbulkan, hal ini dipelajari dalam bidang ilmu biofarmasi. Sebelum menimbulkan efek farmakologis, obat juga melalui fase-fase dalam perjalanannya di dalam tubuh. Fase-fase tersebut meliputi pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya fase farmasetik, proses absorbsi, distribusi, metabolism dan ekskresi fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik, yaitu obat berikatan dengan reseptor dan menimbulkan efekfarmakologis. Proses perjalanan obat dalam tubuh nasib obat meliputi absorbsi, distribusi, metabolism dan ekskresi. Proses absorbs obat dapat terjadi di semua tempat pemberian obat. Berbagai macam factor seperti kelarutan obat , sirkulasi pada letak absorbs sangat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat. Distribusi obat terjadi segera setelah proses absorbsi. Distribusi akan terjadi pada organ yang perfusinya lebih cepat. Metabolisme adalah proses yang sangat penting dalam mengubah molekul obat menjadi hasil metabolisme metabolit obat. Sebagian besar proses metabolism ini terjadi di organ hati oleh enzim retikuloendotelial. Perubahan meolekul obat yang terjadi dapat berupa: bioinaktivasi, detoksiikasi, atau perubahan kepolaran. Ekskresi merupakan proses yang sangat penting untuk eliminasi pengeluaran obat dan metabolitnya dalam tubuh. Ginjal melalui urin, merupakan organ yang sangat penting dalam pengeluaran metabolit obat dalam tubuh. Efek terapeutik efek farmakologis obat dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu melalui perantara reseptor dan tanpa perantara reseptor. Teori yang mendasari efek obat melalui perantara reseptor adalah teori pendudukan reseptor, di mana obat dapat menimbulkan efek setelah terjadi kompleks antara reseptor yang sesuai dengan obat. Mekanisme kerja obat yang lain tanpa perantara reseptor dapat terjadi secara isika, kimia, metabolism dan antagonis saingan kompetitif.