Keterlibatan Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.

busa sebesar 10,0. Atribut harga hanya dipertimbangkan oleh 41 orang konsumen 6,4 yang terdiri atas 35 konsumen perempuan dan 6 konsumen laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen laki-laki tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam memilih merek deterjen yang akan dibelinya. Berbeda dengan konsumen perempuan yang dalam melakukan pembelian cenderung untuk selalu berusaha mendapatkan produk dengan harga yang lebih rendah. Faktor gengsi ternyata tidak banyak dipertimbangkan oleh konsumen. Konsumen yang menjadikan faktor gengsi merek sebagai bahan pertimbangan dalam memilih merek deterjen hanya berjumlah 18 orang atau 2,8 . Diantara konsumen, ada beberapa konsumen yang menyebutkan faktor lain yang tidak disebutkan dalam kuesioner, yakni faktor kemasan dan iklan dengan persentase masing-masing 0,3 dan 0,2. Tabel 14. Faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek deterjen Faktor pertimbangan Laki-laki Perempuan Total Jumlah Jumlah Jumlah Daya bersih 37 15,9 57 13,9 94 14,7 Keharuman 37 15,9 56 13,7 93 14,5 Halus di tangan 28 12,1 48 11,7 76 11,9 Irit 27 11,6 46 11,2 73 11,4 Warna tetap cemerlang 32 13,8 56 13,7 88 13,7 Banyaknya busa 22 9,5 42 10,3 64 10,0 Tidak mudah apek 34 14,7 57 13,9 91 14,2 Gengsi 7 3,0 11 2,7 18 2,8 Harga 6 2,6 35 8,6 41 6,4 Kemasan 1 0,4 1 0,2 2 0,3 Iklan 1 0,4 - - 1 0,2 Total 232 100,0 409 100,0 641,0 100,0

4.6. Keterlibatan Konsumen

Tingkat keterlibatan konsumen dalam menggunakan suatu produk dibedakan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Pengukuran keterlibatan dengan model Inventaris Keterlibatan Pribadi Zaichkowsky menghasilkan nilai skor rata-rata keterlibatan. Untuk mengetahui predikat nilai skor rata- rata tersebut digunakan rentang skala penilaian. Skala yang digunakan adalah skala semantic-differential dengan nilai terendah 1 dan tertinggi 7. Keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen diukur menggunakan tujuh butir dimensi, sehingga skor terendah yang mungkin terjadi adalah 1 × 7 = 7 dan skor tertinggi adalah 7 × 7 = 49. Rentang skala penilaian terhadap keterlibatan konsumen bisa dihitung seperti di bawah ini: 21 2 42 2 7 49 = = − = RS Berdasarkan nilai rentang skala tersebut, skor rata-rata yang didapat dari hasil perhitungan bisa dibagi menjadi dua kriteria, yaitu: skor 7-28 : keterlibatan rendah skor 29-49 : keterlibatan tinggi Berdasarkan faktor pembeli, hasil penyebaran kuesioner mengenai keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dapat dilihat pada Tabel 15. Total skor rata-rata keterlibatan yang didapat dari konsumen laki-laki adalah 30,3 yang berarti bahwa keterlibatan konsumen laki-laki dalam menggunakan produk deterjen tergolong tinggi. Begitu juga dengan konsumen perempuan, total skor rata-rata keterlibatannya mencapai 32,7. Ini menunjukkan bahwa konsumen perempuan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap produk deterjen, sehingga tidak mengherankan bila skor rata-rata yang didapat dari keseluruhan konsumen pun menunjukkan keterlibatan yang tinggi pula, yakni sebesar 31,8. Tabel 15. Skor rata-rata keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen Keterlibatan terhadap produk deterjen Skor rata-rata keterlibatan Laki-laki Perempuan Total Penting 5,4 5,9 5,7 Kebutuhan mendasar 4,3 4,8 4,6 Serius 4,5 4,9 4,7 Menarik perhatian 3,9 4,5 4,3 Berarti bagi saya 4,3 4,7 4,6 Melambangkan pribadi 3,3 3,0 3,1 Dikehendaki 4,6 4,9 4,8 Total 30,3 32,7 31,8 Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsumen menganggap deterjen sebagai produk yang penting, mendasar dan membutuhkan pemikiran yang serius dalam memilih merek yang akan digunakan. Deterjen merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari dan berlangsung secara terus menerus. Hal itulah yang menyebabkan konsumen memandang deterjen sebagai produk yang penting. Deterjen juga cukup mampu menarik perhatian dan memberi arti pada konsumen. Ini dapat terjadi karena berbagai promosi yang dilakukan oleh para produsen deterjen. Deterjen dipromosikan secara menarik di berbagai media, seperti televisi, radio dan media cetak lainnya. Tak sedikit pula produsen yang menggunakan artis terkenal sebagai bintang iklannya, sehingga tidak mengherankan bila deterjen dianggap menarik oleh para konsumen. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa deterjen juga berarti bagi konsumen. Ini berkaitan dengan nilai psikologis konsumen. Jika konsumen yakin bahwa deterjen yang digunakannya memiliki kualitas yang baik, konsumen akan merasa bahwa pakaian yang dicucinya bersih. Hal tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri konsumen, sehingga konsumen menganggap deterjen sebagai produk yang berarti bagi dirinya. Produk deterjen tidak dipandang sebagai produk yang melambangkan pribadi, hal ini ditunjukkan dari skor keterlibatan yang rendah terhadap dimensi tersebut, yaitu 3,1. Keberadaan produk deterjen cukup dikehendaki oleh konsumen. Ini dapat disebabkan oleh kebutuhan konsumen untuk mencuci pakaian yang berlangsung secara terus menerus, sehingga mau tidak mau konsumen menghendaki keberadaan deterjen untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

4.7. Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Merek Deterjen