Matriks SWOT Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Kemudian dari hasilnya diambil mediannya. 4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh skor pada kolom 4. 5. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan. Nilai 1,0 menunjukkan situasi eksternal perusahaan yang sangat buruk. Nilai 4,0 menunjukkan situasi eksternal perusahaan yng sangat baik. Nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal perusahaan pada tingkat rata-rata. Matriks EFE ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks EFE Faktor-Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Skor Peluang : • • Ancaman : • • Total 1,00 Sumber : David, 2002.

b. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan agar dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang atau untuk menghindari ancaman dan mengatasi kelemahan. Oleh karena itu, matriks IFE dan matriks EFE digabungkan dalam matriks SWOT. Dari matriks SWOT akan dihasilkan empat alternatif, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T. Perusahaan dapat memilih satu dari empat strategi tersebut yang dianggap paling tepat untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Langkah-langkah dalam pembuatan matriks SWOT, yaitu : 1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan. 2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan. 3. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan. 4. membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan. 5. Mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O. 6. Mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-O. 7. Mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-T. 8. Mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-T. Strategi yang diambil harus didasarkan pada kondisi perusahaan sehingga akan berjalan efektif dan efisien. Matriks SWOT ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan • • Kelemahan • • Peluang • • Strategi SO • • Strategi WO • • Ancaman • • Strategi ST • • Strategi WT • • Sumber : David, 2002.

c. Matriks QSPM

Setelah pemaparan tahap pengumpulan data dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE, dan tahap analisis data dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap selanjutnya yaitu tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan matriks QSPM. Matriks QSPM digunakan untuk menentukan keketertarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Langkah- langkah dalam pengembangan matriks QSPM, yaitu : 1. Memasukkan daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFE dan matriks EFE. 2. Memberi bobot pada masing-masing faktor eksternal dan internal. Bobot ini sama dengan yang ada di matriks IFE dan EFE. 3. Menuliskan dan mengidentifikasikan strategi alternatif yang harus dipertimbangkan perusahaan, kemudian mencatat strategi-strategi tersebut di bagian atas baris QSPM. 4. Menetapkan Atractive Score AS, yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. Nilai AS ini didapat dari hasil kuesioner kepada pihak-pihak manajemen perusahaan. Batasan nilai AS adalah 1 tidak menarik, 2 agak menarik, 3 cukup menarik, dan 4 sangat menarik. 5. Menghitung Total AS TAS. TAS ini didapat dari hasil perkalian bobot yang terdapat pada matriks IFE dan EFE dengan AS yang diperoleh. TAS menunjukkan kemenarikan relatif dari masing-masing alternatif strategi. 6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik atau TAS pada masing-masing kolom QSPM. Berdasarkan beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks QSPM Alternatif Strategi Strategi I Strategi II Strategi III Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS AS TAS Peluang : • • Ancaman : • • Kekuatan : • • Kelemahan : • • Sumber : David, 2002.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Sahid Detolin Textile PT Sadetex didirikan pada tanggal 26 Maret 1979 dan diresmikan pada tanggal 27 September 1983 oleh Bapak dan Ibu Sukamdani. PT Sadetex sejak awal berdiri bertujuan untuk menyediakan produk linen berkualitas untuk memenuhi kebutuhan hotel yang sebelumnya di impor. Orientasi pangsa pasar yang semula hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hotel yang berada dalam ruang lingkup Sahid Grup, tetapi dengan semakin berkembangnya usaha perhotelan di Indonesia, maka pangsa pasar pun tidak hanya terfokus pada hotel- hotel yang berada dalam ruang lingkup Sahid Grup saja bahkan sudah mencakup industri di luar jasa perhotelan, seperti restoran, jasa penerbangan, dan rumah sakit. Jika perusahaan tekstil lain dalam proses produksinya memproduksi dan memasarkan produknya ke masyarakat luas, lain halnya dengan PT Sadetex yang hanya menerima pesanan dari konsumen bisnis, yaitu konsumen bisnis dalam negeri dan luar negeri, dimana perusahaan memasarkan produknya untuk wilayah dalam negeri sebanyak 60 persen dan luar negeri sebanyak 40 persen. Proses pembuatan produknya, hampir seluruhnya perusahaan menggunakan mesin-mesin yang di impor dari luar negeri, yaitu Eropa khususnya Swiss dan Jerman yang terkenal dengan teknologi tekstil dengan kualitas dan prestasi yang baik. Bahan baku benang yang digunakan perusahaan untuk proses produksi memiliki kualitas 100 persen cotton.

4.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

PT Sadetex mempunyai visi, yaitu berusaha menjadi yang terbaik lewat keterlibatan aktif seluruh karyawannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Misi PT Sadetex, yaitu memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal penyediaan produk linen yang berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai PT Sadetex adalah menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memperoleh keuntungan yang maksimal, dan memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang diterapkan PT Sadetex disebut juga dengan jenjang kelompok kerja, yaitu : 1. Direksi membawahi secara langsung seorang General Manager. 2. General Manager membawahi empat manager, yaitu Manager Personalia dan Umum, Manager Finance and Accounting, Manager Produksi, dan Manager Marketing. 3. Manager Personalia dan Umum membawahi Kepala Bagian Personalia dan Umum, dan Kepala Bagian Purchasing. Kepala Bagian Personalia dan Umum membawahi Kepala Seksi Personalia, Kepala Seksi Security, Kepala Seksi Expedisi, dan Kepala Seksi Umum. 4. Manager Finance and Accounting membawahi Kepala Bagian Finance dan Kepala Bagian Accounting, dimana dalam menjalankan aktivitasnya Manager Finance and Accounting dibantu oleh Job Assignment, yaitu Perpajakan. 5. Manager Produksi membawahi Kepala Bagian Preparation and Weaving , Kepala Bagian Dyeing, Finishing and Laborat, Kepala Bagian Konveksi, Kepala Bagian Engineering and Maintenance, dan Kepala Bagian Plan Product and Control PPC, dimana dalam menjalankan aktivitasnya Manager Produksi dibantu oleh Job Assignment , yaitu Assisten Manager Produksi. 6. Manager Marketing dalam menjalankan aktivitasnya dibantu oleh Job Assignment, yaitu Assisten Manager Marketing Local dan Assisten Manager Marketing Export. Assisten Manager Marketing Local membawahi Koordinator Tenaga Penjualan, Koordinator Operasional, dan Marketing Support, sedangkan untuk Assisten Manager Marketing Export membawahi Marketing Support Export . Untuk lebih jelasnya bagan struktur organisasi PT Sadetex dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan struktur organisasi PT Sadetex, maka tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian sebagai berikut : 1. Direksi bertugas memimpin semua kegiatan baik di dalam maupun di luar perusahaan secara keseluruhan. 2. General Manager bertugas untuk membantu direksi dalam mengkoordinir kegiatan-kegiatan perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. 3. Manager Personalia dan Umum bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian, pengupahan, keamanan, expedisi, dan hubungan dengan pihak luar. 4. Manager Finance and Accounting bertugas mengkoordinir penyelenggaraan administrasi dan keuangan perusahaan, serta mengkoordinasi pemasukan dan pengeluaran perusahaan. 5. Manager Produksi bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan pada departemen produksi agar tercapai hasil yang maksimal sesuai dengan kapasitas produksi. 6. Manager Marketing bertugas mengkoordinasi seluruh kegiatan divisi penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum sesuai dengan target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan. 7. Assisten Manager Pemasaran Lokal bertugas mengkoordinasi seluruh kegiatan penjualan lokal yang dilakukan oleh para Koordinator Tenaga Penjualan, Koordinator Operasional dan Marketing Support agar target penjualan dapat dicapai. 8. Koordinator Tenaga Penjualan bertugas mengkoordinir kegiatan penjualan sehari-hari masing-masing Sales Executive didalam menjalankan tugasnya guna mencapai target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 9. Koordinator Operasional bertugas mengawasi kelancaran pelaksanaan pesanan barang yang dihasilkan oleh divisi penjualan kepada divisi produksi. 10. Marketing Support bertugas mencari dan mengidentifikasi prospek pembeli yang potensial sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan.

4.1.4. Proses Produksi

Proses produksi merupakan sebuah mata rantai, sehingga kelancaran suatu proses pada salah satu bagian akan sangat mempengaruhi proses produksi dibagian yang lain. Perencanaan produksi yang baik dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinir dengan departemen terkait. Pengawasan produksi dilaksanakan pada masing-masing departemen sejak proses awal hingga proses akhir dari penerimaan bahan baku sampai dengan pengiriman kepada konsumen yang dilaksanakan secara ketat, baik dalam kualitas maupun kuantitas produksinya. Proses produksi towels terbagi menjadi tiga tahap produksi, yaitu preparation persiapan, weaving pertenunan, dan finishing penyelesaian. Keseluruhan proses produksi tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Preparation Persiapan Pada tahap persiapan terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Proses Pembuatan Benang Lusi Yang dimaksud benang lusi adalah benang yang menjulur sejajar kearah panjang kain. Proses pembuatan benang lusi harus dilakukan tahapan kegiatan melalui mesin-mesin sebagai berikut : 1 Mesin Twisting dan Winder Pengganda dan Penggulung Benang yang berasal dari gudang persediaan akan digandakan dengan menggunakan mesin twisting. Penggandaan benang tersebut dimaksudkan untuk membedakan jenis kain yang dihasilkan. Setelah digandakan, maka benang akan digulung dengan menggunakan mesin winder. Benang-benang yang sudah digulung dapat dimasukkan ke gudang sebagai persediaan atau langsung masuk ke dalam mesin warping. 2 Mesin Warping Dalam mesin ini, benang disesuaikan dengan jajaran yang dibutuhkan oleh mesin tenun, kemudian dalam mesin ini benang akan digulung pada sebuah gelondong besar. Banyaknya jajaran benang yang ada tergantung jenis kain yang akan dibuat. 3 Mesin Sizing Pengkanji Benang yang sudah digulung dalam gelondong besar kemudian dikanji dengan menggunakan mesin sizing. Tujuan pengkanjian adalah agar benang menjadi kuat dan tidak mudah putus. Dari proses ini, dihasilkan gulungan benang yang telah dikanji dan sudah kering. 4 Mesin Drawing Pencucukan Proses dalam mesin ini adalah memasukkan tiap helai benang yang sudah dikanji ke dalam gun dan sisir. Gun berfungsi menentukan anyaman kain atau menentukan kerapatan benang pakan, dengan jalan membuka sela- sela antara benang lusi untuk diteropong dalam proses pertenunan. Sisir berfungsi untuk mengatur jumlah helai benang lusi dan mengatur jarak antara benang yang satu dengan benang yang lainnya. Dalam proses ini, dihasilkan benang lusi yang siap untuk ditenun. b. Proses Pembuatan Benang Pakan Gulungan benang yang berasal dari gudang ataupun gulungan benang yang berasal dari mesin penggandaan akan digulung kembali ke dalam suatu alat yang disebut kleting dengan menggunakan mesin palet. Dari proses ini akan dihasilkan benang pakan, yaitu benang yang melintang horizontal pada kain, kemudian kleting yang sudah terisi benang akan dimasukkan ke dalam teropong, yaitu alat untuk menyisipkan benang pakan ke sela-sela antara benang lusi. 2. Tahap Weaving Pertenunan Pada tahap pertenunan ini, digunakan mesin tenun. Benang lusi yang sudah dicucuk dan benang pakan yang sudah dimasukkan dalam kleting, kemudian diproses dalam mesin tenun. Dalam mesin tersebut, kedua jenis benang tersebut akan dianyam menjadi lembaran kain berupa kain grey. Selanjutnya kain grey tersebut, masuk ke bagian inspecting, yaitu ke bagian pemeriksaan kain. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyeleksi dan memisahkan antara kain yang baik dengan kain dengan kain yang rusak atau cacat. 3. Tahap Finishing Penyempurnaan Tahap ini merupakan tahap akhir dalam suatu proses produksi tekstil. Kain tenun yang dihasilkan untuk membuat towels, setelah keluar dari bagian pemeriksaan kain selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin fong. Dalam mesin ini kain akan mengalami proses penggosokkan, pengkanjian ulang, dan pemutihan. Untuk pembuatan towels putih, setelah proses tersebut kain langsung masuk ke mesin centrifugal untuk diperas dan dilanjutkan ke dalam mesin pengeringan, kemudian towels masuk ke bagian konfeksi untuk dipotong, dijahit, disortir sesuai bentuk yang diinginkan. Selanjutnya towels dimasukkan ke gudang dan siap untuk dikirim kepada konsumen. Untuk pembuatan towels berwarna, sebelum proses pengeringan towels dimasukkan ke dalam mesin jigger. Dalam mesin tersebut towels akan mengalami proses penggosokkan, pengkanjian ulang, pemutihan, dan pewarnaan. Proses selanjutnya sama dengan tahapan proses pembuatan towels putih.

4.1.5. Tenaga Kerja

PT Sadetex sampai dengan akhir Februari 2006 mempekerjakan 262 tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja PT Sadetex tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tenaga kerja PT Sadetex tahun 2006 Keterangan Jumlah orang Departemen Personalia dan Umum 40 Departemen Accounting dan Finance 5 Departemen Produksi 202 Departemen Marketing 15 Total 262 Sumber : PT Sadetex, 2006. Jam kerja yang ditetapkan perusahaan dibagi menjadi jam kerja shefting dan non shefting. Jam kerja shefting dilakukan selama 6 hari kerja, yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sistem shefting dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift I 06.00-14.00, shift II 14.00-22.00, dan shift III 22.00-06.00. Sistem non shefting, jam kerja dilakukan selama 5 hari kerja, yaitu dari hari Senin sampai dengan Jumat. Jam kerja dilakukan mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 5 sore. 4.2. Analisis Lingkungan Pemasaran 4.2.1. Analisis Lingkungan Internal